Dark/Light Mode

Tempe Mahal, Mafia Lagi

Kamis, 14 Januari 2021 05:36 WIB
SUPRATMAN
SUPRATMAN

RM.id  Rakyat Merdeka - Ini berita salah satu media online tahun 2012. Tepatnya, Jumat, 27 Juli 2012. Judulnya, “Pemerintah dan Aparat Diminta Usut Mafia Kedelai”. Yang meminta, saat itu, seorang anggota DPR.

Hampir sembilan tahun berlalu, beritanya masih sama: tahu tempe mahal, harga kedelai meroket, pasokan terganggu, masalah impor, tata niaga, mafia kedelai, dan sebagainya. Masih seputar itu-itu saja. Tidak berubah. Awal bulan ini, pengrajin tempe (entah kenapa disebut pengrajin), mogok. Karena, harga kedelai mahal. Tahu tempe tak ada di pasaran.

Apakah kasus dan berita seperti ini akan muncul lagi sepuluh tahun mendatang? Tentu saja, harapan kita: tidak.

Baca juga : Hoax Vaksin, IDN Dan Inggris

Harapan kita, masalahnya hilang. Tak perlu berulang-ulang. Bangsa ini sudah kenyang dengan “pelajaran pahit” tahu tempe yang disodorkan berkali-kali. Keledai saja, seperti perumpamaan yang sering kita dengar, tidak jatuh dua kali di lubang yang sama.

Kita yakin, sebagai bangsa pertanian, agraris, yang punya ilmuwan pertanian hebat, bangsa ini bisa mengatasi kalau hanya sekadar masalah kedelai atau tahu tempe. Kalau tidak juga, ya… mungkin benar berita tahun 2012 yang dikutip di awal tulisan ini: ada mafia.

Lalu siapa mafianya? Jangan bayangkan ini hanya sekadar sosok seseorang. Ini tentang sebuah jaringan. Atau, dalam bahasa politik yang keren sekarang: oligarki.

Baca juga : Istilah, Pandemi Dan Politik

Lihat saja kasus-kasus besar yang disebut ada mafia hukumnya, rata-rata orang-orangnya tak dikenal. Nama mereka muncul dan dikenal begitu kasus tersebut terungkap.

Orang kemudian mencari tahu siapa mereka. Dari situ baru terlihat, oh… ada benang merahnya dengan si ini atau si itu. Nama besar. Entah benar atau tidak, karena biasanya tak ada kelanjutannya.

Sekarang rakyat hanya berharap, masalah-masalah seperti kedelai atau tahu tempe, tata niaga impor, memajukan industri pertanian, dan sebagainya, bisa dituntaskan. Segera. Tak berlarut-larut.

Baca juga : Antisipasi Penipuan Vaksin!

Kemudian, ke depannya, rakyat disuguhi berita-berita gembira. Misalnya, Indonesia swasembada kedelai, ekspor kemana-mana, petani kedelai makmur, pengrajin tahu tempe sejahtera, varietas kedelainya macam-macam. Berkualitas. Produknya menguasai dunia. Tak ada lagi mafia. Tak ada lagi impar-impor. Pokoknya hebatlah.

Harapan rakyat, termasuk penikmat tahu tempe, sederhana saja: Semoga impian itu terwujud. Tak sampai tujuh atau delapan tahun lagi. Tapi segera. Ya... Dua atau tiga tahunlah.(*)

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.