BREAKING NEWS
 

Dolar Bakal 10.000

Ramalan Luhut Fakta Apa Hoaks

Reporter : BAMBANG TRISMAWAN
Editor : ADITYA NUGROHO
Kamis, 5 Desember 2019 07:52 WIB
Menko Maritim Luhut Binsar Pandjaitan. (Foto: Dwi Pambudo/Rakyat Merdeka)

RM.id  Rakyat Merdeka - Luhut Binsar Pandjaitan punya ramalan baik tentang masa depan ekonomi kita. Menko Kemaritiman dan Investasi itu yakin, rupiah akan kembali perkasa di angka Rp 10 ribu per dolar AS. Ramalan Luhut ini bisa jadi fakta atau cuma jadi hoaks ya.

Luhut mengatakan, punya sejumlah strategi agar rupiah bisa bertengger di angka Rp 10 ribu per dolar AS. Strategi pertama, adalah dengan hilirisasi industri. Dengan hilirisasi, komoditas ekspor mempunyai nilai tambah.

Luhut mencontohkan kebijakan hilirisasi pada komoditas tambang bijih nikel. Ke depan, bijih nikel tak bisa langsung diekspor. Tapi mesti diolah dulu di dalam negeri.

Ke depan, hilirisasi akan dilakukan pada komoditas lain seperti stainles steel, carbon steel, katode dan baterai lithium. Selanjutnya ada tembaga dan turunannya. “Saya kira 5 tahun ke depan apa yang dibuat Presiden pasti sangat baik sekali,” kata Luhut, di kantornya, Jakarta, Selasa (3/12).

Strategi selanjutnya adalah menekan impor minyak, terutama jenis solar. Caranya adalah dengan memanfaatkan minyak sawit melalui program biodiesel 20 persen atau B20. Luhut yakin kebijakan itu akan menekan impor energi khususnya migas. Dengan B20, kata Luhut, pemerintah bisa menekan impor solar sekitar 25 persen dengan nilai sekitar Rp 300 triliun.

Baca juga : Sri Atau Halim, Mana yang Fakta Mana yang Hoaks

Ke depan, program pemanfaatan minyak sawit itu akan terus di tingkatkan menjadi B30, B40 sampai B100 atau sampai satu titik Indonesia tidak perlu lagi impor solar. Selain itu, Luhut juga memperkirakan investasi sektor energi hijau akan meningkat.

Saat ini, Indonesia sudah memiliki proyek green energy dan hydropower di Kalimantan dan Papua. Eks Kepala Kantor Staf Presiden itu menyatakan, Jepang sangat tertarik pada proyek energi terbarukan. Dia juga berharap pada kunjungan turis pada sektor pariwisata.

Menurut Luhut, sejumlah kebijakan itu diharapkan dapat menekan defisit transaksi berjalan dan dapat mendorong penguatan rupiah. Defisit transaksi berjalan memang penyakit menahun. Sulit sekali disembuhkan.

Sepanjang tahun lalu, neraca transaksi berjalan mengalami defisit 31,1 miliar dolar AS atau sekitar 2,98 persen dari PDB. Namun Luhut menargetkan, defisit transaksi berjalan mencapai 1 miliar dolar AS hanya dalam dua atau tiga tahun.

Adsense

“Harapannya, defisit bisa single digit atau di bawahnya sehingga rupiah bisa di bawah 10 ribu nanti. Cadangan dolar naik sehingga ekonomi kita bisa tumbuh lebih baik ke depan,” harapnya.

Baca juga : Soal Investasi, Luhut: Saya Yang Eksekusi

Apakah ramalan Luhut bisa terealisasi? Ekonom dari Samuel Asset Management, Lana Soelistianingsih menyatakan, bukan sesuatu hal yang mustahil.

Dia lalu menceritakan bagaimana penguatan rupiah di era Presiden BJ Habibie. Dari yang Rp 16 ribu bisa menjadi Rp 10 ribu per dolar AS. “Jadi bukan sesuatu yang mustahil,” kata Lana.

Menurut Lana, salah satu yang mendorong penguatan rupiah saat itu adalah sentimen global. Sehingga ada ekspektasi positif terhadap ekonomi Indonesia. Dalam waktu pendek, sekitar satu tahun, nilai tukar rupiah bisa menguat ke angka Rp 10 ribu.

Menurut dia, hilirisasi memang penting dalam menekan defisit. Jika kebijakan itu berjalan dengan baik, Lana yakin, rupiah bisa menguat minimal ke angka Rp 12 ribu per dolar AS. “Saya kira sih waktu 3 tahun masih ada kesempatan,” paparnya.

Ekonom Indef, Bhima Yudhistira mengatakan, mimpi boleh saja, tapi selama strategi mengurangi defisit transaksi berjalan masih yang dilakukan itu-itu aja, masalah defisit tak akan selesai. “Jangan harap 2 tahun masalah selesai,” kata Bhima saat dikontak, tadi malam.

Baca juga : Ronaldo Bakal Jadi Nama Stadion

Menurut dia, strategi yang disampaikan Luhut soal B30 misalnya, dianggap belum cukup memperbaiki de fisit transaksi berjalan. Masalah utama di defisit transaksi berjalan adalah ketergantungan pada impor bahan baku farmasi, di mana 90 persen lebih impor.

Kemudian ada repatriasi modal asing yang menggerus pendapatan primer serta kurangnya ekspor jasa seperti pariwisata. “Lagipula B20 yang ada saat ini masih belum terserap dengan baik karena ada masalah permintaan maupun kesiapan pasokan,” pungkasnya.

Anggota Komisi XI DPR, Heri Gunawan mengatakan, mungkin saja ramalan Luhut itu terbukti. Dengan catatan, kementerian dan lembaga bekerja sinergis. Tidak lagi mementingkan ego sektoral. Juga tergantung berhasil atau tidaknya menyederhanakan peraturan.

“Rupiah menguat sangat mungkin. Tapi kalau 2-3 tahun sepertinya terlalu cepat sepertinya. Kalau akhir periode masih realistis,” kata Heri tadi malam. [BCG]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Tags :

Berita Lainnya
 

TERPOPULER

Adsense