Dark/Light Mode

Mungkinkah Anies Kesulitan Dapat Tiket Capres?

Minggu, 7 Mei 2023 06:58 WIB
Prof. Tjipta Lesmana
Prof. Tjipta Lesmana

RM.id  Rakyat Merdeka -
Oleh: Prof. Tjipta Lesmana
Pengamat Politik Senior

Tiga hari terakhir, beredar luas wacana gagalnya Anies Baswedan menjadi calon presiden Koalisi Perubahan yang terdiri atas Partai NasDem, Partai Demokrat dan PKS. Koalisi ini digagas Surya Paloh, Ketua Umum Partai NasDem dalam suatu acara yang sangat meriah dihadiri lebih dari 1.000 orang.

Baca juga : Nasib Prabowo Setelah Ganjar Capres PDIP

Di acara tersebut, Paloh meluncurkan pidato panjang-lebar, penuh semangat dan berapi-api dengan wajah berseri; seolah Paloh baru pulang dari medan pertempuran dengan kemenangan besar. Dalam pidatonya, ia menekankan tujuan partainya meluncurkan Anies Baswedan, mantan Gubernur Jakarta, sebagai bakal calon Presiden, didampingi 2 calon bakal presiden lainnya: Jenderal TNI Andika Perkasa (waktu itu masih Panglima TNI) dan Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo.

Semula, pengumuman tiga bakal capres Koalisi Perubahan akan dilakukan pada Hari Pahlawan 10 Oktober 2022, tapi entah apa sebabnya, pengumuman dimajukan dua minggu.

Baca juga : Tunjukkan Kedigdayaan TNI Di Papua

Pengumuman Anies sebagai Capres mengejutkan masyarakat luas, sebab belum ada satu parpol lain yang melakukan. Deklarasi ini pasti mengejutkan Presiden Jokowi juga; boleh jadi Surya Paloh dianggap “menyodok” ramai-ramai Pilpres 2024. Belakangan masyarakat baru menyadari bahwa Jokowi tidak suka, bahkan jengkel dengan Surya Paloh karena “main sodok” ini.

Terbukti hubungan antara Jokowi dengan Paloh makin lama makin “dingin” paska deklarasi Anies sebagai capres. Tapi, tindakan Paloh membuahkan hikmah juga. Sejak Anies mengibarkan bendera “capres” ke berbagai daerah, termasuk beberapa negara (antara Australia dan AS), beberapa Ketua Umum parpol pun sibuk bolak-balik “bersilaturahmi” untuk membentuk koalisi. Koalisi Indonesia Raya (KIR) mungkin yang pertama: Ketua Umum Partai Gerindra, Prabowo Subianto, dan Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa, Muhaimin Iskandar mengeluarkan deklarasi maju sebagai capres-cawapres 2024. Disusul beberapa ketua umum parpol lain. PDI Perjuangan pun sibuk; muncul sejumlah spekulasi, antara lain, Prabowo Subianto dijagokan Jokowi untuk berpasangan dengan petinggi PDI Perjuangan. Ganjar Pranowo pun dijagokan Jokowi. Dua sosok ini, bahkan, dikabarkan calon kesayangan Jokowi.

Baca juga : Dua Masalah Besar Yang Menghadapi Indonesia

Dalam tempo singkat, maka terbentuk dua koalisi lagi, antara lain KIB, Koalisi Indonesia Bersatu yang dipimpin Airlangga Hartarto, Ketua Umum Partai Golkar sekaligus Menko Perekonomian dalam kabinet Jokowi. Zulkifli Hasan, Ketua Umum Partai Amanat Nasional, pun dengan cepat turun panggung, mencari teman koalisi. PPP tidak mau tinggal diam. Muhamad Mardiono, Plt Ketua Umum PPP, dengan cepat masuk gelanggang merapat ke KIB, tapi kemudian merapat lagi ke PDIP setelah Megawati Soekarnoputri mengumumkan Ganjar Pranowo sebagai capres partai berlambang banteng berkepala merah itu. PPP tidak mau kehilangan momentum, dengan alasan dua partai politik ini memang sudah lama bersahabat selama rezim Orde Baru; kantornya pun bersebelahan di jalan Diponegoro. Padahal awalnya, PPP sudah masuk ke KIB.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.