Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Mulai Perang Black Campaign

Rabu, 28 September 2022 06:10 WIB
BUDI RAHMAN HAKIM
BUDI RAHMAN HAKIM

RM.id  Rakyat Merdeka - Dalam sebuah kontestasi politik, apa pun bisa terjadi. Harus siap dengan kenyataan terburuk menimpa diri. Tidak ada cacat saja dibuat ada, diada-adakan. Itulah jahatnya sebuah pragmatisme politik.

Cara umum politisi untuk menang dalam kontestasi sedikitnya ada dua. Pertama, untuk yang pernah menjadi pejabat publik, mereka terus mengumbar success story, keberhasilan dalam pembangunan, capaian dan hal-hal positif lainnya. Kedua, untuk yang belum pernah menjadi pejabat publik, mereka mengumbar janji positif ke depan, me-marketing-kan program yang gagal dilaksanakan oleh lawan politiknya.

Baca juga : Hukum Mati Hakim Korupsi

Tujuan positive campaign di atas, akan mengerek naik 3 faktor dalam kemenangan. Meningkatkan popularitas di hadapan khalayak pemilih. Seiring dengan itu, meningkatkan kesukaan pemilih. Makin beken dan kebekenannya disukai. Tak cuma disukai tapi juga layak dipilih. Jadi mengubah kesukaan jadi faktor keterpilihan.

Kalau yang buntu, biasanya pertarungan politik jadi tidak sehat. Sering kali berubah dari adu janji dan adu program menjadi saling menjelekkan, saling membusukkan. Inilah saat ketika negative campaign dan black campaign mulai berjalan.

Baca juga : Perang Survei

Kalau sudah seperti ini, apalagi calon sudah sama-sama tinggi popularitasnya, maka yang dilakukan adalah saling merusak popularitas masing-masing. Bagaimana popularitas terus digerus dengan pesan dan aksi yang menurunkan kesukaan dan keterpilihan.

Segala macam isu dimainkan. Sumber-sumber pembusukan itu banyak. Dari mulai rekam jejak pribadi sampai urusan bisnis kekuasaan. Seringkali tidak penting benar terjadi atau tidaknya. Inilah yang dimaksud dengan politik hantu. Atau politik genderuwo. Menakut-nakuti pemilih dengan sesuatu yang belum jelas terjadinya.

Baca juga : Rekening Gendut Kepala Daerah

Politik hantu ini sepertinya sedang beroperasi di dalam pentas kontestasi Pilpres. Kita lihat, jika ia benar-benar ada, meski adanya tiada, rakyat berhasil ditakuti-takuti atau tidak. Sekarang rakyat tidak harus peduli dengan pergunjingan siasat politik para kontestan. Santai saja. Gunakan akal sehat, kecerdasan dan hati nurani.

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.