Dark/Light Mode

(K)Otak Kardus

Selasa, 18 Desember 2018 06:41 WIB
SUPRATMAN
SUPRATMAN

RM.id  Rakyat Merdeka -  Ada yang khawatir: kalau orang gila ikut pemilu, gimana jadinya? Bukankah mereka sudah masuk daftar pemilih? Kalau dia masuk bilik suara, terus kumat, ngacak-acak kotak suara. Bubar semua. Apalagi kotak suara dibuat dari kardus.
Kardus? Ya. Dari situ, kekhawatiran mengenai kotak suara tambah mencuat. Apalagi, di Bali, ada kotak suara yang rusak karena kerendam air. Ada yang kemudian membayangkan kotaknya seperti kotak mie instan. Yang isinya penuh sesak sampai bentuknya berubah. Yang diikat pakai tali rafia. Yang warnanya coklat.

Ada yang mengira sejenis kardus air mineral yang bisa dipesan di warung tetangga kalau lagi ada hajatan. Ada pula yang menduga kartonnya seperti kotak nasi. Yang sisi luarnya putih, sisi dalamnya coklat, yang ada bolongan kecilnya. Yang bisa diremas-remas.

Sebenarnya, masalahnya bukan pada bahan kotak suaranya, dari karton, alumunium atau besi. Tapi, kepercayaan terhadap penyelenggaraan pemilu. Keinginan untuk menciptakan pemilu jujur dan adil. Karena, rendahnya kepercayaan memunculkan kecurigaan dan kekhawatiran.

Baca juga : Dewa Janji

Kekhawatiran itu bukan hanya soal kotak suara. Tapi manusianya. Juga sistemnya. Karena, kekhawatiran itulah, parpol sampai harus mengeluarkan uang untuk membayar saksi sendiri di TPS. Biayanya tak tanggung-tanggung. Bisa triliunan rupiah.

Kalkulasi dari Forum Masyarakat Peduli Parlemen Indonesia, kalau satu saksi dibayar Rp 200.000, di seluruh TPS. 16 parpol. Totalnya Rp 2,5 triliun. Sebesar inikah bayaran untuk menetralisir kekhawatiran dan kecurigaan? Senilai inikah bayaran untuk meyakinkan kredibilitas dan integritas pemilu?

Sekarang, ada yang mengkhawatirkan kotak suara dari kardus. Untuk menghilangkan kekhawatiran itu, Ketua KPU sudah memberi keyakinan. Kotak itu sudah disiram air. Tidak tembus. Sudah diduduki. Tidak jebol. Kotaknya kuat. Kokoh.

Baca juga : Rompi Kuning, Bendera Putih

Okelah. Kalaupun kotaknya kuat, sekarang bisakah KPU melindungi kotak tersebut dari orang-orang yang berniat curang. Orang-orang yang “berotak kardus”? Karena, jangankan kardus, besi atau baja sekalipun bisa diakali atau diutak-atik kalau niatnya memang sudah curang. Kalau dari awal memang sudah merencanakan menang dengan cara-cara kotor.

Inilah yang harus di perhatikan KPU. Teknisnya. Pengawasan dan pengawalannya. Mulai dari pra sampai pasca pemilu. Bagaimana perjalanan kotak kardus tersebut sampai ke KPU. Supaya aman dalam perjalanan. Supaya tidak bocor di jalan. Supaya tidak “masuk angin”. Kita berharap, kotak suaranya aman, kuat, tak bermasalah. Juga tak ada kecurigaan dan kecurangan, apalagi krisis kepercayaan.

Kalau semuanya berjalan baik di relnya, taat prosedur, sistemnya jalan, KPU dan Bawaslu melakukan antisipasi seketat-ketatnya, orang gila pun akan menghargainya. Tak ada yang kotak-katik itu kotak. Kotak kardus itu akan sekuat baja. Sebaliknya, kotak baja sekali pun bisa bolong di tangan orang-orang “berotak kardus” yang berniat curang dan bermain kotor.

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.