BREAKING NEWS
 

Gandeng Kaum Milenial Di GBN 2019

YBI Selamatkan Perajin Batik Dari Gempuran Produk China

Reporter : DWI ILHAMI
Editor : WIDIA SAPUTRA
Selasa, 30 April 2019 14:15 WIB
(Dari kiri) Moderator Santhy A Pranantyo, Ketua Panitia Gelar Batik Nusantara (GBN ) Wida D Herdiawan, Ketua Umum Yayasan Batik Indonesia (YBI) Yultin Ginandjar Kartasasmita, Wakil Ketua YBI Sri Murniati Widodo AS, dan pemilik Rumah Batik Azmiah Jambi Bagus melihat kain batik usai menggelar konferensi pers mengenai pelaksanaan Pagelaran Batik Nusantara ke-11 di Galeri Indonesia Kaya, Jakarta, kemarin. (Foto : PUTU WAHYU RAMA/RAKYAT MERDEKA).

 Sebelumnya 
Batik Asal Jambi 
Yang menarik dalam GBN tahun ini, diperkenalkan kain batik khas Jambi. “Ragam batik dari Sumatera akan menjadi highlight utama, sehingga dapat diperkenalkan kepada masyarakat luas dalam kaitannya memperkaya khasanah motif batik Nusantara, yang memiliki sejarah panjang perjalanan mulai awal penciptaannya, hingga proses penyebarannya di seluruh Indonesia,” lanjut Didit, sapaan akrab Wida. 

Salah satu pelaku usaha batik yang turut hadir dalam gelaran tersebut adalah Rumah Batik Asmiah asal Jambi, yang sudah berdiri sejak 1970an oleh generasi pertama keluarga Asmiah. 

Turut hadir dalam konferensi tersebut adalah Bagus, generasi ketiga Rumah Batik Asmiah. Dia memaklumi jika selama ini yang paling banyak dikenal adalah batik Jawa. Namun di 1875, perajin batik asal Jawa banyak yang bermigrasi ke Pulau Sumatera, termasuk ke Jambi. Mereka kemudian memperkenalkan teknik membatik. Sehingga tak heran, Jambi memiliki batik yang tekniknya berasal dari Jawa. 

Baca juga : OJK Perkuat Pengawasan Praktik Pencucian Uang

“Lewat perhatian pemerintah di 1970an, akhirnya dibangkitkan kembali batik Jambi. Di mana nenek saya generasi pertama perintis usaha batik, yang awalnya hanya memproduksi tiga sampai empat kain per hari dan dijual sendiri di pasar,” kisah Bagus. 

Saat ini di tangan Bagus, Rumah Batik Asmiah membawahi sekitar 50 perajin batik yang dibinanya. Per bulan, ia bisa memproduksi sekitar 200 potong batik cap, dan 60-70 potong batik tulis. 

Diakui Bagus, batik produksi buatannya memang tergolong mahal. Ia membanderol harga batiknya dari yang termurah Rp 700 ribu untuk batik cap dan tulis, hingga Rp 2 juta per kain untuk batik tulis. Dalam sebulan tak kurang Rp 150 juta menjadi keuntungan bersihnya. 

Baca juga : Seolah Cuma Islam Yang Berasal Dari Timur Tengah

“Kami tidak ikut toko online di marketplace. Tapi punya web resmi yang dijual di sana. Sekitar 80 persen omzetnya berasal dari pembelian dari online, ada di Pulau Jawa dari dan pulau lainnya. Sekitar 15-20 potong per hari dikirim ke sana,” rinci Bagus. 

Untuk diketahui, batik Jambi sedikit dipengaruhi oleh India seperti motif patola, bungo durian, melati, maupun kapal sanggat yang didominasi oleh warna merah dan warna gelap sebagai bahan dasarnya. 

Ia pun masih tetap mempertahankan proses teknik membatik secara tradisional. Saat ini, ia juga tengah memikirkan bagaimana tata kelola limbah, sehingga batik menjadi produk yang ramah lingkungan. 

Baca juga : Inggris Redam Pengaruh China

GBN 2019 akan diselenggarakan pada 8-12 Mei 2019 di Main Lobby dan Assembly Hall, Jakarta Convention Center. Pameran dibuka mulai pukul 10.00-2100 WIB, dengan harga tiket masuk Rp 20 ribu. Khusus untuk 9 Mei 2019, pameran ini akan dibebaskan dari tiket masuk. GBN telah dilaksanakan sejak 1996 oleh Yayasan Batik Indonesia setiap dua tahun sekali. Dan tahun ini merupakan kali ke-11 GBN terselenggara. [DWI]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Tags :

Berita Lainnya
 

TERPOPULER

Adsense