Dark/Light Mode

Gasifikasi Limbah Tongkol Jagung Untuk Pembangkit Listrik Di Kabupaten Timor Tengah Selatan

Sabtu, 31 Desember 2022 09:01 WIB
Ilustrasi daerah terdepan, terpencil, tertinggal. (Foto: freepik.com)
Ilustrasi daerah terdepan, terpencil, tertinggal. (Foto: freepik.com)

Daerah Terdepan, Terpencil, dan Tertinggal (3T) merupakan daerah yang digolongkan sebagai daerah yang dinilai masih memerlukan bantuan dalam berbagai sektor untuk menopang perkembangan daerah tersebut. 

Pada Peraturan Presiden nomor 63 tahun 2020, terdapat 62 Kabupaten yang menjadi wilayah 3T, salah satunya adalah Kabupaten Timor Tengah Selatan yang terletak di Nusa Tenggara Timur. 

Untuk menopang sektor-sektor pada daerah tersebut, diperlukan faktor-faktor yang dapat mendukung pertumbuhan dan perkembangan wilayah tersebut, salah satunya dengan menyediakan kebutuhan energi yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat di daerah 3T. 

Baca juga : Truk Semen Yang Jatuh Ke Laut Di Pelabuhan Merak, Diduga Kelebihan Muatan

Alasan memilih daerah tersebut dikarenakan pada Kabupaten Timor Tengah Selatan, persentase nilai rasio elektrifikasi masih sebesar 78,33 persen atau sejumlah 25.942 dari 119.738 rumah masih belum teraliri listrik di daerah tersebut, berdasarkan data yang diberikan oleh General Manager PLN Unit Induk Wilayah NTT, Agustinus Sujatmiko.

 Pemenuhan kebutuhan energi listrik ini selaras dengan beberapa tujuan Sustainable Development Goals (SDGs) 2030 yaitu SDGs nomor 1: Tanpa Kemiskinan, SDGs nomor 7: Energi Bersih dan Terjangkau, SDGs nomor 8: Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi, dan SDGs nomor 13: Penanganan Perubahan Iklim.

Namun, pada pelaksanaannya terdapat beberapa kendala yang menghambat terciptanya pemerataan energi ke seluruh daerah. Salah satunya adalah pembangunan fasilitas seperti pembangkit juga penyimpan energi yang membutuhkan dana besar serta penggunaan yang dinilai masih belum sesuai dengan gaya hidup dan kebutuhan masyarakat pada daerah tersebut. 

Ilustrasi ladang jagung (sumber: freepik.com)

Setelah melakukan studi literatur terhadap situasi dan komplikasi pada Kabupaten Timor Tengah Selatan, terdapat rekomendasi untuk masalah pada daerah tersebut, yaitu gasifikasi limbah tongkol jagung untuk digunakan sebagai pembangkit listrik. 

Limbah tongkol jagung dapat digunakan sebagai sumber energi dikarenakan  Kabupaten Timor Tengah Selatan memiliki potensi produksi jagung sekitar 178 ribu ton di tahun 2017, didukung dengan mayoritas mata pencaharian penduduk Kabupaten Timor Tengah Selatan berupa petani sebesar 75 persen khususnya untuk jagung dan petani Selain itu, Kabupaten Timor Tengah Selatan merupakan kabupaten dengan jumlah penduduk miskin terbanyak di Provinsi Nusa Tenggara Timur, berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik Indonesia.

Berikut merupakan data dari keseluruhan variabel di atas pada Kabupaten Timor Tengah Selatan.

Data kondisi pertanian jagung di Timor Tengah Selatan (sumber: Badan Pusat Statistik)

Baca juga : Mak Ganjar Berikan Bantuan Korban Kebakaran Di Mampang Jakarta Selatan

Biji-bijian, tongkol, dan residu pada jagung memiliki kandungan energi sebesar 7000 Btu/lb. Energi yang dimiliki oleh jagung dapat dikonversi menjadi gas dengan menguapkan kelebihan air yang dimiliki pada kandungannya.

Output energi dari 1 hektar ladang jagungTeknologi yang akan digunakan pada konversi energi jagung menjadi energi gas adalah teknologi gasifikasi tekanan-rendah dari bahan organik. Proses ini dilakukan dengan pembakaran pada suhu rendah dan tekanan atmosfer pada udara terbatas, sehingga gas akan mengalami oksidasi melalui bahan karbon di zona reduksi. 

Gas panas yang dihasilkan mengandung sekitar 20 persen H?, 20 persen CO, 50 persen N?, 10 persen CO?, dan jejak CH?. Dalam proses pembakaran ini, sejumlah air ditambahkan dan konverter gas (gasifier) diperlukan untuk membentuk uap pada reaksi.

Nantinya, proses penyimpanan gas akan membutuhkan kompresi, dengan efisiensi konversi menjadi gas yang dingin adalah 70 persen dan efisiensi konversi gas panas adalah 85-90 persen.

Berdasarkan studi literatur yang dilakukan, analisis biaya dibagi dalam 3 tahap yaitu yang pertama tahap pengumpulan, yang kedua tahap pra-proses, tahap transport, dan yang terakhir adalah tahap persiapan on-site yang terdiri dari receiving, storing, reclaiming, dan grinding

Daya pembangkit yang dibutuhkan diperkirakan sebesar 5,6 MW dengan 52,3 MW panas. Pembangkit listrik ini diestimasikan membutuhkan limbah jagung dalam bentuk tongkol maupun limbah sejenis lainnya sebanyak 140 Gg per tahun. Berikut merupakan rincian biaya dari tiap-tiap tahap pemrosesan dengan satuan USD/Mg.

Analisis biaya untuk pembangkit listrik limbah jagung.

Dapat disimpulkan bahwa untuk membuat sebuah pembangkit listrik sebesar 5.6 MW yang menggunakan limbah jagung salah satunya adalah tongkol jagung sebagai bahan bakarnya, diestimasikan membutuhkan biaya sebesar senilai 84.31 USD/Mg x 140.000 Mg, yaitu USD 11,803,400 sebagai nilai investasi awal. 

Dengan adanya pembangkit listrik ini, diharapkan Kabupaten Timor Tengah Selatan, NTT dapat memenuhi kebutuhan listriknya dari potensi limbah jagung yang melimpah sehingga dapat terwujudnya target SDGs nomor 1: Tanpa Kemiskinan, SDGs nomor 7: Energi Bersih dan Terjangkau, SDGs nomor 8: Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi, serta SDGs nomor 13: Penanganan Perubahan Iklim.

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.