Dark/Light Mode

Mengkritisi Survei Capres

Jumat, 9 Juni 2023 05:02 WIB
BUDI RAHMAN HAKIM
BUDI RAHMAN HAKIM

RM.id  Rakyat Merdeka - Survei yang mengukur elektabilitas capres semakin marak. Hampir setiap pekan ada rilis hasil survei baru. Lembaga yang melakukan survei juga sangat banyak. Ada lembaga lama yang sudah punya nama, ada juga lembaga baru yang sedang merintis. Yang menarik, hasilnya kadang bertolak belakang antara satu dengan yang lainnya.

Dalam setiap survei, nama Anies Baswedan, Ganjar Pranowo, dan Prabowo Subianto (penyebutan diurutkan berdasarkan abjad) memang selalu masuk dalam tiga besar. Namun, posisinya berbeda-beda. Ada yang menempatkan Prabowo sebagai pemegang puncak elektabilitas, ada yang mengunggulkan Ganjar, ada juga yang memenangkan Anies.

Baca juga : Erick Juara 1 Survei Cawapres

Kondisi ini kadang-kadang membuat bingung publik. Kecurigaan pun muncul. Jangan-jangan lembaga tertentu sudah dikontrak calon tertentu, sehingga hasil surveinya tinggi. Apalagi, “belangnya” lembaga survei pernah dibongkar Darel Huff, penulis asal Amerika Serikat, dalam bukunya yang berjudul “How to lie with statistics”, yang terjemahan bahasa Indonesianya “Berbohong dengan Statistik”.

Kecurigaan ini semakin besar karena adanya fakta sebagian lembaga survei ada yang merangkap sebagai konsultan politik. Lembaga tersebut bekerja untuk meningkatkan calon tertentu. 

Baca juga : Pendukung Yang Ingkari Capresnya

Agar kecurigaan di publik tidak liar, sebaiknya lembaga survei juga dapat menjelaskan mengapa hasil penelitian yang mereka dapatkan berbeda. Lembaga survei harus mampu menjelaskan metodologi dan metode pengambilan sampel dalam survei yang mereka lakukan. Mereka harus memastikan kepada publik bahwa sampel yang dicuplik tidak bias, sebarannya sesuai demografi, dan benar-benar mewakili populasi.

Jadi, dalam rilis yang dilakukan, tidak hanya menampilkan angka-angka bahwa calon tertentu unggul. Tampilkan juga secara gamblang metodologi yang mereka gunakan, dan sampel-sampel yang mereka cuplik. Agar publik tercerahkan, bahwa perbedaan hasil survei adalah hal yang wajar karena perbedaan metodologi dan cara pengambilan sampel.

Baca juga : Indikator: Erick Menangi Semua Simulasi Survei Elektabilitas Cawapres

Harus dijelaskan pula bahwa berbohong dengan statistik itu sangat berisiko bagi lembaga survei. Sebab, jika ada yang nekat menggunakan itu, kredibilitas lembaga survei itu akan hilang. Lembaga survei itu juga bisa dikeluarkan dari asosiasi karena dianggap telah melanggar kode etik.â– 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.