Dark/Light Mode
BREAKINGNEWS
- Menkes: Kesehatan Salah Satu Modal Utama Capai Target Indonesia Emas 2045
- Jangan Sampai Kehabisan, Tiket Proliga Bisa Dibeli di PLN Mobile
- Temui Cak Imin, Prabowo Ingin Terus Bekerjasama Dengan PKB
- Jaga Rupiah, BI Naikkan Suku Bunga 25 Bps Jadi 6,25 Persen
- Buntut Pungli Rutan, KPK Pecat 66 Pegawainya
Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU
Pro dan Kontra Pandangan Profesor Asal Australia Tentang Kinerja Pemerintah RI
Wakil Menteri Agama Zainut Tauhid Sa`adi: Pemerintah Tidak Ramah Ke Kaum Islam, Itu Keliru
Kamis, 1 Oktober 2020 10:59 WIB
Sebelumnya
Keliru bagaimana?
Greg Fealy mendasarkan pandangan nya itu setelah melihat penerbitan berbagai aturan yang dinilainya diskriminatif di lembaga milik negara. Dia mencontohkan, larangan cadar dan celana cingkrang bagi ASN (Aparatur Sipil Negara). Serta, adanya beberapa Islamis yang disingkirkan dari posisi strategis atau ditolak promosi.
Penilaian Greg Fealy ini salah?
Penggunaan istilah ‘Islamisme” oleh Profesor Fealy keliru atau kurang tepat. Apalagi, mencontohkannya dengan celana cingkrang dan cadar. Pemerintah mendukung penuh segala bentuk aktivitas umat beragama yang mengarah pada penguatan pemahaman, pengamalan, dan penghayatan nilai-nilai agamanya. Tidak hanya Islam, tapi semua agama. Menurutnya, Indonesia bukan negara agama, juga bukan negara sekuler.
Baca juga : Prof Australia Sebut RI Diskriminasi Ke Kaum Islamis, Wamenag: Keliru
Bukan negara agama, bukan pula sekuler. Indonesia ini negara apa?
Indonesia adalah negara yang masyarakatnya dikenal sangat religius. Karenanya, nilai dan ekspresi keberagamaan sangat mewarnai relasi antara agama dan negara dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Hal itu tidak mungkin dibatasi, apalagi diingkari, dan direpresi.
Menurut Anggota Komisi VIII DPR Bukhori Yusuf, Profesor Fealy memberikan sinyal agar moderasi beragama di Indonesia yang sudah menjadi budaya, tak terciderai sikap sebagian pembantu Presiden atau sebagian kebijakan. Apa tanggapan Anda?
Upaya meningkatkan kehidupan keagamaan justru terus dilakukan negara melalui Kementerian Agama yang bersinergi dengan ormas, majelis dan lembaga keagamaan. Di era globalisasi, Indonesia dan juga negara lainnya, menghadapi tantangan infiltrasi paham transnasional, baik dalam bentuk liberalisme, sekularisme, maupun ekstrimisme.
Baca juga : Kasus Pinangki, Jampidsus Ali Mukartono: Tak Ada Yang Ditutupi
Tolong jelaskan hal itu...
Infiltrasi nilai-nilai yang berpotensi merusak tatanan kemasyarakatan Indonesia itu perlu diantisipasi. Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah yakni dengan penguatan toleransi dan pengarusutamaan moderasi beragama.
Jadi, bukan Islamisme. Yang kita mitigasi dan antisipasi adalah berkembangnya paham dengan tiga karakter yaitu, pertama, anti Pancasila dan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Kedua, ekstrem dan anarkis sehingga sampai menistakan nilainilai kemanusiaan. Dan ketiga, intoleran, terjebak pada klaim kebenaran dan fanatisme kelompok.
Sejauh ini, bagaimana pendekatan pemerintah kepada seluruh umat beragama?
Baca juga : Zainut Tauhid: Itu Program Biasa
Pendekatan yang dilakukan pemerintah berdasarkan peraturan perundang-undangan.
Lantas, bagaimana penilaian Profesor Fealy bahwa pemerintahan Jokowi represif terhadap kaum Islamis?
Nah, penilaian Profesor Fealy terkait tindakan represif itu, jelas tidak tepat. Yang tepat, Kerukunan umat beragama di Indonesia harus terus dirawat, dijaga dan ditingkatkan.
Hasil survei Kementerian Agama, sejak 2015-2019, angka rata-rata indeks kerukunan umat beragama (KUB) selalu berada di atas angka 70, atau pada kategori tinggi. Indeks KUB tahun 2019 pada angka 73,83. Indeks ini memperlihatkan, kondisi kerukunan umat beragama di Indonesia baik. Itu yang terus dijaga pemerintah dan masyarakat. [NNM]
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Tags :
Berita Lainnya