Dark/Light Mode

Jangan Terus Kecanduan Impor

Senin, 20 Februari 2023 04:54 WIB
BUDI RAHMAN HAKIM
BUDI RAHMAN HAKIM

RM.id  Rakyat Merdeka - Sejak lama, kita seperti kecanduan impor. Jangankan untuk barang-barang berteknologi tinggi seperti komputer, laptop, ponsel, pesawat, kereta, dan alat-alat kesehatan, barang yang kecil-kecil saja kita banyak impor. Seperti tusuk gigi, sendok, bahkan cangkul.

Demikian juga produk pangan, buah-buahan, dan sayuran. Untuk bawang putih dan kedelai, wajar kita masih impor. Karena dua komoditas tersebut tidak tumbuh optimal di dalam negeri. Namun, yang aneh, kita masih banyak impor gula, jeruk, anggur, apel, dan yang terakhir ramai adalah impor beras. Kita juga masih sering melakukan impor ikan, ayam, daging, dan telur.

Perkakas dan perabotan rumah, juga masih dibanjiri produk impor. Jika kita berbelanja di dua ritel raksana “biru” dan “merah, yang menyediakan perabotan rumah tanda dan perkakas, mayoritas yang disediakan adalah barang impor. Demikian juga di toko baru yang “kuning”. Piring, gelas, pernak-pernik, kursi, lemari, kasur, mayoritas impor.

Baca juga : Chelsea Pastikan Masih Terus Belanja Pamain

Produk mainan anak juga penuh dengan barang impor. Dari mainan canggih dengan remote control sampai mainan sederhana seperti cetakan istana pasir, kebanyakan buatan China. Hanya sebagian kecil yang dibuat di Indonesia.

Kondisi ini jelas membuat miris. Pasar yang begitu besar yang dimiliki Indonesia, dengan impor tersebut, justru banyak dinikmati bangsa lain. Kita yang punya potensi, orang lain yang kaya.

Kalau saja bisa mengerem impor tersebut, ekonomi kita tentu lebih maju lagi. Para petani dan peternak akan mendulang untung lebih besar karena barang-barangnya laris manis. Demikian juga dunia industri, akan semakin menggeliat karena produk-produknya digunakan masyarakat.

Baca juga : Perkuat Jaringan Transmisi, Cara PLN Tingkatkan Keandalan Listrik

Mengatasi masalah ini memang tidak mudah. Butuh kerja dan partisipasi semua pihak. Dari pemerintah, harus membuat regulasi yang lebih ketat dalam pembatasan impor. Jangan semua yang diajukan importir disetujui. Kalau barang-barang itu bisa dibuat atau diproduksi di dalam negeri, jangan berikan izin impor.

Di sisi lain, pemerintah juga harus terus memberi kemudahan bagi industri dan dunia pertanian agar semakin bergeliat. Sehingga bisa berproduksi tinggi, dengan kualitas barang-barang yang dihasilkan jempolan. Dan yang harus diingat adalah, kemudahan juga penting agar harga produk kita kompetitif.

Untuk pengusaha, jangan melulu mengutamakan keuntungan. Perhatian juga kondisi industri dan pertanian dalam negeri. Seraplah barang milik industri dan pertanian kita. Dengan begitu, selain mendapatkan untung, pengusaha juga ikut membantu membangkitkan ekonomi.

Baca juga : Ancelotti: Jangan Tiru Ronaldo Ya!

Sedangkan untuk masyarakat, harus mulai peduli dengan produk yang dibeli. Pertimbangannya jangan cuma asal murah atau utamakan yang berkualitas tinggi, tapi juga tolong lihat produk itu buatan mana. Mari kita mulai mencintai dan menggunakan produk dalam negeri. Kalau kita mau sedikit berusaha mencari, banyak juga lho produk dalam negeri yang berkualitas.

Semoga saja, dengan peran serta dan kesedaran semua, kita tidak terus kecanduan impor. Semoga juga industri, pertanian, dan ekonomi kita semakin maju, sehingga masyarakat semakin sejahtera.■

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.