Dark/Light Mode
RM.id Rakyat Merdeka - Banyak yang kaget ketika mengetahui harga tes PCR di India setara 100 ribu rupiah. Di Malaysia, 500 ribuan rupiah. Di Indonesia sekitar 900 ribu rupiah sampai satu juta lebih.
Kalau rakyat yang kaget, wajar. Kalau anggota DPR ikut-ikutan kaget, ya kurang eloklah. “Ayo, belajar dari India,” kata seorang anggota DPR setelah mengetahui harga tes PCR di negara lain ada yang lebih murah.
Baca juga : Benahi Data, Segera!
Di sini, ada dua poinnya. Pertama, kenapa Indonesia lebih mahal? Kedua, kenapa anggota DPR ikut-ikutan kaget?
Harga tes PCR di India, khususnya di ibu kota New Delhi, beberapa bulan lalu, sekitar 154 ribu rupiah (kalau dirupiahkan). Pemda New Delhi kemudian menurunkan harganya menjadi sekitar 96 ribu rupiah. Sudah murah, diturunkan pula. Sangat inspiratif.
Baca juga : Fokus Covid, Bukan Yang Lain
Untuk kesehatan, India memang lebih murah. Karena, bahan obat dan alkes misalnya, tidak banyak mengimpor. Jadi, harganya bisa ditekan.
Di Indonesia, 90 persen bahan obat masih diimpor. Akibatnya, harganya sangat mahal.
Baca juga : Hati-Hati Varian 2024
Kenapa harus impor? Ini pertanyaan gampang, tapi jawabannya (seolah-olah) susah. Sama dengan pertanyaan, “kenapa Indonesia mengimpor beras, garam, singkong atau pacul?”.
Ada pemburu rente. Makelar. Tukang catut. Para pengejar cuan. Itu jawaban yang sering kita dengar.
Selanjutnya
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.