Dark/Light Mode
BREAKINGNEWS
- Menkes: Kesehatan Salah Satu Modal Utama Capai Target Indonesia Emas 2045
- Jangan Sampai Kehabisan, Tiket Proliga Bisa Dibeli di PLN Mobile
- Temui Cak Imin, Prabowo Ingin Terus Bekerjasama Dengan PKB
- Jaga Rupiah, BI Naikkan Suku Bunga 25 Bps Jadi 6,25 Persen
- Buntut Pungli Rutan, KPK Pecat 66 Pegawainya
Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU
Kerap Jadi Target, Anis Matta Minta Pertahanan Digital Indonesia Ditingkatkan
Minggu, 30 Mei 2021 15:07 WIB
RM.id Rakyat Merdeka - Perkembangan teknologi digital yang super cepat membuat perang proxy antar negara tak terelakan. Faktanya, saat ini Indonesia menjadi target serangan siber nomor tiga di dunia setelah Mongolia dan Nepal.
Karena itu, Ketua Umum Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia Anis Matta meminta sistem dan strategi pertahanan digital Indonesia harus ditingkatkan dan direformasi besar-besaran, agar tidak menjadi sasaran serangan pihak lain.
Apalagi, tidak ada satupun negara yang bisa mengatakan bahwa negaranya 100 persen aman dari serangan pihak luar. "Di era digital ini, negara seperti rumah kaca. Sehingga, penduduk di suatu negara seperti berada di aquarium dan negara lain bisa melihatnya," ungkap Anis dalam diskusi Gelora Talk dengan tema Keamanan Nasional di Era Digital di Gelora Media Center, Patra Kuningan, Jakarta, Sabtu (29/5).
Baca juga : Heran, Ada Ustad Larang Nyanyikan Indonesia Raya
Untuk menutup celah kerawanan yang ada, perlu adanya penguatan teknologi. Jika dilihat dari berbagai negara yang jarang mendapat gangguan keamanan digital adalah Rusia dan China. Karena kedua negara ini membuat teknologi pertahanan sendiri. Mereka tidak bergantung dengan negara lain.
Meski begitu, dibeberkan Anis, serangan siber itu belum tentu dilakukan oleh negara asing. Karena, bisa saja serangan itu dilakukan oleh warga negaranya. Namun karena tidak bisa dilakukan secara legal, maka menggunakan bantuan hacker dari negara lain.
Mantan Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara menjelaskan pengguna internet di Indonesia hampir sama besarnya dengan pengguna telepon genggam, yakni sekitar 180 juta orang.
Baca juga : Gelar Pesta Pernikahan Di Atas Pesawat Carter
"Selain serangan siber dari luar negeri, ada juga serangan yang berasal dari dalam. Sehingga, keamanan dan integritas data institusi harus benar-benar diperhatikan," ujarnya.
Di era yang segalanya serba digital, Rudiantara mengungkapkan Kementerian Kominfo yang dipimpinnya di era pertama pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi), pihaknya seringkali harus melakukan klarifikasi kepada publik atas serangan siber.
Pembicara lainnya, Pakar Keamanan dan Intelijen Andi Wijayanto menekankan infrastruktur menjadi sangat penting dalam menjaga keamanan negara dari serangan siber. Sehingga apabila ada intercept dari pihak luar atas keamanan negara yang berkaitan dengan keamanan nasional, akan diketahui di bagian mana yang bermasalah.
Baca juga : Ketat Dan Misterius, Persidangan Blogger Australia Di China Tanpa Pendampingan
"Kerawanan yang paling puncak adalah kerawanan politik. Karena sampai hari ini belum ada perlindungan data pribadi. Sampai hari ini, kita juga belum punya UU Keamanan Siber UU ITE perlu direvisi," imbuhnya. [REN]
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Tags :
Berita Lainnya