Dark/Light Mode

Sudah Jadi Epidemi, Kenali dan Waspadai Jenis-jenis Cyberbullying di Dunia Maya

Kamis, 29 Agustus 2024 17:11 WIB
Flyer webinar Literasi Digital tentang cyberbullying, di Kabupaten Lampung Tengah, Kamis (29/8/2024). (Foto: Kemkominfo)
Flyer webinar Literasi Digital tentang cyberbullying, di Kabupaten Lampung Tengah, Kamis (29/8/2024). (Foto: Kemkominfo)

RM.id  Rakyat Merdeka - Perundungan atau bullying secara langsung atau tatap muka dan perundungan siber atau cyberbullying sering kali dapat terjadi secara bersamaan. Seiring perkembangan dunia digital cyberbullying semakin marak.

Cyberbullying telah menjadi masalah serius di kehidupan kita, termasuk di lingkungan sekolah. Dengan meningkatnya teknologi dan adopsi media sosial, masalah ini menjadi epidemi,” tutur Koordinator Pengawas Wilayah IV Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Lampung Johan Supangkat, dalam webinar Literasi Digital, di Kabupaten Lampung Tengah, Kamis (29/8/2024).

Mengangkat tema ”Kenali Jenis Cyberbullying di Dunia Maya”, diskusi virtual untuk segmen pendidikan yang diikuti siswa dan tenaga kependidikan itu, terselenggara atas kerja sama antara Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) dengan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Lampung.

Johan mengatakan, cyberbullying merupakan tindakan agresif dari seseorang atau sekelompok orang terhadap orang lain yang lebih lemah (secara fisik maupun mental), dengan menggunakan media digital. Perundungan siber dapat memunculkan rasa takut pada korban, bahkan dapat terjadi kekerasan fisik di dunia nyata (offline).

Baca juga : Nenek 81 Tahun Jadi Masinis Tertua Di Dunia

”Kenali beberapa contoh cyberbullying, seperti doxing (penyebarluasan informasi pribadi), cyberstalking (penguntitan), dan non-concentual intimate image (penyebaran foto/video tanpa persetujuan),” jelas Johan, dalam diskusi online yang dipandu moderator Firdha itu.

Cyberbullying, menurut Johan, bisa membuat orang merasa diserang dari segala penjuru arah. Dampaknya bisa bertahan lama dan mempengaruhi seseorang dalam banyak cara, seperti mental, yakni: merasa malu, bodoh, hingga marah. Secara emosional, yakni: merasa malu atau kehilangan minat pada hal-hal yang disukai; serta fisik, yakni: lelah kurang tidur atau mengalami gejala sakit perut dan sakit kepala. 

”Dampak bagi korban bisa berupa psikis, sosial, dan pada kehidupan di sekolah. Jika kamu merasa sedang di-bully, langkah pertama yang perlu dilakukan adalah mencari bantuan dari seseorang yang dipercaya seperti orang tua, anggota keluarga terdekat, atau orang dewasa terpercaya lainnya,” pungkas Johan, di hadapan pelajar yang mengikuti acara diskusi dengan menggelar nonton bareng (nobar) dari sekolah masing-masing.

Sejumlah sekolah yang menggelar nobar diskusi online di Kabupaten Lampung Tengah dan sekitarnya. Antara lain: SMPN 1 Bangunrejo, SMPN 1 dan SMPN 3 Terusan Nunyai, SMPN 2 dan SMPN 4 Way Pengubuan, SMP Satya Dharma Sudjana, SMP Maarif 10 Bangunrejo, SMAN 1 Terusan Nunyai, SMPN Bangjo, dan SMAN 1 Trimurjo.

Baca juga : Tips Hindari dan Hentikan Perundungan di Dunia Maya

Dari sudut pandang berbeda, dosen Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi Almamater Wartawan Surabaya (STIKOSA AWS) E Rizky Wulandari menerangkan jenis-jenis cyberbullying di antaranya, flaming (provokasi, penghinaan), harassment (hasutan), denigration (mengumbar keburukan orang lain), dan cyberstalking (memata-matai).

”Juga, impersonation (penyamaran), outing (penyebaran rahasia orang lain), trickery (pengkhianatan kepercayaan), dan catfishing (pencurian informasi pribadi),” beber E. Rizky Wulandari.

Sedangkan, menurut dosen Bisnis dan Marketing Universitas Islam Negeri Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung (UIN SATU) Deny Yudiantoro, tips untuk mencegah cyberbullying bagi pelajar, salah satunya ialah rasa empati atau memahami perasaan orang lain.

”Kemudian, kontrol diri atau berpikir sebelum bertindak, jika mengalami lapor ke pihak berwenang, batasi komentar tidak penting, dan jadilah pengguna internet yang bijak,” pungkas Deny Yudiantoro.

Baca juga : Top, FTUI Jadi Tuan Rumah Kompetisi Cybersecurity Tingkat Dunia Tahun 2026

Nobar webinar seperti digelar di Kabupaten Lampung Tengah ini merupakan bagian dari program Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD). GNLD digelar sebagai salah satu upaya untuk mempercepat transformasi digital di sektor pendidikan hingga kelompok masyarakat menuju Indonesia yang #MakinCakapDigital. 

Sejak dimulai pada 2017, sampai dengan akhir 2023 program ini tercatat telah diikuti 24,6 juta orang. Kegiatan ini diharapkan mampu menaikkan tingkat literasi digital 50 juta masyarakat Indonesia hingga akhir 2024.

Kecakapan digital menjadi penting, karena menurut hasil survei Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), pengguna internet di Indonesia pada 2024 telah mencapai 221,5 juta jiwa dari total populasi 278,7 juta jiwa penduduk Indonesia.

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.