Sebelumnya
Berdasarkan hitungannya, paling tidak jika Garuda diperbolehkan hanya bayar 60 persen dari harga sewa sekarang, dan dengan jumlah penumpang seperti saat ini, maka perseroan masih bisa untung.
“Bantuan pemerintah baru sekitar Rp 1 triliun yang turun, dari yang dijanjikan Rp 8,5 triliun. Kalau itu bisa dikucurkan lagi, paling nggak itu bisa menolong,” katanya.
Perbaiki Kinerja
Baca juga : Bangun SDM, Dewan Pendidikan Dukung Transformasi IAKN Ke Untara
Pengamat Industri Penerbangan Gatot Raharjo berpendapat, program pensiun dini sebenarnya sudah sering dilakukan manajemen Garuda sejak dulu. Saat ini, sebenarnya maskapai nasional lain juga sudah melakukan restrukturisasi, termasuk mengurangi pegawai. edanya, tidak dipublikasikan seperti Garuda.
“Restrukturisasi mau tidak mau harus dilakukan Garuda dan maskapai lain, karena bisnisnya sedang menurun tajam,” ujar Gatot kepada Rakyat Merdeka, kemarin.
Menurutnya, restrukturisasi bisa diartikan pemangkasan biaya, untuk menahan laju cash flow dari terjun bebas. Apalagi sekarang minim pemasukan.
Baca juga : Pasokan Vaksin Datang Lagi, Menlu Retno Minta Masyarakat Tetap Jaga Prokes
“Program pensiun dini ini sebenarnya juga memerlukan banyak biaya untuk membayar golden shake hand pada pegawai yang ambil program ini,” jelasnya.
Kendati begitu, lanjut Gatot, program pensiun dini sangat disayangkan karena Sumber Daya Manusia (SDM) penerbangan sedikit berbeda dengan SDM bidang lain. SDM penerbangan itu hampir semua tersertifikasi. Artinya, mereka adalah orang-orang yang expert di bidangnya.
“Susah untuk menjadi expert, karena perlu pendidikan dan pengalaman kerja, serta sertifikasi dari regulator atau pemerintah,”jelas Gatot.
Baca juga : Nataru, Trafik Penumpang Di Bandara Angkasa Pura I Tembus 1,4 juta Penumpang
Jadi, jika SDM itu berkurang, manajemen Garuda harus bisa memastikan, operasional mereka tidak terganggu. Terutama yang terkait keselamatan dan pelayanan penerbangan, harus tetap bisa dipertahankan.
Karena itu, program restrukturisasi ini sebaiknya dibarengi dengan perbaikan kinerja. Garuda, kata Gatot, perlu membuat terobosan bisnis, agar mendapat pemasukan selain dari tiket penumpang yang menurun tajam. Dan tentunya campur tangan pemerintah tetap dibutuhkan.
“Harus dibuat iklim bisnis yang lebih mendukung bagi maskapai untuk bertahan hidup. Jika maskapai sampai bangkrut, yang rugi adalah Indonesia,” pungkasnya. [DWI]
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.