Dark/Light Mode

RM.id Rakyat Merdeka - Pada 2005, penulis mendapat undangan untuk memberikan ceramah umum di tiga universitas Korea Selatan (Han Nam, Keim Yung, dan Yong Sei). Ketika itu, di Seoul sedang berlangsung konferensi internasional tentang masa depan media cetak. Lebih dari 100 delegasi dari berbagai negara, termasuk Indonesia, hadir. Penulis mengikuti konferensi ini hanya dari liputan media setempat.
Pandangan para pemilik dan eksekutif media besar terbelah dua. Sebagian besar percaya prospek media cetak “gelap”, dihancurkan oleh media online yang kian agresif dan disenangi publik. Tapi, tidak sedikit bos-bos media yang percaya, bahwa media cetak tidak akan mati, asal dikelola secara profesional dan serius.
Baca juga : Ketika Jokowi Marah di Raker Soal Pupuk (2/Selesai)
Jakob Oetama (almarhum), pemilik dan Pemimpin Umum harian “Kompas” termasuk kelompok kedua. Kepada saya, Pak Jakob memang mengaku semakin sulit masa depan koran. “Tapi saya tetap yakin, koran tidak akan mati,” ucap wartawan veteran ini dengan senyumnya yang khas.
Memasuki dekade 2010-an, media terkenal di negara-negara Barat mulai berguguran. Oktober 2012 majalah kondang terbitan Amerika yang berusia 80 tahun, Newsweek, mengumumkan berhenti terbit; yang masih melayani publik hanya edisi online.
Baca juga : Ketika Jokowi Marah di Raker Soal Pupuk (1)
November 2017, giliran majalah Time mengalami guncangan hebat. Meredith Corporation membeli perusahaan Time, Inc. didukung oleh Koch Equity Development. Pertengahan 2018 majalah mondial itu menghentikan penjualannya.
Enam minggu kemudian Meredith Corporation mengumumkan rencana melego Time dan beberapa anak perusahaannya seperti Fortune, Money dan Sports Illustrated. Oleh Meredith Corporation, majalah Time kemudian dijual kepada March Benioff dan isterinya, Lynne, senilai US$ 190 juta. Penjualan majalah itu dituntaskan pada 31 Oktober 2018.
Baca juga : Terorisme Domestik Di Kongres Amerika
Itu hanya beberapa kasus ambruknya media kondang di Amerika. Puluhan harian/mingguan di Eropa dan Amerika mengalami nasib buram serupa. Namun, di Inggris, Daily Mail tetap berjaya dalam usia 124 tahun. Harian ini dijuluki “The top selling daily newspaper in UK” dengan oplah jutaan eksemplar tiap hari. Portalnya dibaca oleh sekitar 15 juta rakyat dari manca negara.
Selanjutnya
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.