Dark/Light Mode

Bisnisnya Nyungsep, Rugi Hingga Rp 2 Triliun

Peternak Unggas Minta Keadilan

Selasa, 12 Maret 2019 10:47 WIB
Ratusan peternak unggas mandiri atau Peternak Rakyat menggelar aksi unjuk rasa di lapangan Monumen Nasional (Monas), Jakarta Pusat, Selasa (5/3) lalu. (Foto : Istimewa).
Ratusan peternak unggas mandiri atau Peternak Rakyat menggelar aksi unjuk rasa di lapangan Monumen Nasional (Monas), Jakarta Pusat, Selasa (5/3) lalu. (Foto : Istimewa).

RM.id  Rakyat Merdeka - Ratusan peternak unggas mandiri atau Peternak Rakyat menggelar aksi unjuk rasa di lapangan Monumen Nasional (Monas), Jakarta Pusat, Selasa (5/3) lalu. Mereka mengaku mengalami kerugian besar-besaran selama 6 bulan terakhir. Itu terjadi, karena tidak berpihaknya pemerintah kepada para peternak unggas mandiri di Indonesia.

Koordinator Aksi, Sugeng Wahyudi mengatakan, kerugian yang tidak kecil itu terjadi akibat kebijakan yang membuat terpuruknya ayam hidup. “Selama 6 bulan terakhir ini, kami rugi Rp 2 triliun. Akibat terpuruknya harga livebird atau ayam hidup,” ujarnya.

Sugeng menegaskan, tuntutan mereka terdiri dari dua jenis. Pertama, tujuan jangka pendek. Yakni menuntut kenaikan harga ayam hidup. “Naikkan harga ayam hidup, di atas biaya pokok produksi,” pintanya.

Sekretaris Jenderal Gabung Organisasi Peternak Ayam Nasional (Gopan) ini melanjutkan, Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) mengatur harga sebesar Rp 20 ribu. Sedangkan saat ini, harga di peternak hanya Rp 15 ribu.

Baca juga : Banjir & Longsor Di Manggarai Barat, 2 Tewas 6 Hilang

Sedangkan tujuan kedua atau jangka menengah, para peternak unggas mandiri meminta, agar regulasi yang diterbitkan pemerintah pro kepada rakyat kecil. “Buatkan aturan-aturan pro rakyat. Sehingga tidak terjadi peminggiran peternak,” ujar Sugeng.

Aksi Solidaritas untuk Keadilan Peternak Unggas Rakyat Mandiri ini diikuti oleh sejumlah elemen peternak dan petani. Yaitu Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat Indonesia (Pinsar Indonesia), Gabungan Organisasi Peternak Ayam Nasional (Gopan), Perhimpunan Peternak Unggas Nusantara (PPUN), Pusat Kajian Pertanian Pangan dan Advokasi (PATAKA), Law and Human Rights Office LOKATARU dan Agriwatch.

Sementara Peternak Mandiri Broiler, Guntur Rotua menuturkan, sejak dirinya menggeluti usaha sebagai Peternak Ayam Broiler Mandiri pada 2012, sudah banyak peternak rakyat yang usahanya gugur.

“Jumlah Peternak Mandiri terus menurun. Kami tidak bisa melawan penguasa dan para perusahaan yang memiliki kekuatan finansial besar. Apalagi mereka berkolaborasi, kami tidak sanggup,” tuturnya.

Baca juga : 10 Tahun Cuma 1 Persen Usaha Mikro Yang Naik Kelas

Bergugurannya Peternak Rakyat dari usahanya sebagai Peternak Mandiri, dikarenakan banyak faktor. Selain kebijakan pro peternak rakyat yang tidak pernah diimplementasikan, penguasaan segala sumber daya dari hulu ke hilir, kini dikuasai segelintir perusahaan besar. Pangsa pasar pun mereka kuasai. “Kami terus dipaksa kolaps,” curhat Guntur.

Permainan harga, lanjutnya, juga dikuasai oleh para perusahaan besar. Sayangnya, para broket atau calo pun turut memperkeruh. Harga jual peternak mandiri rendah sekali. Sedangkan dari para perusahaan besar malah tinggi.

Tidak adanya keuntungan yang diperoleh para peternak mandiri, memaksa mereka membayar hutang. Hingga akhirnya menyerah pada perusahaan besar, bahkan gulung tikar. “Sementara, Pemerintah tidak berpihak kepada kami,” keluh Guntur.

Hal-hal simbolis, menurutnya, memang sering terjadi. Seperti para Peternak Mandiri diikutkan dalam meeting-meeting terkait kebijakan. Namun nyatanya tidak pernah dilaksanakan. Selain itu, iming-iming bantuan atau suplai bagi peternak mandiri pun tidak pernah terealisasi.

Baca juga : Menaker: BLK Komunitas Di Pesantren Inisiatif Presiden Jokowi

“Kami sangat berharap, Pemerintahan mendengar kami, supaya ada perbaikan kebijakan. Misal, Kementan bikin peraturan. Tapi di tingkat eksekusinya tidak jalan. Kebijakan yang mereka buat, tidak ada implementasikannya,” ungkapnya.

Bahkan, jika para peternak hendak menyuarakan kesulitan dan penderitaannya, lanjut Guntur, dalam beberapa kejadian malah diintimidasi dan ditekan.

“Mau demo aja, peternak ditekan pihak Kementerian dengan pihak perusahaan besar. Bisa dengan tawaran atau iming-iming akan diberi fasilitas kredit besar. Yang penting jangan demo. Istilahnya, dicoba disuap dengan kebijakan lah,” keluhnya lagi. [JON]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.