Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Ustadz Bijak Berpihak

Rabu, 10 April 2019 05:10 WIB
BUDI RAHMAN HAKIM
BUDI RAHMAN HAKIM

RM.id  Rakyat Merdeka - Satu pihak, dari sisi pragmatisme politik, para kontestan boleh menggaet siapa saja tokoh publik dengan basis massa ril. Termasuk menggandeng para pemuka agama dengan basis jamaah yang besar dan solid.

Sejarah perpolitikan tanah air dan di berbagai negara menunjukkan adanya realitas tersebut. Di Indonesia, dengan penduduknya mayoritas Islam terbesar di dunia, para kyai, ustadz, dai’, dan mubaligh, sudah punya sejarah panjang dalam keterlibatannnya di dunia politik praktis.

Sebagian memilih tetap di luar lapangan sebagai influencers atau endorsers, sebagian lagi gregetan dan tergoda masuk lapangan, jadi pemain politik. Mereka beradu kuat dengan simpul-simpul massa lainnya.

Di pesta demokrasi 2019 ini, para pemuka agama Islam terbelah. Keterbelahan mereka tentu berdampak besar ke tingkat akar rumput, jamaah majelis-majelis binaan mereka. Dan pergerakan massa berbasis jamaah ini dipengaruhi oleh para pemuka panutan mereka.

Baca juga : Perang Citra Jadi Magnet Massa

Santun, sejuk, kasar, beringas, sikap mereka, tergantung pemimpinnya. Oleh karenanya, berharap sekali para pemuka ini menunjukkan good manner.

Dunia perpolitikan kita, di tengah hiruk pikuk pesta demokrasi, sangat membutuhkan hadirnya keteladanan. Keteladanan dalam bertutur, menunjukkan dukungan, dan mengambil langkah-langkah politik.

Hadirkan akhlaq berpolitik yang bisa merekatkan persaudaraan di tengah provokasi perbedaan pandangan dan sikap politik.

Kedua kubu saat ini sudah menunjukkan permainan yang keras, menyerang, dan total. Sudah mulai terbuka ujaran-ujaran yang bernada serangan ke tingkat yang paling personal.

Baca juga : Darurat Demokrasi

Bumbu-bumbu retorika turut memberi nuansa yang mengoyak-ngoyak emosi massa tingkat grassroots. Masing-masing selalu berusaha mendramatisasi setiap peristiwa yang bisa menguatkan dukungan dan memikat massa mengambang agar segera menentukan pilihan.

Kinerja para buzzers kedua kubu terus meningkatkan serangan. Meme-meme semakin liar bertebaran. Plintiran-plintiran pernyataan tokoh semakin menjadi-jadi. Video editan dengan segala aktivitas penggiringan opininya terus membombardir seluruh jaringan lini massa.

Seluruh buzzers dibayar mahal agar setiap suntingannya terus menjadi trending topic. Sementara itu, di tengah engineering opini publik seperti itu, sayup-sayup terdengar khotbah moral asatidz-asatidzah dengan polosnya.

Banyak di antara mereka tidak sadar bahwa mereka tengah terombang-ambing dalam pusaran arus politik yang dimainkan para bajingan politik tengik.

Baca juga : Pilpres Itu People Power

Mereka yang slalu bicara atas nama dan menangguk untung besar dari ketulusan doa’ seorang pemuka agama di suraunya yang hampir rubuh. **

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.