Dark/Light Mode

Alfi Syahrin Ramadhan, Mahasiswa Universitas Sumatera Utara

Silika Aerogel Berbasis Ampas Tebu Untuk Penerapan Low Carbon Living

Sabtu, 31 Desember 2022 09:31 WIB
Kemacetan ibu kota yang dapat menimbulkan tingginya emisi CO2. (Foto: Detik.com)
Kemacetan ibu kota yang dapat menimbulkan tingginya emisi CO2. (Foto: Detik.com)

Dampak dari semua aktivitas manusia semenjak memasuki masa revolusi industri  4.0, seperti faktor ekonomi, transportasi, industri dan alam, menyebabkan perubahan iklim di Indonesia. Artinya kegiatan tersebut secara langsung atau tidak langsung memengaruhi kondisi iklim berupa gas rumah kaca. 

Modal alam yang berkualitas tinggi secara tidak langsung memengaruhi kesejahteraan manusia serta modal alam memainkan peran penting dalam produksi barang dan jasa yang berkelanjutan. 

Dampak perubahan iklim global telah menjadi perhatian masyarakat dan  negara-negara di dunia, termasuk Indonesia. Sebagai negara kepulauan dengan sumber daya alam yang melimpah dan keanekaragaman hayati, Indonesia berpeluang besar terkena dampak perubahan iklim, sekaligus memiliki potensi besar untuk melakukan mitigasi dan adaptasi terhadap dampak buruk perubahan iklim. 

Hal ini ditunjukkan dengan ditanda tanganinya kesepakatan “Paris Agreement to the United Nations Framework Convention on Climate Change” dan  juga UU Nomor 16 Tahun 2016.

Jejak karbon adalah  gas emisi yang dihasilkan dari berbagai aktivitas manusia pada kurun waktu tertentu, seperti penggunaan kendaraan berbahan bakar fossil.  Jejak karbon yang kita hasilkan akan memberikan dampak yang negatif bagi kehidupan kita di bumi, seperti kekeringan dan berkurangnya sumber air bersih, timbul cuaca ekstrim dan bencana alam, perubahan produksi rantai makanan, dan berbagai kerusakan alam lainnya.

Indonesia merupakan negara dengan penduduk terpadat nomor 4 di dunia dan dilansir dari detik.com bahwa jumlah kendaraan yang beredar di indonesia per januari 2022 mencapai 145 juta unit.

Baca juga : Diduga Punya Itikad Jahat, Perusahaan Batubara Ini Bisa Dijerat Pasal Penggelapan Dan TPPU

Menurut, IESR bahwa satu kendaraan bermotor dapat menghasilkan CO2 sebanyak 14,8 gram per kilometer yang berarti indonesia saat ini telah berada dalam  masalah  jejak  karbon  yang sangat tinggi. Proses penanganan konvensional dalam  menyelesaikan permasalahan lingkungan dan perubahan iklim tersebut dilakukan dengan penanaman hutan kembali (reboisasi). 

Penelitian yang pernah dilakukan (Arvin Arif, 2019) dengan analisis tingkat keberhasilan tanaman  reboisasi  intensif dengan tingkat keberhasilan tanaman di peroleh rata-rata persentase tumbuh tanaman sebesar 72,4 persen.

Hasil ini masih di bawah standar SNI untuk penghijauan dan penyerapan emisi gas CO2. Selain itu, sebagian besar masyarakat agraris seringkali membuka lahan, sehingga menyulitkan  proses restorasi hutan karena sebagian lahan dan hutannya tandus dan berubah fungsi dari  hutan penyangga alam  menjadi perkebunan. 

Selain itu, banyak upaya yang dapat dilakukan untuk menguarngi emisi CO2 di indonesia seperti mengurangi penggunaan plastik, munculnya kendaraan listrik, dan sebagai nya.

Indonesia merupakan negara dengan penduduk yang sangat banyak, artinya sangat sulit untuk menanamkan budaya baru di lingkungan masyarakat. Upaya upaya seperti penghematan energi, mengurangi penggunaan plastik memang memberikan dampak kepada lingkungan, tetapi memiliki waktu yang cukup lama untuk penyetaraan nya mengingat luasnya wilayah tanah air. 

Oleh karena itu, dibutuhkan inovasi inovasi penanganan baru untuk menanggulangi masalah CO2 dengan kapasitas penyerapan lebih tinggi dan mudah digunakan. 

Baca juga : Budi Muliawan Ajak Mahasiswa Persiapkan Diri Jadi Pemimpin

Silika aerogel berkembang sangat pesat di pasar global. Aplikasi potensial lainnya dari aerogel adalah katalis dan pendukung katalis, filter gas dan bahan penyimpanan gas, isolasi akustik, bahan konduktor dan dielektrik, tetapi ini belum ada di pasaran. 

Salah satu penelitian Nizar, 2016 menyatakan dalam sintesis silika aerogel ialah dengan menggunakan metode sol-gel untuk silika aerogel hidrofobik berwarna putih jernih dengan cara pengeringan pada tekanan ambien menggunakan bahan dengan kandungan silika 54,92 persen. 

Dari sini dapat dilihat bahwa sebenarnya produk ini dapat dikembangkan di indonesia, dimana dalam memperoleh silika aerogel dibutuhkan tanaman dengan kadar silika tinggi. Indonesia merupakan salah satu negara dengan gula menjadi salah satu kebutuhan pokok tertinggi dengan tebu sebagai bahan bakunya.

Dalam proses produksinya menghasilkan limbah berupa ampas tebu. Limbah yang dihasilkan mencapai 32 persen per tahunnya, padahal dari limbah tersebut mengandung 68,5 persen silika yang artinya dapat dimanfaatkan kembali selain untuk mengurangi limbah yang terbuang juga dapat mengurangi emisi CO2.

Kadar silika yang tinggi dapat dimanfaatkan dalam pembuatan material berbasis silika. Silika merupakan senyawa anorganik dengan karakteristik memiliki kestabilan mekanik dan termal tinggi, sifat adsorpsi yang baik, dan mudah dimodifikasi dengan senyawa kimia tertentu. 

Dalam pemanfaatannya, silika dapat digunakan sebagai adsorben. Oleh karena itu terdapat peluang yang dapat dioptimalkan untuk memanfaatkan limbah ampas tebu menjadi bahan dasar pembuatan silika aerogel. Dimana aplikasinya silika aerogel diharapkan mampu menyerap emisi CO yang dikeluarkan dari proses burning kendaraan bermotor. 

Baca juga : Pemerintah Siapkan Pelabuhan Panjang Untuk Kendaraan Logistik Dan Penumpang

Kita sadar bahwa kendaraan dengan bahan bakar fossil masih banyak digunakan, dan dalam peralihan menuju kendaraan listrik pasti memerlukan waktu yang cukup lama. 

Silika aerogel dapat menjadi solusi dalam masalah ini, dimana silika aerogel dapat menyerap emisi CO2 pada kendaraan bermotor, dan ketika kapasitas penyerapan tersebut penuh, maka cukup dilakukan pemanasan kembali untuk mengeluarkan gas yang diserap dalam fasa cair, kemudian siliaka erogel dapat digunakan kembali. 

Silika aerogel dapat dirancang untuk menjadi bagian dari knalpot kendaraan, karena knalpot merupakan jalur keluar gas COhasil pembakaran dan knalpot juga menghasilkan panas secara terus menerus selama pembakaran berlangsung. 

Artinya silika aerogel  dapat terus menyerap gas CO2 dan terus menerima panas dari knalpot untuk recovery silika aerogel  tersebut, dengan gas CO2 yang telah berfasa cair akan dikeluarkan dari knalpot. Diharapkan nantinya trobosan ini dapat menghasilkan teknologi silika aerogel terbaru dalam penyerapan emisi gas CO2 yang lebih efisien dan ramah lingkungan. 

Bersama sama berinovasi, kemudian berkontribusi untuk satu visi menjadikan indonesia yang ramah lingkungan untuk mewujudkan low carbon living.

Powered by Froala Editor

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.