Dark/Light Mode

Komunikasi Politik Jangan Cuma Saat Mau Koalisi

Rabu, 5 Juli 2023 05:09 WIB
BUDI RAHMAN HAKIM
BUDI RAHMAN HAKIM

RM.id  Rakyat Merdeka - Menjelang Pemilu 2024, para elite politik sibuk membangun komunikasi dan silaturahmi. Ada yang dibungkus dengan olahraga, ada yang makan bareng, ada juga dengan saling mengunjungi secara formal. Tujuannya dapat dibaca dengan jelas, mereka menjajaki koalisi guna memperbesar peluang menang di 2024.

Langkah ini tentu baik. Komunikasi ini membuat politik menjadi lebih cair. Ketegangan-ketegangan yang sebelumnya terjadi, bisa reda dengan komunikasi ini. Apalagi, dalam komunikasi yang dilakukan para elite tidak hanya fokus pada parpol-parpol yang ada dalam satu golongan. Komunikasi dilakukan dengan lintas parpol, termasuk yang sebelumnya selalu berseteru.

Baca juga : Persaingan Politik Jangan Hambat Program Kerja

Komunikasi dan silaturahmi ini patut dipertahankan. Sebab, inilah budaya kita, budaya Bangsa Indonesia. Budaya yang diajarkan nenek moyang kita dalam membangun bangsa ini. Contohnya sudah sangat jelas. Pada 1928, pemuda bangsa ini mampu melakukan komunikasi dan silaturahmi lintas golongan. Mereka bersatu dan bersumpah bersama untuk mewujudkan Indonesia.

Karena itu, kita berharap, komunikasi dan silaturahmi politik yang dilakukan para elite tidak berhenti sebatas pada upaya membangun koalisi. Komunikasi dan silaturahmi itu harus terus terjadi, deal atau tidaknya sebuah koalisi. Komunikasi dan silaturahmi itu mesti selalu terjaga, walaupun nanti jalan politik mereka berbeda-beda.

Baca juga : PKS Minta IMF Jangan Ikut Campur Soal Hilirisasi Nikel

Sejauh ini, sebagian elite sudah menyatakan “janji” bahwa komunikasi dan silaturahmi akan terus dilakukan. Bukan cuma saat menjelang Pemilu, tapi juga setelah Pemilu dan seterusnya. Kita berharap, “janji” ini bisa ditepati dan ikuti elite-elite lainnya. Agar bangsa ini lebih guyub dan rukun, sehingga bisa fokus dalam menjalankan pembangunan.

Pengalaman pahit pada Pilpres 2014 dan 2019 jangan terulang lagi. Saat itu, komunikasi dan silaturahmi politik antar-elite yang berseberangan terputus. Yang ada hanya saling serang, saling menjelekkan, dan saling menjatuhkan. Dampak dari putusnya silaturahmi ini sangat besar. Sampai sekarang, residu perpecahan di akar rumput masih terasa.

Baca juga : Jokowi Ingatkan Polri, Jangan Cuma Tajam Ke Bawah, Tapi Tumpul Ke Atas

Untuk Pilpres 2024, mari kita songsong dengan sikap baru. Sikap yang terbuka, cair, serta penuh kekeluargaan dan kebersamaan. Presiden Jokowi dan Menteri Pertahanan Prabowo Subianto sudah mencontohkan hal ini. Demikian juga Ketua DPP PDIP Puan Maharani dengan Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY). Kita berharap, tokoh-tokoh yang lain melakukan hal yang sama, sehingga bisa diikuti para pendukungnya masing-masing.

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.