Dark/Light Mode

Tentang Pembangunan PLTA Batang Toru, Tapanuli Selatan

Yang Tidak Setuju, Sudah Diajak Diskusi

Sabtu, 11 Juli 2020 11:08 WIB
Tentang Pembangunan PLTA Batang Toru, Tapanuli Selatan Yang Tidak Setuju, Sudah Diajak Diskusi

 Sebelumnya 
WALHI menyatakan PLTA Batang Toru bakal menenggelamkan ekosistem Batang Toru dan menyebabkan banjir di hilir? Bagaimana hasil kajian sebenarnya?

Salah satu pembicara di webinar itu menyebut, pembangunan PLTA Batang Toru akan menenggelamkan hutan lindung. Itu pernyataan sangat ngawur.

Dia (pembicara itu) nggak pernah lihat peta dan area penenggelaman. Padahal peta itu ada di AMDAL 2014. Janganlah menyesatkan publik. Sayang sekali kalau WALHI melakukan itu.

Nggak ada hutan lindung yang tenggelam, karena lokasi PLTA ada di APL (Area Penggunaan Lain), di luar kawasan hutan.

Baca juga : Dukung Penanganan Covid, AP II Siapkan Inovasi Layanan Kesehatan di Bandara Soekarno Hatta

Saya sarankan dia untuk mempelajari dengan betul data-data yang sudah ada.

Salah satu pakar gempa dalam webinar itu mempertanyakan, mengapa PLTA Batang Toru tidak melibatkan ahli-ahli seperti dia untuk duduk bersama?

Soal ancaman gempa, menyimak dari pernyataan pakar gempa dalam webinar tersebut, adalah tentang perlunya studi yang mendetail, dan dalam melaksanakan pembangunan harus mengikuti ketentuan dan aturan internasional, maupun yang ditetapkan pemerintah.

Pembangunan PLTA Batang Toru sudah melakukan itu. Sudah selesai isu itu. WALHI baiknya tidak lagi menyesatkan publik dengan isu seperti ini.

Baca juga : Golkar Sebut Tidak Semua Suka Disuapi

Peneliti Orangutan Serge Which menyebut, Pembangunan PLTA akan mengancam habitat Orangutan hingga punah. Apakah PLTA Batang Toru mengajak sejumlah peneliti untuk ikut memitigasi proyek?

Serge Which itu sangat arogan dan tidak mau mengakui keberadaan ahli-ahli Orangutan Indonesia. Saat ini, ada lima ahli Orangutan dari PanEco/ YEL (Yayasan Ekosistem Lestari) yang bekerja terus menerus di sana. Juga ada 5 ahli Orangutan yang melakukan studi terus menerus di tapak proyek PLTA.

Serge sudah lama tidak ada di sana, dan pemahaman lapangannya sudah out of date. Selain itu, dia bolak balik mengatakan proyek harus melibatkan tim independen.

Apakah PanEco dan ahli Orangutan Indonesia tidak independen? Yang dia maksud independen itu mungkin hanya dia dan kawan-kawan. Serge menyebut IUCN (International Union for Conservation Nature), yang dia maksud itu mungkin SGA (Spesialis Great Apes Group).

Baca juga : Larangan Ngobrol Di KRL Bakal Susah Diterapkan

Padahal ahli-ahli Indonesia juga banyak anggota SGA, mengapa tidak diakui? Saat presentasi studi, Serge malah mengajak orang-orang untuk memboikot, dengan alasan orang-orang ahli dari Indonesia itu sudah dibeli.

Tidak fair jika dia meragukan integritas ahli Orangutan Indonesia.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.