Dark/Light Mode

WA 2 Tokoh

Minggu, 14 April 2019 05:41 WIB
SUPRATMAN
SUPRATMAN

RM.id  Rakyat Merdeka - Percakapan via WA dua ulama tersebar. Yang satu pendukung 01, yang satunya lagi, 02. Ya, itu percakapan Tuan Guru Bajang (TGB) dan Imam Syamsi Ali.

“Maaf, beda pilihan dulu ya. Insya Allah pilihan pilpres hanya musiman, persaudaraan dan kasih sayang akan tetap abadi,” begitu jawaban salah seorang di antara mereka.

Walau percakapan dua tokoh tersebut belum terkonfirmasi, tapi pesannya sangat baik. Kedua tokoh memberikan pelajaran berharga. Terutama untuk hari-hari ini, ketika suhu pemilu legislatif, apalagi pilpres, sangat panas.

Dua kubu terbelah sangat tajam. Bahkan, mungkin saja bisa melebihi fanatisme terhadap SARA. Ini sangat memprihatinkan. Apalagi kalau “perpecahan” itu dimanfaatkan pihak ketiga. Bisa dikipas-kipas terus. Akibatnya, kita diadu domba, kemudian lemah dan mudah dikuasai, di bidang apa saja.

Baca juga : Ayo Dinginkan Suhu Politik

Pilpres hanya musiman. Lima tahun sekali. Di tengah jalan, semuanya bisa berubah. Apalagi politik Indonesia yang ideologinya sangat cair. Misalnya, ini hanya contoh, pada Pilpres 2024, partainya Prabowo dan partainya Jokowi, bisa saja bersatu, kembali berkoalisi, mengusung capres dan cawapres yang sama.

Begitu pula ketika kita memilih salah satu parpol, suara kita untuk parpol tersebut, seusai pemilu, bisa saja “dibelokkan”, dibawa ke capres yang tidak kita dukung. Misalnya, ditawari kursi menteri sekian, tergiur, lalu gabung dan berkoalisi. Sangat cair.

Bahkan, pernyataan lima tahun lalu, sekarang bisa menjadi “senjata makan tuan”. Demikian pula pernyataan sekarang, lima tahun mendatang, bisa kembali dibuka. jejak digital bisa sangat panjang.

Karena itu, kata orang bijak, jangan berlebih-lebihan. Sewajarnya saja. Kalau pun jagoannya kalah, tidak terlalu merasa kehilangan. Kalau menang, juga tidak timbul arogansi. Kalau ada kesedihan, wajar. Kalaupun ada pesta kemenangan, juga wajar. Namun, tetap saja: sewajarnya.

Baca juga : Emak-emak Adalah Kunci

Pileg dan pilpres tinggal tiga hari lagi. Hari ini memasuki masa tenang. Kontemplasi. Setelah pencoblosan, lupakan semua. Move on. Siapa pun pemenangnya, harus didukung. Dialah pilihan terbaik bangsa ini. Siapa pun presidennya, juga wajib mengayomi seluruh rakyat, yang memilihnya atau tidak memilihnya.

Jangan pula ada dendam. Misalnya, ingin “menghabisi” semua lawan yang tidak mendukungnya saat pilpres. Kalau memang bersalah, wajib dihukum, tapi jangan juga mencari-cari kesalahan atau tebang pilih.

Bangsa ini perlu terus belajar, untuk segera move on, belajar menjadi pemenang bermartabat dan belajar menerima kekalahan, walau sangat pahit.

Setelah pemilu, hidup akan terus berjalan. Normal. Yang petani kembali bertani, pedagang kembali berdagang, pegawai kembali menjadi pegawai. Karena hidup bukan hanya soal pilpres.

Baca juga : Survei Dan Tahu Gejrot

Seperti dua ulama yang bersahabat tadi: pilpres hanya musiman, persahabatan dan persaudaran, akan tetap abadi.(*)

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Tags :