Dark/Light Mode
BREAKINGNEWS
Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU
KAMI Mengaku Tak Sedang Konsolidasi Hadapi Pemilu 2024
Andreas Hugo Pareira: Rakyat Akan Lihat Siapa Yang Serius Kerja
Sabtu, 22 Agustus 2020 17:22 WIB
RM.id Rakyat Merdeka - Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI) resmi dideklarasikan banyak tokoh, di Tugu Proklamasi, Menteng, Jakarta Pusat, Selasa (18/8). Seperti, Din Syamsuddin, Rocky Gerung, Ahmad Yani, Gatot Nurmantyo, Ichsanudin Noorsy, Said Didu, Refly Harun, dan sederet lainnya.
Sejumlah pihak menilai, KAMI sebagai oposan pemerintahan Presiden Joko Widodo. Mengingat hampir seluruh tokohnya, adalah orang-orang yang berseberangan politik dengan Presiden ke-7 itu.
Ahmad Yani yang ditunjuk sebagai Ketua Komite Eksekutif KAMI mengatakan, deklarasi ini tidak tersangkut dengan politik. Apalagi, untuk kepentingan politik 2024.
"Kami tidak akan menjelma atau berubah menjadi parpol maupun ormas. Seperti ini saja," kata Ahmad Yani di lokasi deklarasi, Selasa (18/8).
Bekas anggota DPR Fraksi PPP itu menegaskan, berdirinya KAMI bukan bertujuan untuk kepentingan politik praktis. Pihaknya juga tidak sedang mempersiapkan diri untuk ikut meramaikan Pemilu pada 2024.
Dia mengaku, perkumpulan ini tidak dalam rangka merebut kekuasaan. "Kita tidak dalam konteks politik praktis. Politik praktis itu politik untuk merebut kekuasaan," tandasnya.
Lantas, bagaimana tanggapan politisi partai pendukung pemerintah terkait deklarasi KAMI ini? Sebenarnya, poin apa saja yang disorot oleh KAMI? Berikut tanggapan politisi PDIP, Andreas Hugo Pareira, atas penjelasan yang sebelumnya disampaikan Ketua Komite Eksekutif Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI), Ahmad Yani:
KAMI dideklarasikan banyak tokoh di Tugu Proklamasi. Mereka memiliki delapan tuntutan kepada pemerintah, DPR, MPR dan DPD. Bagaimana tanggapan Anda?
Baca juga : Ahmad Yani: Kita Coba Selamatkan Kapal Yang Oleng Ini
Menurut saya, biasa saja deklarasi tersebut.
Maksudnya bagaimana?
Di negara demokrasi seperti yang kita praktikkan saat ini, ada orang atau sekelompok orang yang berbeda pendapat dan menyampaikan kritik itu adalah hal biasa.
Mereka menggaungkan istilah menyelamatkan Indonesia, apalagi deklarasi ini dilakukan di tengah pandemi Covid-19....
Istilah yang digunakan Koalisi Aksi "menyelamatkan" Indonesia memang terdengar bombastis, seolah Indonesia ini akan runtuh dan merekalah penyelamatnya.
Dalam tuntutannya, mereka meminta agar pemerintah fokus dalam penanganan Covid-19. Sebab, pemerintah belum bekerja maksimal...
Di tengah situasi dunia sedang memeramgi pandemi, Indonesia pun sedang berjuang keras dan pemerintahan Jokowi bersama rakyat dengan segala kemampuan dan sumber daya yang dimiliki, sedang berusaha keras menghadapi pandemi Covid-19 dan dampak sosial ekonominya. Rasanya tidak fair juga ada kelompok elit mapan secara sosial ekonomi, memanfaatkan situasi ini untuk mendiskreditkan pemerintah dan mendeklarasikan diri sebagai kelompok "dewa" penyelamat.
Apakah deklarasi ini ada pihak yang memanfaatkannya?
Baca juga : Penyegaran, Yusril Bakal Pilih Pengurus Partai yang Mau Kerja
Rakyat akan menilai, siapa yang bekerja serius untuk mereka. Terlepas dari itu, apapun kritik yang disampaikan, sejauh itu ada manfaatnya, saya kira tidak ada salahnya dianggap sebagai input untuk pemerintah demi bangsa ini.
Deklarasi ini juga diikuti oleh tokoh-tokoh nasional...
Sebagian deklarator ini, dengan berbagai latar belakangnya, adalah orang-orang yang punya reputasi di negeri ini.
Banyak pihak yang mengaitkan deklarasi ini sebagai gerakan politik. Apa tanggapan Anda?
Itulah yang saya maksudkan, tidak fair juga di tengah situasi kita sebagai bangsa ini sedang menghadapi pandemi, ada sekelompok elite yang mempolitisasi ini menjadikan gerakan politik.
Apakah ini wajar dilakukan?
Saya kira rakyat kita sudah cukup cerdas melihat mana isu yang mereka butuhkan untuk keluar dari situasi pandemi dan dampaknya, dan mana politisasi isu yang lebih pada kepentingan elite-elite deklarator itu sendiri.
KAMI mengkritik pemerintah yang dianggap kebingungan dalam menyikapi pandemi Covid-19. Apa tanggapan Anda?
Baca juga : Kemendag Terapkan Digitalisasi di Pasar Rakyat Agar Transaksi Makin Nyaman
Kita bangsa ini baru memulai membenahi masalah pandemi Covid-19 yang imbasnya sangat terasa. Misalnya pada bidang pendidikan. Semua stakeholder pendidikan saat ini, baik birokrasi pendidikan, guru maupun siswa dipaksa harus bermigrasi dari pola pendidikan reguler tatap muka menjadi pendidikan jarak jauh (PJJ) dengan menggunakan IT.
Pada aspek migrasi terpaksa ini, terasa sekali ketimpangan, kesiapan dan ketidaksiapan, antara mereka yang punya dan mereka yang tidak punya, antara mereka yang terbiasa dengan perangkat IT dan mereka yang belum terbiasa, antara mereka yang hidup di daerah “merdeka signal” dan mereka yang hidup di daerah “sulit signal.
Semoga peristiwa pandemi Covid -19 menjadi “guru” bagi kita semua untuk lebih bertekad membenahi sistem pendidikan menuju alam “merdeka belajar" yang hakiki, yang mencerdaskan kehidupan bangsa.
Ahmad Yani juga menyinggung pengambilan keputusan pemerintah untuk tidak menerapkan lockdown, namun PSBB...
Corona ini memang banyak sekali terminologi baru yang muncul, baik yang bahasa asing maupun Indonesia, seperti lockdown, new normal, PSBB, yang bukan tidak mungkin dipahami salah atau dipelintir ke arah yang salah di masyarakat. Soal new normal pun demikian. Kalau semua hal yang terjadi selama pandemi dianggap sebagai new normal, tentu tidak tepat, berbahaya malah. Pemerintah perlu menginformasikan dan mengedukasi masyarakat agar tidak panik. Karena, kepanikan justru tidak akan menyelesaikan, bahkan bisa memperparah situasi.
Belajar dari masyarakat China yang sedang menghadapi langsung bencana ini, pemerintah dan masyarakat justru bersama bahu membahu menghadapi bencana, bukan justru memanfaatkan untuk kepentingan masing-masing. NNM
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Tags :
Berita Lainnya