Dark/Light Mode
BREAKINGNEWS
Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU
RM.id Rakyat Merdeka - Survei yang mengukur elektabilitas capres semakin marak. Hampir setiap pekan ada rilis hasil survei baru. Lembaga yang melakukan survei juga sangat banyak. Ada lembaga lama yang sudah punya nama, ada juga lembaga baru yang sedang merintis.
Dari sejumlah survei itu, nama Anies Baswedan, Ganjar Pranowo, dan Prabowo Subianto (penyebutan diurutkan berdasarkan abjad) selalu masuk dalam tiga besar. Namun, kadang-kadang hasilnya warna-warni. Ada yang menempatkan Anies sebagai pemegang puncak elektabilitas, ada yang mengunggulkan Ganjar, ada juga yang memenangkan Prabowo.
Baca juga : IMA Rekomendasikan 10 Strategi Pasarkan Daerah
Kondisi ini kadang-kadang membuat publik bingung. Kecurigaan pun muncul. Jangan-jangan lembaga tertentu sudah dikontrak calon tertentu, sehingga hasil surveinya tinggi. Apalagi, “belangnya” lembaga survei pernah dibongkar Darel Huff, penulis asal Amerika Serikat, dalam bukunya yang berjudul “How to lie with statistics”, yang terjemahan bahasa Indonesianya “Berbohong dengan Statistik”.
Meski demikian, sebaiknya publik tidak berburuk sangka terlebih dahulu. Kita memang paham, sebagian lembaga survei yang ada merangkap sebagai konsultan politik. Tapi, bukan berarti mereka memanipulasi hasil surveinya.
Namun, agar kecurigaan di publik tidak liar, sebaiknya lembaga survei juga dapat menjelaskan mengapa hasil penelitian yang mereka dapatkan berbeda. Lembaga survei harus mampu menjelaskan metodologi dan metode pengambilan sampel dalam survei yang mereka lakukan. Mereka harus memastikan kepada publik bahwa sampel yang dicuplik tidak bias, sebarannya sesuai demografi, dan benar-benar mewakili populasi.
Jadi, dalam rilis yang dilakukan, tidak hanya menampilkan angka-angka bahwa calon tertentu unggul. Tampilkan juga secara gamblang metodologi yang mereka gunakan, dan sampel-sampel yang mereka cuplik. Agar publik tercerahkan, bahwa perbedaan hasil survei hal yang wajar karena perbedaan metodologi dan cara pengambilan sampel.
Baca juga : Cak Imin Masuk Top Five Capres
Harus dijelaskan pula bahwa berbohong dengan statistik itu sangat berisiko bagi lembaga survei. Sebab, jika ada yang nekat menggunakan itu, kredibilitas lembaga survei itu akan hilang. Lembaga survei itu juga bisa dikeluarkan dari asosiasi karena dianggap telah melanggar kode etik.■
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Tags :
Berita Lainnya