Dark/Light Mode

Kasus Penculikan Aktivis 1997/1998 Nongol Lagi

Korban Dan Keluarga Masih Berharap Ada Penyelesaian

Senin, 18 Maret 2019 14:13 WIB
Acara mengenang 21 tahun tragedi penculikan aktivis 97-98. (Foto : Istimewa).
Acara mengenang 21 tahun tragedi penculikan aktivis 97-98. (Foto : Istimewa).

RM.id  Rakyat Merdeka - Kasus penculikan dan penghilangan paksa aktivis pada 1997/1998 kembali naik ke permukaan. Selain disebabkan oleh terduga pelaku yang maju sebagai calon presiden, viralnya pernyataan bekas anggota Dewan Kehormatan Perwira (DKP) Agum Gumelar yang mengaku mengetahui nasib para korban penculikan yang masih hilang, juga bikin kasus tersebut makin ramai.

Selama 21 tahun terakhir, berkas kasus tersebut masih bolak-balik antara Komnas HAM dan Kejaksaan Agung. Para korban dan keluarga korban juga kecewa lantaran keadilan dan kebenaran yang tidak kunjung didapat. Nasib mereka yang masih hilang pun juga tidak jelas.

Dari 23 aktivis korban penculikan paksa, 9 di antaranya dibebaskan, 1 orang ditemukan meninggal, dan 23 lainnya masih hilang. Seorang korban penculikan yang dibebaskan, Mugiyanto menuturkan, pada 13 Maret 1998 dirinya ditangkap di Rusun Klender, Jakarta Timur, lalu diseret kemudian disekap dalam ruangan gelap.

Dua hari kemudian dia diserahkan ke Polda Metro Jaya lalu ditahan selama 3 bulan. “Aktivis pro demokrasi diculik dan disiksa oleh pemerintah Orde Baru, dan Capres 02 terkait dengan peristiwa yang kami alami,” katanya di Jakarta.

Keluarga korban juga terus mendesak pemerintah mencari anggota keluarganya yang masih hilang. Tapi selama 21 tahun ini, keluarga korban ada yang meninggal tanpa berhasil menemukan anggota keluarganya yang hilang.

Baca juga : Agum Tak Tahu Dilema Politik Yang Dihadapi Demokrat

Mugiyanto yang sekarang Plt Direktur International NGO Forum on Indonesian Development (INFID) mengaku tidak kaget dengan munculnya pernyataan Agum Gumelar soal nasib korban penculikan 1997/1998 yang masih hilang. Tidak hanya Agum, sejumlah purnawirawan jenderal juga mengaku tahu soal nasib para korban.

“Mereka yang menjabat ketika peristiwa itu terjadi juga turut bertanggung jawab atas tuntutan dan harapan keluarga korban,” ujarnya. Dia berharap, Komnas HAM segera menindaklanjuti pernyataan orang-orang yang mengaku tahu soal nasib korban penculikan untuk disertakan sebagai bukti baru.

Korban penculikan paksa 1997/1998, Faisol Reza, membantah pernyataan sejumlah pihak bahwa penculikan paksa itu adalah hoaks. Selama diculik, dia mengalami luka di sekujur tubuh. Bahkan ada luka karena disundut rokok. Dia juga ditidurkan telentang diatas balok es hingga digantung pakai tali dengan kepala di bawah.

“Kalau dikatakan Prabowo itu tidak menculik, apa yang kami alami semua ini hoaks. Saya, Aan Rusdianto, dan Andi Arief disiksa, mereka disekap bersama saya,” ujarnya. Dia menilai, ada pihak yang mencoba menghapus sejarah di saat para korban dan keluarga korban terus meminta pertanggungjawaban.

Sejak 1998 pun sudah banyak pihak yang mengetahui, siapa pelaku penculikan paksa. Seperti Komnas HAM, DKP, hingga Panglima ABRI. Bahkan terduga pelakunya pun sudah dipecat dari ABRI.

Baca juga : Kasus Penganiayaan Pegawai KPK Naik Ke Tahap Penyidikan

Reza yang sekarang menjadi anggota DPR dari Fraksi PKB mengaku, sudah menyurati pimpinan DPR dan Presiden soal rekomendasi DPR pada 2009 mengenai kasus penculikan 1997/1998. “Keluarga korban yang putranya tidak kembali selalu bertanya kepada saya, kenapa putra mereka tidak kembali,” sebutnya.

Keluarga korban yang masih hilang kini mengalami hidup yang berat dalam kondisi tidak produktif lagi. “Kami korban yang dilepaskan membantu keluarga korban yang putranya belum kembali, dengan segenap cara. Bahkan dengan minta-minta pun kami lakukan,” ucapnya.

Budiarti, ibu dari Leonardus Nugroho alias Gilang yang ditemukan dalam kondisi tewas menyebutkan anaknya sudah diperlakukan tidak manusiawi. Gilang adalah seorang aktivis yang berprofesi sebagai pengamen jalanan. “Jasadnya dibuang di tengah hutan dengan luka tembak. Tangan diikat tali di bawah pohon. Di dadanya ada bekas seperti ulu hati yang dikeluarkan,” kenangnya.

Semasa hidupnya Gilang tidak pernah terlibat perbuatan kriminal. Bahkan tawuran pun tidak pernah. “Tapi kok anakku sampai seperti ini,” imbuhnya. Dia mengaku selalu berdoa agar pelaku penculikan dan pembunuhan anaknya tidak menjadi pemimpin di negara ini.

Utomo Rahadjo, ayah Petrus Bimo, aktivis korban penculikan. 

Utomo Rahardjo, ayah dari Petrus Bimo Anugrah, korban penculikan paksa yang masih hilang mengatakan, dirinya tidak pernah berhenti mencari keadilan. Tahun lalu, Misiati ibu dari Petrus Bimo meninggal. Kini Utomo tinggal sendiri memperjuangkan keadilan bagi anaknya.

Baca juga : Sekeluarga Dihabisi, Anak Dibekap Di Kasur Hingga Tewas

“Yang kami minta ini tidak banyak. Dukungan konkret saja dari pemerintah. Keluarga korban sudah hampir punah. Memangnya berapa tahun lagi kami bisa menghirup udara seperti hari ini,” ujarnya.

Sebelumnya, Agum Gumelar yang sekarang menjabat anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) membuat pengakuan soal sidang pemecatan Prabowo Subianto dari dinas kemiliteran. Agum sendiri merupakan anggota Dewan Kehormatan Perwira (DKP) yang ditugasi memeriksa dugaan pelanggaran HAM berat yang dilakukan Prabowo.

Pengakuan Agum tersebut sudah viral di media sosial. Dia menjelaskan mengenai struktur anggota DKP yang diisi oleh perwira TNI bintang tiga.

“Tugasnya adalah memeriksa kasus ini, menyelidiki kasus. Kasus pelanggaran HAM berat. Berjalanlah DKP, bekerjalah DKP, sebulan lebih memeriksa yang namanya Prabowo Subianto, periksa. Dari hasil pemeriksaan mendalam, ternyata didapat fakta, bukti yang nyata bahwa dia melakukan pelanggaran HAM yang berat,” tuturnya.

Agum yang pernah menjadi Danjen Kopassus mengaku mengetahui keberadaan korban penculikan 1998. Informasi itu didapatnya dari mantan anak buahnya yang berdinas di Kopassus. [OSP]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.