BREAKING NEWS
 

Cerita Lebaran Penuh Keterbatasan di Negeri Komunis Kuba

Reporter & Editor :
OKTAVIAN SURYA DEWANGGA
Jumat, 14 Mei 2021 22:46 WIB
Suasana Shalat Idul Fitri di Wisma Indonesia, di Havana, Kuba. (Foto: KBRI Havana, Kuba)

RM.id  Rakyat Merdeka - Bagaimana ya rasanya merayakan Idul Fitri di negara berideologi sosialis-komunis? Duta Besar RI untuk Kuba, Nana Yuliana mengungkapkan, perayaan lebaran di negara itu penuh dengan keterbatasan.

Takbiran, shalat Id, dan halal bi halal yang digelar di Wisma Indonesia, Havana, ibu kota Kuba, hanya dihadiri 4-5 orang. "Sepi," ujar Nana dalam diskusi RM.id bertajuk "Cerita Lebaran dari Kuba", Jumat (14/5).

"Di Provinsi Camaguay, sekitar 8 jam dari Havana, mahasiswa kita shalat Id di lapangan. Suasananya masih sangat terbatas," imbuhnya.

Baca juga : Di Hari Lebaran, Sampah DKI Jakarta Capai 2.142 Ton

Di Havana, ada satu masjid bernama Masjid Abdallah. Tapi satu-satunya masjid di ibu kota Kuba itu ditutup karena pandemi Covid-19. Hanya ketika Subuh masjid yang dulunya merupakan museum atau tempat pameran mobil itu dibuka.

Bagaimana dengan makanan lebaran? Tak ada ketupat, makanan khas lebaran Tanah Air. Cuma opornya yang ada. Dari foto-foto yang dibagikan Nana, selain opor, ada juga rendang, sayur pepaya, dan sambal goreng kentang.

Adsense

"Ya kita merasakan lebaran dikit. Nggak kalah lah dengan Indonesia. Jadi obat kangen, tombo kangen ini," selorohnya sambil tertawa.

Baca juga : Penuhi Kebutuhan Lebaran, Pertamina Tambah 3 Juta Tabung LPG 3 Kg Se-Sulawesi

Jangan pikirkan ada kue-kue khas lebaran seperti nastar atau kastangel di sana. Kata Nana, mencari bahan-bahan pangan di Kuba cukup sulit. Ini merupakan dampak dari embargo ekonomi yang dijatuhkan kepada Kuba. Kondisi itu juga diperparah dengan pandemi Covid-19.

"Saya mau cari gula susah, padahal mau bikin kue untuk lebaran. Tepung juga susah," keluh Nana yang juga merangkap Dubes RI untuk Bahama, Republik Dominika, Haiti, dan Jamaika itu.

Bulan Ramadan juga dilalui tanpa banyak acara. Tidak ada buka bersama. Sementara shalat tarawih berjemaah, hanya dilakukan dua kali, di Wisma Indonesia.

Baca juga : Menperin Minta Pembangunan Kawasan Industri Halal Dikebut

Selain karena pandemi Covid-19, sepinya suasana Ramadan dan lebaran juga disebabkan lantaran tidak banyak Warga Negara Indonesia (WNI) yang ada di Kuba. "Cuma ada 56 WNI dan terpisah-pisah di berbagai provinsi," ungkap Nana.

Jumlah umat muslim sendiri secara keseluruhan di Kuba hanya sekitar 10 ribu orang. "Kebanyakan mualaf," bebernya. Meski terbatas, Nana tetap mensyukuri perayaan lebaran di negeri yang pernah dipimpin Fidel Castro tersebut.  [OKT]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Tags :

Berita Lainnya
 

TERPOPULER

Adsense