BREAKING NEWS
 

Rusia Tawarkan Kerja Sama Vaksin Sputnik V

Reporter : PAUL YOANDA
Editor : MUHAMMAD RUSMADI
Jumat, 28 Agustus 2020 21:55 WIB
Duta Besar Rusia untuk Indonesia Lyudmila Vorobieva. [Foto: president.ac.id]

RM.id  Rakyat Merdeka - Selasa (11/8/2020) lalu, Rusia akhirnya mengumumkan menyetujui regulasi vaksin Covid-19. Vaksin virus Corona itu diberi nama Sputnik V. Bahkan, Presiden Rusia Vladimir Putin langsung yang mengumumkan, Rusia menjadi negara pertama yang memberikan persetujuan regulasi ini.

Dalam press briefing virtual, Rabu (26/8) lalu, Duta Besar (Dubes) Rusia untuk Indonesia Lyudmila Vorobieva menegaskan, vaksin yang dibuat negaranya sangat aman. Dia menjelaskan, vaksin itu adalah vaksin yang tidak mengandung adenovirus hidup.

"Melainkan hanya vektor dari adenovirus yang tidak dapat berkembang biak di dalam tubuh. Sehingga sangat aman," ujarnya.

Untuk diketahui, adenovirus adalah grup virus yang dapat menyebabkan infeksi pada mata, usus, paru, dan saluran pernapasan. Vorobieva melanjutkan, saat ini banyak spekulasi bagaimana Rusia bisa mengembangkan vaksin tersebut. Menurut dia, jawabannya adalah pada penggunaan teknologi. "Teknologi yang dipakai sudah dikembangkan lama. Sejak bertahun-tahun lalu," terangnya.

Baca juga : Jokowi Bagikan Modal Kerja Pada Pelaku Usaha Kecil di Aceh

Sementara Sputnik V, tambahnya, berbeda dari vaksin-vaksin sejenis. Karena dikembangkan oleh Gamaleya Institute dengan menggunakan dua vektor adenovirus. Yakni Ad5 dan Ad26. Sementara perusahaan-perusahaan lain, kata Vorobieva, hanya menggunakan pendekatan satu vektor.

Gamaleya Institute, lanjutnya, merupakan perusahaan pertama yang melakukan terobosan dalam menggabungkan vektor Ad5 dan Ad26. "Penggabungan keduanya memicu respons kuat imunitas untuk jangka panjang," ungkapnya.

Sputnik V, sambungnya, telah melewati dua fase uji klinis. Fase pertama atau pre-trial melibatkan hewan. Yakni hamster dan makaka. Setelah memperlihatkan hasil menjanjikan, uji klinis dilanjutkan ke fase kedua pada Juni lalu.

Adsense

Transisi dari fase pertama ke fase kedua melibatkan 76 relawan sehat. Dengan rentang usia antara 18 dan 60 tahun. Setelah terbukti memicu imunitas jangka panjang, Rusia berencana melanjutkan uji klinis ini ke fase ketiga.

Baca juga : PUPR Muda Teladani Kejujuran Dan Kesederhanaan Bung Hatta

Dia berharap, uji klinis fase ketiga dapat dimulai di beberapa negara mulai pekan depan. Jumlah peserta berkisar 44 ribu. "Negara-negara yang akan ikut adalah Rusia, Filipina, Mesir, Brasil, India dan lainnya," ucapnya.

Lebih lanjut, dia menyebut, Pemerintah Rusia telah menawarkan Indonesia kerja sama vaksin Sputnik V. Katanya, saat ini sudah ada sekitar 25 negara yang tertarik pada Sputnik V. Dia bilang, terkait kerja sama dengan Indonesia, presiden kedua negara sudah menyepakati area pencegahan Covid-19 dalam sambungan telepon pada 30 April lalu.

Ada tiga bidang yang ditawarkan Rusia kepada Indonesia seputar covid-19. Bidang pertama adalah distribusi Sputnik V saat seluruh tahahan uji klinis vaksin tersebut selesai. Kedua, adalah uji klinis itu sendiri. Rusia menawarkan Indonesia untuk menjadi salah satu negara peserta dalam uji klinis Sputnik V fase ketiga.

"Sementara untuk bidang ketiga, kami juga siap, jika Indonesia hendak memproduksi sejumlah komponen (Sputnik V) di dalam negeri," tuturnya.

Baca juga : Pesawat Tempur Israel Gencarkan Serangan ke Gaza

Selain di level kepala negara, Menteri Kesehatan Rusia dan Indonesia, dia bilang, telah membicarakan prospek kerja sama pengembangan vaksin. Sejauh ini di fase awal, ungkapnya, Pemerintah Indonesia merespons baik. "Kami mengharapkan respons lebih lanjut dari Indonesia. Karena penawaran kami juga baru disampaikan belum lama ini," katanya.

Jika kerja sama dilakukan, Vorobieva memperkirakan, harga vaksin Rusia bisa tiga kali lebih murah dari vaksin-vaksin lain. "Harga final dari vaksin Sputnik V akan cukup lebih rendah ketimbang vaksin lainnya berdasarkan estimasi kami. Seperti dua atau tiga kali lebih murah," ujarnya.

Sebelumnya, Direktur Gamaleya Institute, dr. Alexander Gintsburg menyatakan, vaksin buatannya mempunyai masa perlindungan bagi tubuh manusia selama dua tahun. "Dan bisa saja lebih," ujarnya.[PYB]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Tags :

Berita Lainnya
 

TERPOPULER

Adsense