Dark/Light Mode
RM.id Rakyat Merdeka - Ekonomi global makin terpuruk. Inflasi di Amerika Serikat dan sebagian besar negara Eropa meroket. Terakhir, puluhan negara di Afrika, Asia dan Amerika Latin terancam jadi negara gagal akibat tak kuat menahan kerasnya terjangan badai resesi.
Perang Rusia-Ukraina telah memporak-porandakan ekonomi dunia. Negara-negara miskin tak mampu lagi memberikan bantuan uang tunai kepada rakyatnya. Mereka juga tak mampu menyediakan bahan pangan murah. Akibatnya, jutaan orang terancam kelaparan.
Baca juga : Berjuang Hadapi Resesi Global
Lebih memprihatinkan lagi, PHK (Pemutusan Hubungan Kerja) terjadi di mana-mana. Tingginya angka pengangguran menyebabkan pertumbuhan ekonomi global melambat.
Kalau ini terjadi berkepanjangan, ekonomi dunia akan masuk ke jurang resesi yang dalam.
Baca juga : Siap-siap Hadapi Resesi Ekonomi
Akibat perang Rusia-Ukraina, harga bahan pangan dan energi melangit. Hal serupa terjadi pada komoditi tambang. Akibatnya banyak negara terpukul, terutama yang tidak punya sumber atau cadangan energi. Hal yang sama dialami negara-negara non produsen pangan.
Dalam kondisi ekonomi global memburuk, negara-negara yang memiliki sumber bahan tambang, terutama batubara dan nikel, seperti Indonesia masih mampu menghadapi serangan badai resesi global. Artinya, dengan tambahan pendapatan yang sangat signifikan akibat lonjakan harga batubara dan nikel di pasar dunia, Indonesia mampu menyediakan energi dan bahan pangan untuk rakyat dengan harga terjangkau. Apalagi sejak lima bulan terakhir, ada tambahan pendapatan yang cukup besar dari minyak sawit.
Selanjutnya
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.