Dark/Light Mode

Pengembangan Bamboo Forest and Waste Hierarchy dalam Menghadapi Erosi dan Banjir di DAS Grindulu Pacitan

Selasa, 10 Januari 2023 19:20 WIB
Keadaan Daerah Aliran Sungai Grindulu Pacitan Akibat Erosi (Sumber: Dokumen Pribadi, 2022)
Keadaan Daerah Aliran Sungai Grindulu Pacitan Akibat Erosi (Sumber: Dokumen Pribadi, 2022)

Isu perubahan iklim dunia telah menjadi kenyataan yang harus diatasi masing-masing penjuru benua, begitu juga dengan Indonesia. Terletak di antara dua samudra yaitu Samudra Hindia dan Samudra Pasifik serta dua benua yaitu Benua Asia dan Benua Australia, menjadikan Indonesia memiliki kawasan lautan yang lebih luas dari daratan.

 Pengaruh cuaca dan iklim di Indonesia tidak lepas dari fenomena skala global seperi Madden Julian Oscillation (MJO), El Nino Southern Oscillation (ENSO), Indian Ocean Dipole (IOD), Monsun, Inter Tropical Convergence Zone (ITCZ) maupun skala lokal seperti deretan pegunungan dan pengaruh darat laut.

Hujan menjadi cuaca yang paling sering dibahas sebab tingkat keragaman curah hujan di Indonesia sangat tinggi baik secara waktu dan daerah. Salah satu wilayah yang memiliki variasi curah hujan dipengaruhi oleh fenomena skala global dan lokal adalah daerah pesisir Jawa Timur. 

Jika membahas mengenai curah hujan daerah pesisir Jawa Timur, pengaruh Madden Julian Oscillation (MJO) tidak luput dari perhatian. MJO memiliki pengaruh  di hampir semua lokasi pos hujan di daerah pesisir Jawa Timur (Bimaprawira, A.K dan Rejeki, H. A, 2021).

Menurut Pusat Meteorologi Maritim, Madden Julian Oscillation (MJO) adalah aktivitas intra seasonal di wilayah tropis yang dapat dikenali dengan adanya pergerakan aktivitas konveksi yang bergerak ke arah timur dari Samudra Hindia ke Samudra Pasifik dan biasanya muncul setiap 30 sampai 40 hari.

Wilayah pesisir Jawa Timur yang terpengaruh MJO salah satunya adalah Kabupaten Pacitan. Kabupaten ini membentang sepanjang pantai selatan Pulau Jawa yang berbatasan langsung dengan Samudra Hindia. 

Wilayah administrasi Kabupaten Pacitan terbagi dalam 12 kecamatan, 19 kota, dan 152 desa. Diambil dari data Badan Pusat Statistika Kabupaten Pacitan pada tahun 2021, curah hujan tinggi rata-rata pada Bulan September sampai dengan November. 

Baca juga : Ingrid: Wanita Hebat Harus Bisa Menginspirasi Orang Lain

Pada Bulan September dalam angka 445 mm, Bulan Oktober 414 mm, dan puncaknya pada Bulan November dengan 779 mm. Curah hujan tergolong rendah pada Bulan Mei dengan 4 mm, Juni dengan 30 mm, dan Agustus dengan 25 mm. Dari data tersebut dapat dilihat variasi pada curah hujan di Kabupaten Pacitan.

Pengaruh curah hujan yang bervariasi berdampak pada debit aliran sungai di Kabupaten Pacitan. Air hujan mengalir melalui tiga sungai salah satunya Sungai Grindulu. 

Menurut dokumen Status Lingkungan Hidup tahun 2010 serta Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Pacitan tahun 2011, Daerah Aliran Sungai Grindulu dengan luas kira-kira 655,4 km2 kurang lebih 90 persen Daerah Aliran Sungai Grindulu berada di Kabupaten Pacitan dengan luas 593,8 km2

DAS Grindulu mengalir mulai dari Gunung Gembes di perbatasan Desa Jeruk dengan Desa Bangunsari di Kecamatan Bandar, lalu melewati Kecamatan Tegalombo, Kecamatan Arjosari, Kecamatan Pacitan dan bermuara di Samudera Hindia, tepatnya di Kelurahan Ploso. Sungai Grindulu memiliki panjang sekira 60 km berarah timur laut, barat daya, sampai dengan selatan. Daerah Aliran Sungai Grindulu memiliki tingkat erosi sangat tinggi dengan material yang terangkut kurang lebih 60 ton ha/tahun (KPPIP, 2019).

Berdasarkan penelitian Wijayanti dan Gunawan tahun 2017 besarnya sedimentasi yang mencapai muara sungai Grindulu diperkirakan mencapai 1.636.543 ton/tahun. Erosi yang terjadi di bantaran Sungai Grindulu mengakibatkan pertambahan luas sungai. 

Tingginya tingkat erosi yang terjadi di DAS Grindulu ini disebabkan karena DAS Grindulu memiliki jenis tanah Entisol. Tanah jenis Entisol memiliki sifat mudah menyebabkan erosi dengan tekstur tanah berdebu dan kandungan bahan organik sangat tinggi. 

Menurut BBWS Bengawan Solo tahun 2015 sungai-sungai di DAS Grindulu memiliki kemiringan yang besar dengan kecepatan arus yang tinggi. DAS Grindulu juga rawan terhadap bencana banjir.

 Berdasarkan data Badan Nasional Penanggulangan Bencana tahun 2019 bahwa dalam kurun 10 tahun terakhir telah tercatat 21 kejadian banjir di DAS Grindulu. Beberapa upaya telah dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat sekitar bantaran Sungai Grindulu untuk menanggulangi terjadinya banjir yang terjadi di Kabupaten Pacitan, salah satunya dengan melakukan perbaikan pada tanggul-tanggul yang roboh akibat diterjang banjir pada tahun 2017. 

Baca juga : Eks Kakanwil BPN Ditahan

Selain itu, upaya lain yang telah dilakukan oleh pemerintah dengan melakukan penyuluhan kepada masyarakat terkait peristiwa banjir dan membuat jalur-jalur evakuasi bencana.

Kerentanan-kerentanan yang terjadi mulai mengancam kelangsungan hidup masyarakat di Kabupaten Pacitan jika tidak segera diantisipasi. Hal tersebut seharusnya mendorong generasi penerus bangsa yang saat ini menduduki posisi sebagai remaja untuk menjadi sosok yang tanggap dan ikut berperan aktif dalam mengatasi masalah perubahan curah hujan di Kabupaten Pacitan.

Dengan permasalahan tersebut perlu dilakukan upaya mitigasi secara bijaksana terhadap erosi dan banjir. Salah satu upaya mitigasi yang dapat dilakukan remaja dengan menerapkan reboisasi dan upaya pengurangan sampah. Akan tetapi, upaya tersebut khususnya reboisasi tidak dapat dilakukan sembarangan, karena reboisasi yang dilakukan di bantaran Sungai Grindulu harus memperhatikan mulai dari aspek geografis dan aspek geologis. 

Pemilihan jenis tanaman ini harus dilakukan secara selektif, salah satu tanaman yang cocok dengan kondisi Kabupaten Pacitan adalah tanaman bambu. 

BAMRESCHY (Bamboo Forest and Waste Hierarchy) merupakan upaya pencegahan erosi dan banjir pada Daerah Aliran Sungai Grindulu dengan penanaman tanaman bambu dan pengolahan sampah khususnya plastik dengan metode reduce, reuse, dan recycle. Tanaman bambu dipilih karena sistem perakaran yang dimiliki rapat, luas, dan kuat serta akumulasi serasah yang banyak sehingga memperkuat struktur tanah dan memelihara kelembapan tanah dimana pada akhirnya dapat mencegah terjadinya erosi (Ben-zhi, dkk. 2005; Octriviana & Ardiarini, 2017). 

Perakaran bambu dapat mencengkeram partikel tanah dan dapat mengurangi tanah yang terbawa aliran air. Selain itu, bambu dapat tumbuh di lahan curam pada ketinggian antara 1-1500 meter di atas permukaan laut. Akar bambu mampu menahan erosi guna mencegah kekeringan di musim kemarau dan banjir pada musim penghujan. 

Jenis bambu yang cocok untuk wilayah Pacitan adalah bambu dari kelompok Dendrocalamus dan Gigantochloa seperti bambu petung (D. asper), bambu apus (G. apus), bambu legi (G. atter), dan bambu surat (G. pseudoarundinacae) (Sutiyono, 2013). Jenis-jenis tersebut dipilih dengan melihat tingkat kecocokan tanam yang dipertimbangkan oleh kondisi lahan di DAS Grindulu yaitu lahan kering dengan tanah entisol. 

Penanaman bambu mulai dapat dilakukan di DAS Grindulu di Desa Bolosingo, sebab desa tersebut paling banyak terdampak erosi dan banjir.

Baca juga : Bamsoet: Generasi Muda Harus Berhati Indonesia dan Berjiwa Pancasila

Dalam upaya BAMRESCHY, terdapat pengolahan sampah plastik dengan metode reduce (mengurangi sampah), reuse (menggunakan kembali), dan recycle (mendaur ulang). Plastik adalah salah satu penyebab utama perubahan iklim karena sejak proses produksi hingga tahap pembuangan dan pengelolaan, sampah plastik mengemisikan banyak gas rumah kaca ke atmosfer. 

Dengan mengurangi sampah plastik setidaknya perubahan iklim dapat dikendalikan dan bencana seperti erosi dan banjir tidak akan banyak terjadi. Untuk metode reduce dapat dilakukan pengurangan plastik dengan menggunakan tas kain atau totebag, hindari penggunaan alat sekali pakai berbahan plastik, dan pilih barang yang tidak berbahan dasar plastik. 

Dalam metode reuse dapat dilakukan penggunaan kembali plastik yang bisa digunakan. Metode recycle dilakukan dengan cara mendaur ulang plastik menjadi barang sekunder supaya dapat digunakan kembali.

Dengan adanya upaya BAMRESCHY dapat menambah nilai guna hutan untuk mencegah dampak perubahan iklim dan memanfaatkannya kembali secara tepat. Bambu yang sudah  cukup umur dapat ditebang dan dimanfaatkan untuk kerajinan, sedangkan plastik yang telah didaur ulang dapat diperjualbelikan. Selain itu, diharapkan masyarakat lebih peduli dalam pencegahan erosi dan banjir di DAS Grindulu.

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.