BREAKING NEWS
 

Moeldoko Menggoyang Demokrat, Ada Apa?

Rabu, 3 Februari 2021 15:40 WIB
Prof. Tjipta Lesmana

RM.id  Rakyat Merdeka - Dalam perpolitikan di Indonesia, sejak Orde Baru, penguasa selalu menjaga dan menciptakan stabilitas politik dan stabilitas pemerintahan. Asumsinya: pembangunan nasional tak kan berjalan mulus, jika stabilitas politik goyang-goyang seperti pada era Orde Lama.

Maka, tugas pokok Soeharto setelah ditetapkan sebagai Presiden oleh MPRS pada 1968 adalah menciutkan jumlah partai politik: dari 9 menjadi 3 partai saja: Partai Demokrasi Indonesia (PDI), Partai Persatuan Pembangunan (PPP) dan Sekretariat Bersama Golongan Karya (yang kemudian ganti nama jadi Partai Golkar).

Dua partai pertama oposisi, sedangkan Golkar partai pemerintah. Tidak cukup 3 partai, kedua partai oposisi juga diobok-obok sedemikian rupa sehingga pimpinannya jadi “orang pemerintah”.

Baca juga : Matinya Harian Suara Pembaruan (2/Selesai)

John Naro, Ketua Umum PPP digoyang kepemimpinannya sampai jatuh. Naro dinilai tidak akrab dengan pemerintah.

PDI terus digoyang sehingga pecah jadi 2 kubu besar. Kepemimpinan Megawati Soekarnoputri terus-menerus dirongrong. Tapi, Mega sukar dijatuhkan karena didukung oleh akar rumput di seluruh Indonesia.

Melalui forum Kongres di Jakarta, kemudian KLB di Medan dan terakhir Kongres lagi di Surabaya, tetap saja melahirkan DPP kembar.

Baca juga : Matinya Harian Suara Pembaruan (1)

Sedemikian parah perpecahan PDI, akhirnya Dewan Pengurus Pusat menyerahkan kepada pemerintah pusat untuk membentuk Pengurus DPP. Memalukan sekali!

Pada era reformasi, strategi pemerintah melemahkan partai politik yang dinilai “suka menggonggong” tetap berjalan, karena sudah tradisi.

Partai Golkar misalnya, sempat pecah dua: antara Golkar Agung Laksono dan Golkar Aburizal Bakrie. Akbar Tandjung sebagai eks Ketua Umum Golkar, tidak mampu mempersatukan kedua blok partai besar ini. Akhirnya, lewat jalur hukum yang zig-zag, Agung Laksono tersingkir. Maka, merapatlah Golkar pimpinan Bakrie ke kubu pemerintahan SBY.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Tags :

Berita Lainnya
 

TERPOPULER

Adsense