Dark/Light Mode

Pakar Komunikasi UIN Jakarta: Elit Politik Harus Hati-hati Bikin Pernyataan

Jumat, 23 Februari 2024 10:25 WIB
Pakar Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Yopi Kusmiati. (Foto : ist)
Pakar Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Yopi Kusmiati. (Foto : ist)

RM.id  Rakyat Merdeka - Pakar Komunikasi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Yopi Kusmiati berharap, para elit politik hati-hati menyampaikan pernyataan, terutama di media sosial menyikapi proses penghitungan Pilpres 2024 yang masih berlangsung.

Pernyataan elit yang mencaci dan menyalahkan pihak lain, dikhawatirkan akan memicu perpecahan di masyarakat usai Pemilu 2024

Menurut Yopi, salah satu prinsip komunikasi adalah bersifat irreversible atau tidak bisa ditarik kembali. Kata-kata atau bahasa yang sudah keluar, langsung terekam oleh orang lain.

"Apalagi ditulis di media sosial. Dalam satu detik, orang langsung forward dan langsung tersebar kemana-mana. Padahal bisa jadi, kata-kata itu menyerang atau cacian. Ini akan menyulut emosi orang lain dan menimbulkan perpecahan yang merugikan," kata Yopi dalam keterangannya, Jumat (23/2).

Baca juga : Satgas Pangan Polri Pastikan Harga Turun Sebelum Bulan Puasa

Dikatakan dosen Fidikom UIN Jakarta ini, elit politik harus membangun komunikasi baik dengan pendukungnya demi menjaga suasana aman, tertib dan kondusif sampai hasil Pemilu 2024 diumumkan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU).

"Elit politik harus cooling down, saling menghargai, menjaga diri dan sikapnya, untuk tidak saling mencaci dan menyalahkan yang bisa memunculkan keributan," jelas Yopi yang juga Ketua Prodi Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam (KPI) Fidikom UIN Jakarta ini.

Bagi elit partai dan pendukung Paslon Prabowo Subianto dan Gibran Rakabumingraka yang dinyatakan menang berdasarkan hasil Quick Count, Yopi juga mengimbau untuk tidak euforia berlebihan dan merasa paling benar.

Sementara untuk pendukung Paslon 01, Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar serta Paslon nomor 3, Ganjar Pranowo dan Mahfud MD jangan langsung men-judge Paslon lain berbuat curang.

Baca juga : Quick Count Indikator Politik, Prabowo-Gibran Unggul, Data Masuk 68,70 Persen

"Kalau merasa dicurangi dan memiliki bukti kecurangan sampaikan kepada Bawaslu, dan KPU. Masing-masing Paslon tentunya punya pengawas di tiap-tiap TPS. Itu bisa dikumpulkan, dan dibuktikan, sehingga tidak menyebarkan hoaks di media sosial," jelasnya.

Dalam pengamatannya, banyak bertebaran video kecurangan di media sosial yang di-upload para elit dan simpatisan, terkait dengan hasil Pilpres 2024. Namun, ternyata ada video beredar yang kejadiannya bukan Pemilu 2024, tapi Pemilu 2019.

"Nah ini yang harus disadari pendukung 01 dan 03, tidak semua berita-berita kecurangan ditelan. Buktikan saja nanti. Dan kalau memang 02 yang menang, harusnya bisa legowo menerimanya. Bagaimana pun, suka atau tidak suka, kita akan dipimpin oleh pemimpin yang terpilih dalam pemilu," katanya.

Tokoh masyarakat dan agama, ditambahkan Yopi juga berperan mengimbau masyarakat menjaga kerukunan antar umat beragama.

Baca juga : Quick Count Charta Politika, Data Masuk 54,2 Persen, Prabowo-Gibran Teratas

Jangan sampai, Pemilu disusupi isu-isu agama yang akan menciptakan perpecahan umat beragama yang sudah harmonis, saling menghormati dengan semangat moderasi beragama yang selalu diimbau Kementerian Agama (Kemenag).

"Jangan sampai ada yang mencari celah dengan menghembuskan isu agama dalam isu politilk," tegas Yopi.

Tokoh agama harus memberi pemahaman kepada umat, tentang berkomunikasi, bersikap, berperilaku, dan bertutur kata yang baik, terutama dalam bermedia. "Di era digitalisasi, sering kali cepat tersulut perpecahan hanya dengan satu pesan. Kita susah memfilternya, padahal ada isu SARA. Jadi para tokoh agama harus membuat suasana adem," tutup Yopi.

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.