Dark/Light Mode

Jangan Sekadar Motong Daunnya

Kamis, 16 Maret 2023 04:44 WIB
SUPRATMAN
SUPRATMAN

RM.id  Rakyat Merdeka - Satunya kata dan perbuatan. Itu yang penting. Imbauan jangan hidup mewah misalnya, butuh keteladanan. Perlu contoh konkret. Istilah sekarang bukan “omdo”, omong doang.

Setelah kasus pamer harta yang dilakukan anak pejabat pajak Rafael Alun Trisambodo, beberapa kementerian dan lembaga langsung mereaksinya dengan surat imbauan kepada pegawainya: jangan pamer harta!

Reaksi semacam ini, berbentuk surat atau bahkan dengan UU sekalipun, tidak mempan. Sejak tahun 50-an, imbauan itu sudah ada tapi hasilnya minim. 

Tahun 2014 misalnya, Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Yuddy Chrisnandi menerbitkan Surat Edaran. Isinya, meminta semua kementerian dan lembaga menyediakan makanan lokal seperti ubi dan singkong sebagai hidangan rapat. Minumannya, teh, kopi atau air putih. Rapatnya jangan di hotel.

Baca juga : Innalilahi, Mantan Ketua Muda MA Djoko Sarwoko Meninggal Dunia

Surat imbauan itu tak berbekas, sampai sekarang. Tidak ada lagi ubi dan singkong. Yang terjadi justru keluarga pejabat pamer tas-tas mahal yang seharga rumah rakyat.

Fenomena tersebut menumbuhkan krisis kepercayaan. Rakyat yang diimbau, tak percaya dan tidak mau mengikuti imbauan tersebut. Apalagi kalau si pengimbau justru melakukan hal sebaliknya, pamer harta dan sebagainya.

Krisis kepercayaan menumbuhkan antipati. Rakyat kemudian berprinsip, “guru kencing berdiri, murid kencing berlari”. “…kalau mereka bisa, kenapa kita tidak?”

Karena itu, untuk mereformasi apa pun, negara perlu terlibat aktif. Tegas, jelas dan konsisten. Kalau sekadar jargon, bangsa ini sudah berpengalaman. Mulai dari “pengawasan melekat” atau Waskat di era Orde Baru, sampai sekarang, “revolusi mental”. Surat imbauan dan UU-pun tak digubris. 

Baca juga : Hidup Lagi Setelah Meninggal 9 Tahun

Kalau sekadar memotong empat lima orang, itu ibarat memotong daun di ranting kecil. Tidak terlalu berdampak. Akar, batang pohon dan dahannya masih kuat. Malah bisa tumbuh lebih lebat dalam berbagai kamuflase.

Mantan pimpinan KPK, Saut Situmorang dalam sebuah wawancara mengatakan, ada orang yang diindikasi dicurigai, tapi masih juga mendapat promosi jabatan. Bahkan sering muncul di TV. Dia tidak menegaskan, siapa orangnya.

Kalau pejabat yang disebut Saut hanya seorang, kita bisa menyebutnya oknum. Kalau banyak? Ini yang bahaya.

Jangan sampai orang-orang yang dipercaya sebagai pemecah masalah, justru menjadi bagian dari masalah itu sendiri. Pagar makan tanaman.

Baca juga : Medina Dina, Salting Dapat Kejutan Gading

Karena itu, perlu langkah tegas dan total. Di Georgia misalnya, mereka memotong generasi aparat korup. Yang bermasalah diberhentikan semuanya. Tidak sekadar jargon atau memotong empat-lima orang.(*)

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.