Dark/Light Mode

Diunggulkan Gantikan Mega

Puan-Prananda Jangan Sampai Perang Saudara

Sabtu, 27 Maret 2021 07:00 WIB
Puan Maharani dan Prananda Prabowo. (Foto: Istimewa)
Puan Maharani dan Prananda Prabowo. (Foto: Istimewa)

 Sebelumnya 
Sebetulnya, kata Hendri, ada satu lagi putra Mega yaitu Rizky Pratama atau Mas Tatam. Walapun lebih dikenal sebagai pebisnis dan jarang muncul di partai, keberadaannya tak bisa diremehkan.

“Bisa saja Mas Tatam yang dimunculkan oleh Bu Mega sebagai jalan tengah persaingan antara kedua kubu Nanan dan Puan. Ini bisa jadi solusi yang baik, karena Mas Tatam termasuk netral,” ujarnya.

Dan, kata Hendri, meski jarang terlihat, sosok Tatam secara mistis mirip banget dengan Bung Karno. “Kalau Mas Tatam dimunculkan oleh Mega, bisa jadi dia jadi jalan tengah. Karena bagaimanapun penerus Mega pasti trah Soekarno atau lebih tepatnya trah Megawati Soekarnoputri,” pungkasnya.

Baca juga : Sony Salurkan Bantuan Pada Masyarakat Terkena Dampak Bencana Gempa

Pegamat politik dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Prof Siti Zuhro menilai wajar kalau Mega ingin lengser keprabon. Karena karier politik Mega sudah mencapai puncaknya. Mega sudah menjadi presiden. Ilmunya di dunia politik pun sudah paripurna. Terbukti, ia mampu melewati berbagai persoalan selama puluhan tahun memimpin partai.

Meski diakui Siti, dalam pernyataan Mega tersimpan sedikit kekhawatiran. Bagaimana nasib partai setelah ia tinggalkan. Menurut dia, kekhawatiran itu hal yang wajar. Mega yang memimpin partai sejak 1997, pastinya menyaksikan bagaimana partai lain terombang-ambing dihantam berbagai masalah saat suksesi. Mulai dari Golkar, PPP, lanjut kisruh PAN, kemudian Berkarya dan teranyar soal caplok mencaplok di Demokrat.

Soal suksesi ini, tentu jadi perhatian Mega. Sebagai seorang pemimpin berkelas, Mega pastinya ingin melihat proses regenerasi itu berjalan lancar.

Baca juga : Hari Ini, Polda Metro Buka Layanan SIM Keliling Sampai Pukul 12 Siang

Karena sejak 1997, Mega sudah mampu melewati berbagai persoalan di internal partai.

Menurut Siti, agar suksesi berjalan lancar, Mega mesti memberi peluang yang sama kepada seluruh kader untuk memimpin. Membiarkan kompetisi secara terbuka. Agar terasa ada fairness. Tidak langsung memilih kepada satu orang. Tujuannya agar tidak terjadi penolakan-penolakan.

Kompetisi secara terbuka dengan saringan berlapis untuk memilih siapa kader terbaik. Tujuannya, agar yang terpilih bukan kader kutu loncat. Walau pun mungkin pada ujungnya akan mengerucut kepada sejumlah nama sepeti Puan, Prananda atau, bahkan Jokowi.

Baca juga : Resmi Gabung Persija, Yan Motta Jalani Latihan Perdana

Harus diakui, kata dia, dalam sebuah partai terdapat faksi-faksi. Yang apabila tidak bisa dikelola dengan baik, akan menimbulkan friksi yang akhirnya mendatangkan pemberontakan di internal. “Kalau tidak dikelola friksi ini bisa jadi perang saudara,” ucap Siti.

Menurut Siti, suksesi inilah ujian terakhir Mega. Mengantarkan pemimpin baru untuk memimpin PDIP. Mau tak mau organisasi butuh darah segar supaya tidak stagnan. Agar ada kebaruan, adaptif dan fleksibel. [BCG]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.