Dark/Light Mode

Dukungan Capres 2024

Kode Jokowi Untuk Nahkoda Pemberani

Senin, 15 Mei 2023 08:45 WIB
Presiden Jokowi di tengah-tengah para relawannya, dalam acara Musra, di Istora Senayan, Jakarta, Minggu (14/5). (Foto: Antara)
Presiden Jokowi di tengah-tengah para relawannya, dalam acara Musra, di Istora Senayan, Jakarta, Minggu (14/5). (Foto: Antara)

RM.id  Rakyat Merdeka - Presiden Jokowi menunjukkan “power”nya saat berpidato dalam acara Musyawarah Rakyat (Musra), di Istora Senayan, Jakarta, kemarin. Suaranya bergetar, menggelegar, penuh semangat di hadapan ribuan relawannya. Tanpa teks, hanya memegang secarik kertas kecil, Jokowi bicara hampir satu jam berapi-api.

Ada banyak kode diucapkan tentang siapa pemimpin yang harus didukung. Orang kuat, pemberani, dekat rakyat, tahu hatinya rakyat, paham cara memajukan negara, tahu potensi dan kekuatan negara, serta yang mampu memanfaatkan peluang.

“Bukan (yang) hanya duduk di Istana, bukan hanya rutinitas, bukan duduk di sana dan tanda tangan, bukan itu. Dia harus tahu membangun strategi negara, strategi politiknya. Dia harus tahu semua,” tegas Jokowi.

Ciri-ciri lain yang disampaikan Jokowi tentang capres yang perlu didukung adalah, yang memiliki komitmen kuat antikorupsi, yang memiliki komitmen kuat untuk merawat demokrasi.

Dalam pidatonya itu, Jokowi memberi contoh beberapa negara yang gagal menjadi negara maju karena pemimpinnya tidak bekerja keras, tidak paham kemampuan negara dan tidak berani mengambil keputusan.

Baca juga : Soal Dukungan Capres, Relawan Solmet Tunggu Arahan Jokowi

Yang menarik, Jokowi memberi penekanan pada kalimat 13 tahun ke depan adalah masa-masa yang penting. Jangan salah memilih pemimpin. Karena 13 tahun adalah waktu penentuan Indonesia, apakah akan jadi negara maju atau tetap berkembang. Kuncinya adalah di pemimpin yang berani melawan gugatan Eropa dalam urusan nikel, berani melakukan hilirisasi, dan mengetahui strategi menghadapi gejolak ekonomi dunia.

Kenapa 13 tahun lagi? Kata Jokowi, bonus demografi Indonesia akan muncul di tahun 2030. Dan dalam sejarah peradaban-peradaban negara, kesempatannya hanya sekali dalam sejarah. Jika keliru memilih pemimpin yang tepat untuk 13 tahun ke depan, hilanglah kesempatan untuk menjadi negara maju.

Mantan Gubernur DKI Jakarta itu lalu menceritakan sejarah negara-negara di Amerika Latin yang gagal bertransformasi dari negara berkembang menjadi negara maju. Kata dia, tahun 50-an sampai 70-an, negara-negara itu sudah berada di posisi negara middle income. Namun, sudah 50 tahun berlalu, mereka tetap menjadi negara berkembang.

“Karena negara-negara tersebut tidak bisa memanfaatkan peluang saat itu. Dan mengejarnya lagi sudah tidak ada kesempatan lagi. Hati-hati mengenai ini," wanti-wanti Jokowi.

Karena itu, tegas Jokowi, pemilihan pemimpin di Pemilu 2024 sangat krusial. Harus tepat dan benar. "Saya bolak-balik menyampaikan, jangan tergesa-gesa, karena begitu keliru kita tidak bisa meminta kembali lagi. Nggak bisa," ujarnya.

Baca juga : Visi ASEAN 2045, Jokowi: Harus Lahirkan Pemikiran Out Of The Box

Tantangan lain yang dihadapi, kata Jokowi, adalah ketidakpastian ekonomi global yang masih akan berlanjut hingga 5-10 tahun ke depan. Sehingga pemimpin harus seorang pemberani. Berani mengambil resiko. Salah satu bentuk keberanian itu misalnya tidak lagi mengekspor sumber daya alam seperti bahan mineral dalam bentuk bahan mentah. Pemimpin yang akan datang harus berani melakukan hilirisasi. Apa pun risikonya.

Menurut Jokowi, hilirisasi adalah salah satu cara agar Indonesia bertransformasi menjadi negara maju. Dengan hilirisasi akan ada nilai tambah, negara mendapat pemasukan, lapangan pekerjaan pun terbuka. Kalau belum bisa mengolah sendiri, cari partner dari luar.

Jokowi lalu menceritakan, Indonesia baru digugat Uni Eropa soal nikel. Kalau pemimpinnya tidak berani, pasti mundur. Minta ampun. "Kalau pemimpinnya begitu, jangan bermimpi Indonesia jadi negara maju," ucapnya.

Karena itu, Jokowi akan menitipkan pesan kepada pemimpin berikutnya agar jangan takut digugat negara mana pun. Kalau digugat, cari lawyer terbaik agar menang. Kalaupun kalah, tidak boleh mundur. Naik banding. Sambil industrinya diselesaikan.

“Begitu nanti gugatannya rampung, industrinya rampung. Artinya, sudah bisa mengolah bahan mentah menjadi bahan jadi. Itu yang namanya strategi negara. Bukan rutinitas," paparnya.

Baca juga : Kaesang Bisa Gantikan Gibran

Jokowi mengaku sudah mendengar usulan capres-cawapres dari hasil Musra. Namun, Jokowi belum mengumumkan siapa capres yang harus didukung. Kata dia, relawan harus menunggu partai politik menyelesaikan urusan capres-cawapresnya. “Bagian saya untuk memberikan bisikan kuat kepada partai-partai yang sekarang ini juga koalisi belum selesai," kata Jokowi.

Jokowi mengaku sengaja belum menentukan hasil Musra saat ini. “Itu yang namanya strategi. Ya itu, jangan tergesa-gesa. Jangan grusa-grusu, jangan pengen cepet-cepetan. Karena Belanda masih jauh," imbuhnya, berkelakar.

Terakhir, Jokowi memberikan apresiasi kepada para relawan yang masih solid dan kompak. "Ini penting. Kalau kita nggak solid dan kompak, kita ini akan dilecehkan," tandasnya.

Sebelumnya, Ketua Dewan Pengarah Musra Andi Gani Nena Wea menyampaikan Musra sudah digelar di hampir seluruh provinsi di Indonesia. Hasil Musra ini memunculkan tiga besar untuk capres-cawapres. Tiga nama capres itu adalah Ganjar Pranowo, Prabowo Subianto, dan Airlangga Hartarto. Sementara untuk cawapres ada Mahfud MD, Moeldoko, Sandiaga Uno, dan Arsjad Rasjid.

Andi Gani meminta Jokowi menentukan satu capres dan cawapres yang nantinya bakal didukung para relawan. “Kami, relawan Jokowi akan setia sampai akhir menjaga Bapak. Kami menunggu arahan Bapak, kapal besar relawan akan dilabuhkan ke mana dukungannya, pejah gesang nderek (hidup-mati ikut) Jokowi,” tutur Andi Gani.■

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.