Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Lebaran dan Korupsi

Selasa, 19 Mei 2020 01:33 WIB
SUPRATMAN
SUPRATMAN

RM.id  Rakyat Merdeka - Korupsi dan lebaran, adakah hubungannya? Ada. Paling tidak di mata komponis terkenal Ismail Marzuki. Tahun 1952, seniman asli Betawi itu menciptakan lagu “Selamat Hari Lebaran”. Lagunya abadi sampai sekarang dan sudah dinyanyikan ulang banyak artis.

…Maafkan lahir dan batin, ‘lang taon idup prihatin
Kondangan boleh kurangin, korupsi jangan kerjain

Begitu bunyi lirik terakhir dari bait ketiga yang jarang sekali dinyanyikan. Lirik tersebut diduga hilang atau dihilangkan di akhir-akhir Orde Lama atau di awal Orde Baru. Karena, saat itu, korupsi dianggap sensitif oleh pemerintah.

Tahun 1952, ketika lagu itu diciptakan, Indonesia baru merdeka tujuh tahun. Negeri yang masih sangat belia itu, rupanya sudah mulai digerogoti korupsi.

Baca juga : Indonesia Sakarepmu

Para pejabat yang awalnya membela kepentingan rakyat mulai mengedepankan kepentingan pribadi dan kelompok. Perilaku Belanda dan VOC kembali berulang, oleh oknum pejabat Indonesia sendiri.

Para seniman, seperti Ismail Marzuki menyorot fenomena tersebut dalam karya-karyanya seperti dalam lagu Selamat Hari Lebaran.

Para sineas, juga mengangkat fenomena itu dalam karya-karya mereka. Tahun 1952, ada film berjudul “penjelundup”. Setahun kemudian, muncul film berjudul “Tahu Sama Tahu”. Film ini menceritakan perilaku korupsi dan gaya hidup mewah oknum pegawai kantor pemerintah di Jakarta.

Fenomena korupsi di kalangan para pejabat di era 50-an juga muncul dalam novel Senja di Jakarta karya Mochtar Lubis.

Baca juga : Berdamai dengan Covid-19

Dalam lagu Selamat Hari Lebaran, selain menyorot korupsi, Ismail Marzuki juga menyindir dengan lirik “selamat para pemimpin, rakyatnya makmur terjamin”.

Jelas, lirik ini sangat satir. Karena, saat itu, Indonesa masih tergolong negara miskin. Bukan negara yang makmur terjamin. Digerogoti korupsi pula.

Sekarang, lirik yang “hilang” dari lagu Ismail Marzuki tersebut mulai dimunculkan kembali. Beberapa grup menyanyikannya lagi. Sesuai aslinya.

Ini menggambarkan bahwa Korupsi masih tetap menjadi musuh bangsa ini. Indeks korupsi Indonesia masih memprihatinkan. Kasus-kasus besar bermunculan, walau ada yang akhirnya tenggelam.

Baca juga : Ambyar Covid-19

Sampai sekarang, melawan korupsi masih menjadi perjuangan berat. Ada masa ketika lembaga anti korupsi cukup kuat, ada masa ketika lembaga tersebut sangat lemah. Naik-turun.

Ketika Ismail Marzuki menyanyikan lagu “Selamat Hari Lebaran” 68 tahun lalu, dia mungkin membayangkan korupsi tidak lagi dikerjain. Ternyata… (*)

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.