Dark/Light Mode

Ecoliving: Digital Food Waste Bank sebagai Strategi Wujudkan Zero Waste Sustainably

Jumat, 30 Desember 2022 21:23 WIB
Sampah makanan (Foto: Istimewa)
Sampah makanan (Foto: Istimewa)

Permasalahan food waste atau sampah makanan saat ini menjadi perhatian bagi beragai kalangan di dunia. Berdasarkan data Food and Agriculture Organization/FAO (2017), setiap tahunnya terdapat 1,3 miliar ton makanan yang diproduksi dan sepertiganya berakhir menjadi sampah makanan. Berdasarkan data Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN) oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), komposisi sampah makanan Indonesia pada tahun 2020 mencapai 93 persen (LKHK, 2022). Produksi sampah makanan mencapai 67,8 juta ton/ tahun, dan diprediksikan akan ada 35 juta kilogram timbulan sampah yang akan dihasilkan per kapita pada tahun 2022 (Hidayat et al., 2020).

Sampah makanan dalam jumlah besar dapat memicu terjadinya perubahan iklim akibat adanya peningkatan karbon yang dihasilkan sehingga menyebabkan emisi gas rumah kaca. Menurut Wulandari dan Asih (2020), perkiraan karbon yang dihasilkan dari sampah makanan mencapai 3,3 miliar ton CO2 atau sama dengan gas rumas kaca yang dilepaskan ke atmosfer per tahun. Sampah makanan dalam jumlah besar tidak hanya berdampak pada aspek ekologi, tetapi juga ekonomi dan sosial. Timbunan sampah makanan dapat menyebabkan kerugian ekonomi pada beberapa pelaku usaha karena bahan makanan tidak termanfaatkan dengan baik.

Gambar 1. Komposisi Sampah di Indonesia (Sumber: KLHK, 2020)

Produksi sampah makanan di Indonesia dihasilkan oleh beberapa pihak, diantaranya rumah tangga, rumah makanan, toko, institusi, dan industri. Menurut Hidayat et al., (2020), pihak rumah tangga memiliki kontribusi besar dalam produksi sampah makanan, yaitu sebesar 47 persen. Kurangnya pengelolaan sampah makanan oleh rumah tangga menyebabkan tingginya produksi sampah makanan yang dihasilkan pada level tersebut. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi tingginya timbulan sampah yang dihasilkan, di antaranya ialah pertumbuhan penduduk yang terus meningkat, pola konsumsi masyarakat, serta penerapan manajemen sampah makanan yang masih buruk. Menurut Darnas et al., (2021), peningkatan produksi sampah makanan oleh masyarakat Indonesia juga disebabkan oleh kesalahan dalam manajemen sampah makanan yang mencapai 82 persen. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi tingginya timbulan sampah yang dihasilkan, diantaranya ialah pertumbuhan penduduk yang terus meningkat serta pola konsumsi masyarakat yang cenderung konsumtif.

Baca juga : Percepat Digital RI, Telkom Bangun Kemitraan Strategis Dengan AWS

Berbagai upaya telah dilakukan untuk mengatasi permasalahan sampah makanan, di antaranya melalui pembatasan konsumsi, efisiensi supply chain, hingga kampanye pengelolaan sampah makanan. Namun, berbagai upaya tersebut belum efektif karena kurangnya partisipasi aktif dari masyarakat serta kurangnya fasilitas bank sampah dalam pengelolaan sampah makanan. Sampah makanan memiliki potensi besar untuk dilakukan pengolahan lebih lanjut, diantaranya melalui pakan ternak cacing dan maggot, pengolahan menjadi pupuk organik, hingga pengolahan kembali menjadi produk pangan. Cacing tanah memiliki kemampuan alamiah untuk mendegradasi karbon organik sebesar 47,68 persen (Fadilah et al., 2017), sedangkan budidaya maggot dapat berperan dalam mengurangi limbah organik yang berpotensi mencemari lingkungan (Li et al. 2011). Oleh karena itu, perlu adanya inovasi yang mampu memfasilitasi setiap rumah tangga dalam manajemen sampah makanan secara tersistem, terintegrasi, dan mudah digunakan.

Gambar 2. Logo EcoLiving

EcoLiving merupakan inovasi platform digital food waste bank sebagai terobosan manajemen sampah makanan secara terpadu dan terintegrasi sistem. Inovasi EcoLiving akan menjadi alternatif manajemen sampah makanan antara pelaku rumah tangga, pengelola sampah makanan, serta konsumen produk EcoLiving. Inovasi ini tidak hanya menyajikan edukasi terkait manajemen sampah makanan, tetapi juga disertai dengan pengumpulan sampah, pengolahan sampah, hingga pemasaran produk. EcoLiving mengkombinasikan penerapan teknologi melalui sistem blockchain. Sistem blockchain dalam inovasi EcoLiving memudahkan dalam keamanan data antara pelaku rumah tangga sebagai penyetor sampah makanan dengan pengelola sampah makanan. Penggunaan sistem blockchain juga memudahkan dalam pengaturan distribusi sampah secara akurat, pembagian data secara transparan, serta integrasi bisnis yang saling menguntungkan.

Baca juga : Diluncurkan Di Aceh, BTN Syariah Jadi Bank Pertama Salurkan Tapera Syariah

Gambar 3. Mekanisme EcoLiving

Mekanisme pengelolaan sampah makanan melalui inovasi EcoLiving ditunjukkan pada gambar 3. EcoLiving mengusung konsep smart sorting yang terkoneksi dengan pemindaian berbasis infrared yang akan mengidentifikasi kondisi sampah makanan yang disetorkan oleh penyetor. Sistem akan mendeteksi kualitas dari sampah makanan, sehingga akan disesuaikan dengan teknik pengolahan yang tepat. Pengolahan sampah makanan akan dilakukan sesuai level kerusakan sampah makanan, yaitu 0-10 persen akan dilakukan konsumsi kembali, 10-20 persen pengolahan menjadi produk pangan, dan > 20% akan dilakukan pengolahan menjadi pupuk organik cair, pupuk kompos, pakan cacing, dan pakan maggot. Inovasi EcoLiving terbagi menjadi beberapa fitur unggulan, diantaranya:

  1. Eco-Edu

Eco-Edu merupakan fitur yang berisikan berbagai kegiatan pelatihan sampah makanan yang dikemas dengan menarik melalui video edukasi berbasis virtual reality yang menyajikan video tutorial kegiatan budidaya cacing hingga panen. 

  1. Eco-Deposit

Fitur ini memberikan fasilitas antar-jemput sampah makanan oleh pengelola EcoLiving yaitu EcoLive. Sistem antar-jemput sampah makanan akan memberikan kemudahan bagi pelaku rumah tangga untuk turut serta dalam manajemen sampah makanan. 

  1. Eco-Recycle

Sampah makanan yang telah dikumpulkan kemudian akan dilakukan pengolahan kembali pada fitur ini. Fitur Eco-Recycle akan menunjukkan proses pengolahan serta memberikan hasil peninjauan smart sorting oleh sistem, sehingga penyetor dapat mengetahui sampah makanan yang disetorkan sehingga proses transfer Living Coin dapat lebih transparan.

  1. Eco-Calendar

Baca juga : Perluas Akses Digital Perpustakaan Untuk Wujudkan Manusia Unggul

Fitur ini dirancang untuk mengetahui rutinitas penyetoran sampah makanan oleh pengguna serta menginformasikan terkait event-event sampah makanan yang dapat dihadiri oleh penyetor ataupun penggiat sampah makanan. 

  1. Eco-Mart

Fitur ini dirancang untuk transaksi jual beli atas produk EcoLiving yang menghubungkan secara langsung dengan dengan pasar, UMKM, industri ternak, serta beberapa perusahaan yang membutuhkan produk hasil olahan sampah makanan

  1. Eco-Consul

Pada fitur ini, pengguna juga dapat melaksanakan dikskusi langsung dengan konsultan secara gratis dengan penggiat lingkungan yang telah berpengalaman.

Dalam mendukung penerapan zero waste pada masyarakat, inovasi EcoLiving juga membutuhkan beberapa pihak yang dapat dilakukan kolaborasi. Kolaborasi dalam implementasi EcoLiving ini mengusung sistem pentahelix yang terdiri dari pemerintah, akademisi, pelaku usaha, masyarakat, dan media publikasi dengan durasi implementasi berlangsung selama 1 tahun. Penerapan pentahelix ini akan mendorong partisipasi aktif dari berbagai pihak yang saling mendukung guna tercapainya penerapan zero waste secara berkelanjutan.

Berdasarkan hasil yang telah disampaikan, dapat disimpulkan bahwa EcoLiving merupakan inovasi platform digital food waste bank berbasis blockchain dan integrated smart sorting yang memudahkan dalam manajemen sampah makanan. Inovasi EcoLiving dapat menjadi terobosan baru dalam manajemen sampah makanan secara terpadu melalui optimalisasi teknologi digital dengan menawarkan 6 fitur unggulan, diantaranya Eco-Edu, Eco-Deposit, Eco-Recycle, Eco-Calendar, Eco-Mart, dan Eco-Consul. Implementasi EcoLiving mengusung konsep pentahelix yang melibatkan pemerintah, akademisi, pelaku usaha, masyarakat, dan media publikasi. Diharapkan EcoLiving dapat menjadi win-win solution dalam meminimalisir serta mengoptimalkan sampah makanan melalui penyediaan bank sampah digital sehingga dapat mendukung zero waste sustainably serta mewujudkan sustainable development goals pada tujuan ke-3, tujuan ke-8, tujuan ke-11, tujuan ke-12, tujuan ke-13, tujuan ke-15, dan tujuan ke-17.

Zulfikar Dabby Anwar
Zulfikar Dabby Anwar
Raditya Z

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.