Dark/Light Mode

Dinasihati Mega & SBY

Prabowo Nurut Apa Melawan?

Sabtu, 17 November 2018 09:33 WIB
Capres No Urut 2 Pemilu 2019, Prabowo Subianto (Foto: ID @prabowo)
Capres No Urut 2 Pemilu 2019, Prabowo Subianto (Foto: ID @prabowo)

RM.id  Rakyat Merdeka - Megawati Soekarnoputri dan SBY memberikan nasihat kepada Prabowo Subianto. Presiden kelima dan Presiden keenam itu menyarankan Prabowo lebih aktif lagi. Sering turun ke lapangan menyampaikan kebijakan dan program yang akan dijalankan jika terpilih menjadi presiden kedelapan. Publik pun penasaran, Prabowo bakal nurut atau melawan?

Nasihat Mega dan SBY datang hampir bersamaan, Kamis (15/11). Nasihat Mega disampaikan saat memberikan pembekalan kepada para caleg PDIP. Intinya, Ketum PDIP itu heran, kok di masa kampanye ini yang lebih sering terdengar adalah hoaks dan omongan kebencian.

Dia mengaku belum pernah mendengar tawaran program dari Prabowo-Sandi. Menurut Mega, ini sebenarnya bukan gaya Prabowo. Prabowo yang dikenalnya orang baik, yang sangat menghormati. Dia curiga orang-orang di sekeliling Prabowo yang sebenarnya kerap mengkritisi pemerintah dengan cara yang buruk.

Fahri Sarankan Prabowo Dengarkan Nasihat SBY

Baca juga : Mega: Prabowo Hormat Ke Saya

Nasihat dari SBY juga datang Kamis kemarin. Tapi saran itu tak datang ujug-ujug. Ada ceritanya. Dimulai ketika akhir pekan kemarin SBY membebaskan kadernya kalau mau mendukung Jokowi-Ma’ruf. Keputusan SBY kemudian direspons keras Sekjen Gerindra Ahmad Muzani.

Dia menagih janji SBY yang akan mengkampanyekan Prabowo-Sandi. Soalnya, hingga sekarang, SBY dan AHY belum pernah mengkampanyekan Prabowo-Sandi. SBY balik merespons komentar Muzani itu. Di akun Twitter miliknya, Ketum Demokrat ini mengatakan, sebenarnya tak harus menanggapi pernyataan Muzani. Namun, karena nadanya tak baik dan terus digoreng terpaksa merespons. Kata SBY, daripada menuding dan menyalahkan pihak lain, lebih baik mawas diri. “Mengeluarkan pernyataan politik yang sembrono, justru merugikan. Saya pernah 2 kali jadi Calon Presiden. Saya tak pernah menyalahkan dan memaksa

Ketum partai-partai pendukung untuk kampanyekan saya,” kata SBY di akun @SBYudhoyono. SBY menjelaskan, dalam Pilpres yang paling menentukan adalah capres-nya. Capres adalah super star. Capres mesti miliki narasi dan gaya kampanye yang tepat. Dan saat ini rakyat ingin dengar dari capres apa solusi, kebijakan dan program yang akan dijalankan untuk Indonesia 5 tahun ke depan. “Kalau jabaran visi misi itu tak muncul, bukan hanya rakyat yang bingung, para pendukung pun juga demikian. Sebaiknya semua introspeksi,” ungkap SBY.

Wakil Ketua DPR, Fahri Hamzah berharap Prabowo mendengarkan kritik dari Mega dan SBY. Tujuannya untuk meningkatkan bobot kampanye Pilpres 2019 agar tak hanya ribut di seputaran gimmick. Berdebat sontoloyo atau genderuwo yang tidak ada manfaatnya buat rakyat. Tapi mulai berani beradu data dengan sang petahana. Fahri menilai, tim Prabowo kurang tanggap terhadap keadaan.
Padahal banyak persoalan yang mestinya ditanggapi dengan cerdas.

Baca juga : Maaf Prabowo Tak Tutup Kasus Tampang Boyolali

Misalnya dalam penanganan bantuan bencana di NTB hingga persoalan nasib pegawai honorer. Jika Timses Prabowo bisa menindaklanjuti data tersebut, Fahri yakin kampanye Pilpres akan lebih berbobot. Tidak lagi berkutat di saling sindir dan saling serang.

Fahri bilang, Sandiaga Uno memang trengginas. Namun, itu tak cukup. Karena posisi Sandi adalah cawapres. “Saya kira ini yang harus di-manage. Jadi tantangan Bu Mega dan komentar Pak SBY penting bagi kubu penantang untuk meningkatkan pertarungan ini agar lebih efektif,” kata Fahri, kemarin. Menurut dia, jika Prabowo diam saja maka petahana pun akan santai-santai saja. Akhirnya yang keluar adalah gimmick yang tak penting.

Senada disampaikan Wakil Ketua Majelis Syuro PKS Hidayat Nur Wahid. Menurut dia, sebagai ketua partai dan presiden dua periode, apa yang disampaikan SBY wajar, untuk mengingatkan koalisi. Menurut dia, Prabowo tak hanya harus mendengarkan saran dari SBY. Tapi juga perlu ditindaklanjuti dengan pertemuan.

Untuk mendinginkan suasana. “Untuk menyegarkan kembali semangat dan komitmen berkoalisi kita. Perlu cooling down, untuk mengembalikan semangat besar bahwa kita ingin mensukseskan Pemilu 2019 melalui pilihan politik kita,” kata Hidayat di Gedung DPR, Jakarta, kemarin.

Baca juga : Digendong Prabowo, Anak Kecil Menangis

Ketua DPP Gerindra Ahmad Riza Patria mengapresiasi masukan SBY. Dia bilang, saran dari SBYakan memberikan masukan yang positif untuk koalisi. “Di tim koalisi ini kan saling memberikan masukan positif dan baik. Tentu kami hormati dan kami tindaklanjuti masukan-masukan terkait visi-misi yang dimaksud Pak SBY,” kata Riza, kemarin.

Soal saran dari Hidayat, Riza bilang Prabowo dan SBY sebenarnya rutin bertemu. Prabowo juga rutin bertemu dengan ketum partai koalisi lainnya. Namun, dia mengatakan saat ini para pimpinan partai sedang bagi-bagi tugas di berbagai daerah untuk mendulang suara. “Bagi-bagi strategi.Kami membagi dapil dan daerahdaerah pemenangan,” ungkapnya.

Pengamat politik dari UI Hamdi Muluk berharap Prabowo dan Jokowi mulai mengubah cara kampanye. Soalnya, di dua bulan masa kampanye ini belum terlihat adu gagasan. Yang ada sahutan kampanye negatif. Seperti celetukan “sontoloyo”, “genderuwo”, “tampang Boyolali”.

“Dalam konteks ini lebih tepat disebut jargon politik atau retorika politik demi kepentingan kampanye,” kata Hamdi. Dia memberi catatan, secara substantif jargon-jargon para capres tidak penting. Sebab masyarakat jengah kepada para politikus yang mengumbar jargon, serta bermain fitnah dan hoaks. “Itu bukan pendidikan politik yang baik. Kami ingin politik yang lebih bermartabat,” tegasnya. [BCG]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.