Dark/Light Mode

Pahlawan Milenial

Sabtu, 10 November 2018 17:30 WIB
KIKI ISWARA DARMAYANA
KIKI ISWARA DARMAYANA

RM.id  Rakyat Merdeka - Dua hari lalu, Pemerintah menganugerahkan gelar pahlawan nasional kepada enam orang tokoh. Semuanya adalah pahlawan pejuang kemerdekaan melawan penjajahan. Mereka yaitu Abdurrahman Baswedan (Yogyakarta), Ir H Pangeran Mohammad Noor (Kalimantan Selatan), Agung Hajjah Andi Depu (Sulawesi Barat), Depati Amir (Bangka Belitung), Kasman Singodimedjo (Jawa Tengah) dan Brigjen KH Syam’un (Banten).

Di masa perjuangan merebut kemerdekaan, kiprah dan sepak terjang mereka luar biasa. Semangat dan cita-citanya berkobar-kobar, sehingga menginspirasi banyak orang di sekelilingnya. Kepentingan negara diperjuangkan dan lebih diutamakan daripada kepentingan diri, keluarga, kelompok atau golongannya. Mereka mengorbankan ego, demi tujuan yang lebih besar dan lebih mulia.

Di masa kini, Indonesia butuh lebih banyak lagi pahlawan. Pahlawan yang jenisnya beda. Pahlawan di mata kaum milenial adalah yang mampu menjawab tantangan zaman. Menyelesaikan banyak problem rakyat dan kebangsaan. Sebab yang dihadapi saat ini, bukan lagi penjajahan yang harus dilawan dengan perang fisik, tapi serangan mental dan godaan material dari revolusi teknologi digital yang tajamnya bagai silet.

Baca juga : Mana Pak Gub Dan Wagub?

Generasi milenial Indonesia, jumlahnya sekitar 81 juta orang. Mereka tumbuh dengan dicekoki banyak informasi dari dunia maya dan media sosial. Sikap dan analisanya sangat kritis, karena mereka memiliki kebebasan berpikir. Dengan mudah, track record seseorang ditelisik dari jejak digitalnya. Sehingga kejujuran, di mata mereka adalah poin terpenting saat menilai seseorang.

Hari ini, kaum milenial mendambakan tokoh yang bersih. Pahlawan kejujuran. Yang anti korupsi, dan mampu mengikis habis korupsi. Maka, orang-orang yang punya posisi penting dan menjadi pemangku kebijakan di negara ini, baiknya membulatkan tekad dan berada di garda terdepan dalam perang untuk memberantas korupsi, suap, calo, pungli dan sejenisnya.

Kemudian mereka juga mesti mendukung penuh langkah KPK, Kepolisian dan Kejaksaan. Kalau ada kasus korupsi yang diselidiki aparat hukum, para petinggi negara ini bersama BPK harus mendorong agar prosesnya cepat sampai di meja hijau dan pelakunya dihukum berat, biar jera.

Baca juga : Bendera

Rumor adanya pejabat yang mengintervensi atau memberi sinyal menghambat proses penyelidikan, jelas akan memuakkan mereka. Hal lain yang perlu mendapat perhatian serius adalah gaya hidup sebagian generasi milenial yang mulai cenderung hedonis, namun kebanyakan tak diiringi dengan pendapatan memadai. Malah di antara mereka, masih banyak yang pengangguran, dengan alasan sulit mencari pekerjaan yang sesuai dengan keinginan dan gaji yang diharapkan.

Karena itu, pahlawan bagi milenial adalah siapapun tokoh yang bisa menciptakan lapangan kerja. Atau mendukung mereka melahirkan usaha baru. Orang-orang yang punya pengaruh besar di negeri ini, baiknya fokus memberi pelatihan dan pendidikan untuk meningkatkan skill serta akses dana atau dukungan finansial bagi anak-anak muda atau pengusaha pemula, agar mereka tumbuh menjadi pebisnis dan kelak mampu bersaing di pasar global.

Jika dukungan dari para petinggi negara ini bagi pengusaha baru dan pemula, semakin nyata, tentu mereka akan tumbuh lebih cepat. Mereka inilah yang kelak dapat menyerap tenaga kerja. Banyak di antara generasi milenial yang aktif, produktif dan penuh inovasi. Mereka ini membutuhkan pahlawan yang bisa menjadi saluran kreativitas, sekaligus memberikan support.

Baca juga : Wisuda Doktor Ilmu Hukum Unpad, Bamsoet Ingatkan Perlunya Penguatan MPR

Dengan kriteria begini, maka untuk menjadi pahlawan bagi kaum milenial tak perlu lagi angkat senjata. Hanya perlu keberanian. Berani mendobrak kebiasaan, berani berkata benar, berani jujur, berani tidak korupsi, berani mengorbankan diri sendiri dan membela kepentingan lebih besar.

Kata Ralp Waldo Emerson, seorang filsuf Amerika, “Pahlawan itu tidak lebih berani dari orang biasa, dia cuma berani lima menit lebih lama”. (A hero is no braver than an ordinary man, but he is brave five minutes longer). Lima menit lebih berani ternyata bisa memberi arti luar biasa bagi negeri.

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.