Dark/Light Mode

Utang & Simsalabim

Jumat, 16 November 2018 10:07 WIB
BUDI RAHMAN HAKIM
BUDI RAHMAN HAKIM

RM.id  Rakyat Merdeka - Tidak ada di dunia ini negara yang tidak punya utang. Semua punya. Utang ke siapa? Macam-macam. Ada utang antarnegara, satu negara  ke lembaga keuangan dunia. Ada negara ke konsorsium perusahaan rakyasa di dunia. Pertanyaannya, untuk apa dan kenapa sebuah negara harus berhutang?

Negara mana pun, siapapun pemimpinnya, harus melakukan kegiatan pembangunan. Sumber pembiayaan  pembangunan ada yang bersumber dari pajak atas rakyatnya, bagi sisa hasil usaha perusahaan milik negara dan berasal dari utang. Dua sumber pertama seringkali hanya cukup membiayai fixed cost seperti gaji aparatur negara di sebuah negara. Sementara, kekurangan untuk anggaran pembangunan inilah yang diambil dari utang.

Baca juga : Dunia Politik Makin Telanjang

Idealnya, utang inilah yang dipakai untuk kegiatan produktif bukan konsumtif. Maksud kegiatan produktif, utang dipakai untuk pembangunan fisik yang berdampak stimulasi gairah ekonomi rakyat. Misalnya, pembangunan infrastruktur seperti jalan, bandara, dan atau pelabuhan untuk jalur kegiatan logistik, transportasi dan perdagangan.

Pembangunan di atas inilah yang kemudian akan menjadi urat nadi ekonomi. Urat nadi ini ditentukan oleh mutu akses ke berbagai wilayah di sebuah negeri. Pembangunan infrastruktur ini diakui dampaknya tidak bisa simsalabim. Menunggu waktu karena proses pembangunan dan stimulasinya seringkali tidak bisa cepat. Namun sekali ini dilakukan dan berhasil maka dampak pembangunan infrastruktur akan terasa dan dinikmati lintas generasi.

Baca juga : Politik Hantu

Orientasinya jangka panjang. Pengalokasian utang luar negeri untuk membangun negeri bisa juga untuk pembangunan non fisik. Ini merupakan kegiatan membangun manusia Indonesia. Investasi ke dunia  pendidikan, menyiapakan sumber daya manusia yang punya visi misi pembangunan negeri di masa depan. Sumber daya manusia yang moral mental dan intelektualitasnya siap untuk membangun negerinya hebat. Pengggunaan utang untuk hal-hal di atas inilah yang dilakukan oleh negara-negara yang sekarang sudah masuk dalam kategori negara berkembang.

Negara-negara sekarang masuk dalam daftar negara maju di berbagai bidang di belahan Eropa dan daratan Amerika. Bahkan sampai saat ini pun mereka masih membangun hal-hal di atas dari utang. Ironisnya, ini tidak dilakukan oleh negara-negara yang sekarang dikategori negara sedang berkembang dan terbelakang. Mereka gagal mengalokasikan utang untuk kegiatan pembangunan, sebaliknya diserap habis untuk kegiatan konsumsi dan tragis lagi dikorupsi oleh elit pemerintah yang rusak moralnya. Jadilah mereka negara di papan paling bawah. Nah kita berharap, negeri kita tidak dalam kategori kedua ini, sudah harus bijak dan cakap dalam menggunakan uang pinjaman.

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Tags :