Dark/Light Mode

Malaysia dan Natuna

Minggu, 5 Januari 2020 05:46 WIB
SUPRATMAN
SUPRATMAN

RM.id  Rakyat Merdeka - Jadi ingat ketika suporter sepakbola Indonesia dianiaya suporter Malaysia. Saat itu, Menpora Malaysia mengklaim, pengeroyokan tersebut hoaks, jangan dipercaya. Tapi Indonesia punya bukti. Ada pengakuan korban. Videonya viral.

Menpora Indonesia kemudian menuntut Malaysia meminta maaf secara resmi. Publik Indonesia juga bereaksi keras.

Malaysia tak berkutik dan mengakui pengeroyokan tersebut. Menpora Malaysia akhirnya meminta maaf secara terbuka.

Itu November 2019. Saat itu, Timnas Indonesia bertanding melawan Timnas Malaysia di kualifikasi Piala Dunia. Indonesia takluk 0-2 di Kuala Lumpur.

Baca juga : Jalan-jalan ke Water Park

Di media sosial, kejadian tersebut jadi trending. Ada yang dengan semangat berkata, “boleh kalah di lapangan hijau, tapi harga diri bangsa Indonesia jangan diinjak-injak!”.

Hubungan Indonesia dan Malaysia memang sangat dinamis. Walau menjadi musuh bebuyutan, Indonesia dan Malaysia tetap bersahabat. Erat. Sahabat ya sahabat, tapi kalau ada masalah selesaikanlah secara adil dan saling menghormati.

Itulah sikap proporsional dalam bertetangga. Kita tidak tunduk atau menyerah begitu saja, tapi juga tidak sok jago. Sewajarnya saja.

Sekarang kita menghadapi China di Kepulauan Natuna. Kapal nelayan China masuk wilayah Indonesia. Mencuri ikan. Dikawal penjaga pantai China pula.

Baca juga : Banjir dan Penyakitnya

Menurut Bupati Kepulauan Natuna, Abdul Hamid Rizal, kejadiannya bukan baru sekarang. “Sudah lama sekali,” kata Abdul Hamid.

Ini jelas pelanggaran. Apalagi wilayah tersebut milik Indonesia. Diakui PBB, walau China juga mengklaim perairan kaya minyak dan gas tersebut.

Indonesia tidak boleh tunduk. Harus tetap berdiri dengan kepala tegak. Sekarang saat yang tepat untuk berseru “NKRI Harga Mati!”

Karena itu, sejumlah pihak menyayangkan pernyataan dua menteri senior Indonesia yang meminta kasus di Natuna tersebut jangan dibesar-besarkan. Karena, China adalah sahabat.

Baca juga : Mau Jajal Nasi Goreng Buatan Ketua KPK?

Sahabat ya sahabat, tapi kalau ada yang masuk ke wilayah kita, sikap tegas dan jelas, sangat dibutuhkan. Sahabat mestinya saling menghargai.

Semoga pernyataan dua pejabat tersebut tidak seperti “membuka kartu” di hadapan lawan. Karena kalau kartu atau sikap kita sudah ketahuan, maka dengan mudah kita disetir. Kita bakal kalah.

Semoga Indonesia tetap bisa berdiri dengan kepala tegak. Paling tidak, kita tidak kalah gertaklah. Tidak kalah “psy war”. Karena, bangsa ini bangsa besar. Bangsa yang berdaulat.

Jadi ingat ketika pemerintah Indonesia menuntut Malaysia meminta maaf atas kasus pengeroyokan suporter. Malaysia akhirnya meminta maaf. Setelah itu, dinamis lagi. “kejar-kejaran” lagi. Seperti Tom & Jerry.(*)

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.