Dark/Light Mode

Data Riset Saksi Ahli 02

Tidak Ada Korelasi Bansos Dengan Kemenangan Prabowo-Gibran

Kamis, 4 April 2024 22:44 WIB
Foto: Ist.
Foto: Ist.

RM.id  Rakyat Merdeka - Saksi Ahli Prabowo-Gibran, Hasan Nasbi membantah dengan tegas bahwa bantuan sosial (bansos) ada hubungan atau pengaruhnya terhadap kemenangan petahana, yang dalam hal ini dianggap menguntungkan presiden dan wakil presiden terpilih Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka.

Hal itu disampaikan Hasan di Mahkamah Konstitusi (MK) untuk menepis keterangan dari Kepala Laboratorium Psikologi Politik Universitas Indonesia (UI) Hamdi Muluk, sekaligus saksi ahli yang dihadirkan dari tim hukum Ganjar Pranowo-Mahfud MD dengan 3 hasil riset.

Pertama, data riset Hamdi Muluk sendiri, kedua hasil exit poll Litbang Kompas, dan ketiga hasil survei dari Indikator Politik Indonesia.

Hasan menyampaikan, koefisiensi relasi atau hubungan antara bansos dan elektabilitas calon petahana dari riset yang disampaikan Hamdi Muluk sendiri sebetulnya menunjukkan tidak memiliki hubungan.

“Dari hasil riset tersebut beliau mendapatkan rata-rata hasil koefisien korelasi, jadi korelasi hubungan antara bantuan sosial dengan keterpilihan kandidat petahana itu angka korelasinya 0,29. Bahwa hubungannya rendah dan mendekati 0,” ujar Hasan, Kamis (4/4/2024).

Dia mengungkapkan, para ahli sering menyederhanakan angka koefisiensi korelasi itu dengan di atas 0,5 atau di bawah 0,5. Kalau di atas 0,5 itu kuat, sedangkan kalau di bawah 0,5 itu lemah hubungan.

Sementara dari 10 hasil riset Hamdi Muluk, kata Hasan, diketahui koefisiensi korelasinya rata-rata hanya 0,04 persen yang artinya sangat rendah.

Baca juga : Kanada Siap Lanjutkan Kerja Sama dengan Pemerintahan Prabowo

“Koefisiensi relasi dari 10 riset itu bervariasi dari 0,04 rendah sekali. Cara membaca koefisiensi relasi itu sederhana saja -1, 0, 1 kalau dia mendekati angka 1 apakah itu negatif atau positif berarti hubungannya makin kuat, kalau satu atau -1 itu hubungannya sempurna kalau negatif berarti sempurna berbanding terbalik,” jelasnya.

“Kalau kita rinci dengan detail kira-kira cara bacanya seperti ini jadi kalau korelasinya antara 0,2 sampai 0,39 itu sangat rendah, kalau 0,01 sampai 0,19 itu hampir tidak ada atau bisa dibilang tidak ada hubungan antara bantuan sosial dengan ini,” tambahnya.

Namun, Hasan menyayangkan, setelah Hamdi memaparkan kesaksian di MK, ada media yang memuat headline bahwa ada 29 persen mempengaruhi pemilih.

“Yang jadi persoalan adalah ketika beliau mengatakan ini, besoknya ada headline, bansos mempengaruhi pemilih dan dibilang pengaruhnya terhadap pemilih adalah 29 persen. Dari mana 29 persen itu diambil dari angka koefisiensi relasi yang ditemukan oleh Laboratorium Psikologi Politik UI dari rata-rata 10 riset itu dapat koefisien relasi 0,29,” ucapnya.

Kemudian, Hasan memaparkan hasil riset exit poll dari Kompas tanggal 14 Februari 2024 mendeskripsikan bahwa bansos lemah sekali hubungannya dengan keterpilihan Prabowo-Gibran.

“Itu kalau diolah datanya siapa pun bisa mengolah data ini kalau di kalangan penerima bansos elektabilitas Prabowo-Gibran 58 persen dengan baseline 58 persen, di kalangan non penerima bansos 57 persen hampir tidak ada efeknya,” paparnya.

Hasan menyampaikan, justru yang mendapatkan keuntungan dari bansos adalah pasangan Ganjar-Mahfud MD.

Baca juga : Freeport Wajib Ikutin Aturan

“Coba lihat pasangan Ganjar-Mahfud di kalangan penerima bansos baseline dari 17 persen menjadi 22 persen, kalau di kalangan non penerima bansos menjadi 16 persen aja. Kalau Anies di kalangan penerima bansos 19 persen, non penerima 27 persen,” katanya.

Jadi seharusnya, kata dia, Anies komplain Ganjar. Sebab, yang mendapat keuntungan secara kasat mata dari bansos adalah Ganjar-Mahfud.

"Kalau kita bikin simulasi ini disederhanakan lagi kalau semua diberi bansos kira-kira begitu hasilnya Ganjar nomor urut 2, Prabowo-Gibran nomor urut 1 Mas Anies nomor 3. Kalau 100 persen populasi diberikan bansos, Prabowo 58, Ganjar 22, Anies 19, proyeksinya kira-kira begitu,” imbuhnya.

Terakhir, kata Hasan, hasil 10 survei dari Indikator Politik Indonesia dari bulan April 2023 sampai Februari 2024 menjelaskan tidak ada hubungan antara approval rating Presiden Joko Widodo (Jokowi) dengan elektabilitas Prabowo.

“Dalam periode Juli sampai Oktober 2023 approval rating Pak Jokowi turun sementara di bawah itu elektabilitas Prabowo terlihat naik itu kasat mata, kalau kita buat analisis statistiknya di bawah koefisien korelasi yang di atas persen correlation itu approval rating Pak Jokowi dengan elektabilitas Prabowo Gibran koefisiensi korelasinya hubungannya 0,024 mendekati 0. 0,1 aja tidak ada sementara batasnya biasanya 0,5 untuk mengatakan hubungan yang kuat 0,024,” jelasnya.

Nilai signifikan 0,948 kira-kira kalau orang bikin skripsi atau tesis hipotesis nolnya tidak ada hubungan antara approval rating Jokowi dengan elektabilitas Prabowo.

Selain itu, Hasan juga memaparkan dua riset lain yang menunjukkan tidak ada hubungan antara bansos dengan elektabilitas itu. Yakni, dari riset Darma dan kawan-kawan tahun 2022 dan juga riset dari negara Meksiko.

Baca juga : Obon Tabroni: Nggak Ada Korelasinya Bansos Dengan Pilkada

“Ada satu riset yang dilakukan di Indonesia tahun 2022 dijadikan juga sumber oleh Hamdi Muluk angka korelasinya yang dilakukan riset oleh Darma dan kawan-kawan tahun 2022 angka korelasinya 0,02 mendekati 0 artinya tidak ada hubungan sama sekali,” ucapnya.

“Kalau mau dua riset ditambahin riset dari Meksiko ada juga di bahan itu yang dilakukan karena variabelnya sama variabel bantuan sosialnya cash transfer dan barang. Indonesia Meksiko itu sama variabelnya cash transfer dan barang model bantuan sosial hasil korelasinya minus 0,02 juga, majelis hakim juga pegang datanya, ada hubungan nya lemah bahkan negatif,” ungkapnya.

Hasan sekali lagi menegaskan, apa yang dipaparkan oleh Hamdi Muluk menunjukkan tidak ada hubungan sama sekali antara bansos dan keterpilihan Prabowo-Gibran.

“Jadi sebenarnya dari dua riset itu saja bisa kita simpulkan bahwa tidak ada hubungan jangankan pengaruh, tidak ada hubungan antara bantuan sosial dengan keterpilihan petahana, apalagi bukan petahana,” tukasnya.

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.