Dark/Light Mode

Bukan Karena Bansos, Ini Penyebab Banyaknya Pemilih 02 Menurut Qodari

Minggu, 7 April 2024 11:15 WIB
Direktur Eksekutif Indo Barometer Muhammad Qodari. Foto: Rizki Syahputra/RM
Direktur Eksekutif Indo Barometer Muhammad Qodari. Foto: Rizki Syahputra/RM

RM.id  Rakyat Merdeka - Direktur Eksekutif Indo Barometer M. Qodari mengatakan bantuan sosial (bansos) tidak punya korelasi pada kemenangan pasangan calon (paslon) presiden dan wakil presiden Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka di pemilihan presiden (pilpres) 2024. 

Menurutnya, yang menjadi penentu kemenangan paslon 02 adalah karena tingginya kecenderungan pemilih pada kualifikasi pemimpin yang tegas dan berani. Karakter itu, menurutnya melekat pada sosok Prabowo Subianto.

Kesukaan masyarakat pada capres tegas dan berani lebih tinggi dari pada capres pintar yang dilabelkan ke capres 01 Anies Baswedan maupun capres merakyat yang disematkan ke paslon 03 Ganjar Pranowo.

Hal serupa, sebutnya juga berlaku pada politik uang atau serangan fajar. Sehingga tidak ada jaminan calon yang melakukan money politic atau membagikan bansos dipastikan menang. 

Baca juga : JB Dukung Kapolda Banten Berantas Bank Keliling, Ini Sarannya Buat Pemerintah

“Saya ingat tahun 2014 yang menang Pak Jokowi, karena yang mau presiden merakyat lebih tinggi dari pada yang mau presiden tegas,” kata Qodari dilansir ANTARA yang dikutip Minggu (7/4).

Kemudian di Pilpres tahun 2019, kecenderungan yang sama berulang. Hanya saja, ditambah satu variabel lagi yaitu kerja nyata yang berhasil menghantarkan Jokowi sebagai presiden selama 2 periode.

"Tahun ini kalau survei Indo Barometer paling tinggi adalah orangnya tegas,” ungkapnya.

Qodari juga mengutip data exit poll yang diterbitkan Litbang Kompas pada 14 Februari 2024 bahwa yang ditawari dan menerima bansos di antara tiga kelompok pemilih proporsinya sama yaitu 15-16 persen, namun tidak mempengaruhi elektabilitas capres-cawapres.

Baca juga : Cuaca Bekasi Hari Ini Per Jam Hujan Atau Panas Menurut Info BMKG Selasa 2 April

Kedua, kata Qodari, survei Indikator Politik Indonesia juga menemukan hal yang sama. Pemilih Prabowo-Gibran dari penerima bansos hanya 22,5 persen. Sementara 77,3 persen yang tidak menerima bansos tetap memilih paslon 02.

Selain itu, dari survei yang dilakukan Indo Barometer bulan Oktober 2023 juga tidak ditemukan alasan pemilih memilih capres karena bansos.

Temuan Indo Barometer yang tertinggi saat itu adalah responden yang memilih capres tegas dan berani, yakni 25 persen. Sisanya, perhatian dengan rakyat 16,2 persen, orangnya pintar 8,4 persen, dan berwibawa 6,2 persen. Selain alasan itu di bawah 5 persen.

Dalam keterangannya sebagai saksi ahli yang dihadirkan kuasa hukum Prabowo-Gibran di sidang Perselisihan Hasil Pemilihan Umum (PHPU) di Mahkamah Konstitusi, Kamis (4/4) lalu, Qodari juga mengilustrasikan uji efek bansos di Indonesia ini.

Baca juga : Berikan Kuliah Politik Hukum S3, Bamsoet Ingatkan Pentingnya Pembenahan Parpol

Ia menerangkan bahwa, ilustrasi uji tersebut dapat dilakukan dengan nonsistematis (dugaan/perasaan) dan sistematis (perilaku pemilih dengan analisis). 

Uji efek bansos dengan analisis statistik berupa deskriptif, korelasi, dan regresi, sebagaimana riset Survei Indikator Indonesia diketahui bahwa pemilih Paslon 02 justru lebih banyak yang tidak berstatus sebagai penerima bansos. 

"Jadi alasan masyarakat memilih capres karena punya kualitas tertentu. Hal serupa juga berlaku pada money politic atau serangan fajar, sehingga tidak ada jaminan antara pemberian money politic dengan memilih kandidat apalagi itu pemberian parlinsos, ” jelas Qodari.

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.