Dark/Light Mode

Debat Capres Dan Plus-Minusnya

Kamis, 14 Maret 2019 12:06 WIB
Prof. Dr. Indria Samego (Foto: Istimewa)
Prof. Dr. Indria Samego (Foto: Istimewa)

RM.id  Rakyat Merdeka - Peneliti senior Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Prof. Dr. Indria Samego menjelaskan bahwa tak dapat disangkal bahwa Indonesia sudah mampu mengimplementasikan prosedur demokrasi yang benar. Bila partisipasi dan kontestasi dijadikan rujukannya, Indonesia pun sudah sangat layak untuk disebut sebagai negara demokrasi terbesar ketiga di dunia, setelah India dan Amerika Serikat. 

Proses transformasi politik tersebut, ucapnya, sekaligus menolak anggapan Indonesianis yang meragukan suksesi kepemimpinan Indonesia dapat dilakukan secara gradual dan damai. Hanya dalam waktu relatif cepat, sejak awal reformasi politik dilakukan pada1998, arah demokratisasi Indonesia semakin jelas dan terlembagakan.

"Salah satu landmark dari proses transformasi politik itu adalah Pilpres secara langsung. Di dalamnya, terkait pula prosesi yang sebelumnya tak pernah dilakukan di sini, yakni Debat Capres," ucapnya.

Bila praktik Debat Capres di AS menjadi ukurannya, tambahnya, di sini juga dilakukan. Walau suasananya tidak persis seperti di AS sana, namun Indonesia sudah berhasil "mengadu" gagasan antara calon pemimpin di depan publik dan disiarkan secara langsung media massa nasional ke seluruh penjuru Tanah Air.

Baca juga : Sandiaga Bakal Hormati Ma’ruf

"Hasilnya, memang belum optimal. Namun jika debat tersebut dijadikan ukuran untuk memperkenalkan capres dan cawapres pada calon pemilihnya, tak dapat dipungkiri bahwa tujuan itu sudah tercapai," urainya.

Indria juga melihat KPU cukup akomodatif dalam menerima masukan terkait pelaksanaan debat ini. KPU senantiasa membuka diri terhadap usul perbaikannya. Mulai dari format, content, waktu, moderator, dan panelis sampai evaluasinya, semuanya dinilai secara kritis bersama Timses Paslon Capres.

Di era Pilpres yang dilaksanakan secara serempak dengan Pemilu DPD, DPR, dan DPRD kabupaten/kota, debat tersehut dilaksanakan sebanyak 5 kali. Dimulai pada 17 Febriari dan terakhir 13 April 2019, alias 4 hari sebelum hari H pencoblosan Pemilu. Indria pun mengusulkan agar waktu debat terakhir itu dapat dimajukan.

"Jika tujuan debat adalah untuk mendekatkan hubungan emosional dan profesional antara calon pemimpin dengan yang akan dipimpinnya, mestinya soal waktu harus dipandang penting. Jangan sampai hanya demi memenuhi prosedur, acara itu harus disusun sedemikian rupa, mengabaikan aspek fungsi dan efektivitasnya," terangnya. 

Baca juga : Ditanya Anak Dukung Capres Yang Mana

Terlebih, kata Indria, bila dikaitkan dengan sistem Pemilu serempak sekarang, nasib caleg seolah ditentukan kemenangan capres yang diusungnya. Hanya berharap dari efek ekor jas (coattail effect). Caleg kelihatanya kurang dibebaskan untuk berkampanye. 

"Padahal, mereka pun perlu mendulang suara sebanyak banyaknya di Dapil masing-masing. Untuk itu, dalam waktu yang tak terlalu lama ini, KPU mesti merevisi jadwal Debat Capres bila ingin menyelenggarakannya sebanyak 5 kali. Jadwal debat terakhir, sebaiknya dimajukan sebelum 13 April," usulnya.

Dengan begitu, kata Indria, masing-masing caleg dapat secara all out mengkampanyekan dirinya sebelum masa minggu tenang tiba. Setelah sekian bulan berkampanye secara kolektif bersama capresnya, kini tinggal memberi kesempatan kepada mereka untuk berkampanye secara individual. 

Jangan lupa, tambah Indria, dalam sistem Pileg terbuka, mereka bukan hanya bersaing dengan caleg dari parpol lain, tapi dengan sesama caleg dari partai yang sama. Sistem penghitungan hasil Pemilu baru, Saint Lague, juga sangat mempersyaratkan selisih suara kemenangan dalam Pileg.

Baca juga : Menpora Apresiasi Peran Alumni UINSA Surabaya

"Menang Pilpres, menang parpol dan menang pencalegan, menjadi harga mati mereka dalam sistem Pemilu yang ambang batas parpolnya makin berat. Akhirnya, kita berharap agar transformasi sistem pemilu menjadi medium bagi perbaikan proses dan hasil Pemilu. Sekali mendayung, dua atau tiga pulau terlampaui. Semoga," tutupnya. [USU]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.