Dark/Light Mode

Antara Komunikasi Dengan Koalisi

Jumat, 7 Juli 2023 06:04 WIB
BUDI RAHMAN HAKIM
BUDI RAHMAN HAKIM

RM.id  Rakyat Merdeka - Suasana politik menjelang Pemilu 2024 lebih cair dibanding kontestasi-kontestasi politik sebelumnya. Saat ini, elite parpol terlihat lebih akrab. Bukan hanya pada kelompok yang sekubu, tetapi hampir dengan semua. Bahkan, parpol yang dulunya sering berseteru, kini tampak mesra.

Kondisi ini tentu sangat baik. Jika kondisi ini terus bertahan hingga 20 Oktober 2024, ketika Presiden-Wakil Presiden baru dilantik, politik kita bisa lebih sejuk. Ekses-ekses negatif seperti yang pernah terjadi di Pemilu 2014 dan 2019, bisa diminimalisir. Korban jiwa seperti yang terjadi dalam demonstrasi penolakan hasil Pilpres 2019 juga bisa dihindari.

Baca juga : Komunikasi Politik Jangan Cuma Saat Mau Koalisi

Kembali ke komunikasi antara elite, publik dapat menyaksikan, parpol-parpol saat ini tengah berlomba-lomba merangkul teman sebanyak-banyaknya. Mereka membuka diri kepada semua kalangan. Tak terkecuali Partai NasDem dengan PDIP. Meski NasDem kini menjadi semu oposisi, tapi usaha-usaha untuk komunikasi dengan PDIP tetap dilakukan. Setidaknya, Ketua Umum NasDem Surya Paloh pernah bertemu dengan Ketua DPP PDIP Puan Maharani dalam suasana yang sangat akrab.

Untuk saat ini, memang sudah terbentuk tiga poros untuk Pilpres. Poros PDIP dengan Capres Ganjar Pranowo, poros Partai Gerindra-PKB dengan Capres Prabowo Subianto, dan poros NasDem-Demokrat-PKS dengan Capres Anies Baswedan. Namun, poros ini belum terkunci. Masih ada peluang peleburan atau pembentukan poros baru. Apalagi, waktu pendaftaran Capres-Cawapres masih lama. Baru dibuka pada 19 Oktober 2023. Masih terbuka berbagai kemungkinan.

Baca juga : Pentingnya Kurikulum Literasi Digital Di Sekolah

Atas dasar itu, para elite tidak berhenti melakukan komunikasi. Yang sudah mengikat diri dalam perjanjian koalisi pun tidak diam. Mereka tetap lirik sana-lirik sini, demi mencari peluang lebih besar dan tentu juga pembagian “kue” yang lebih merata.

Dengan kondisi ini, peta koalisi bisa saja berubah, meski kemungkinannya tidak besar. Kuncinya terletak dalam penetapan Cawapres. Jika penetapan Cawapres di satu koalisi tidak diterima semua anggotanya, bisa jadi ada yang kecewa, lalu keluar. Kemudian dia bergabung dengan koalisi lain. Hal inilah yang bisa mengubah peta.

Baca juga : Santri Ganjar Bekali Para Santri Kemampuan Desain GrafisĀ 

Namun, bisa juga koalisi yang ada saat ini akan bertahan sampai Pilpres digelar. Hanya saja, hubungan antar koalisi tidak lagi seperti pasukan yang ada di medan tempur. Dengan komunikasi yang sudah berjalan, pertarungannya menjadi lebih soft. Atau bahkan bisa juga sudah ada kesepakatan, siapa saja yang menang, nanti akan merangkul yang kalah.

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.