Dark/Light Mode

Menuju Masyarakat Komunikatif: Rasio Dan Dogmatisme Agama

Jumat, 10 Februari 2023 06:11 WIB
Dosen FIDIKOM UIN Jakarta, Dr. Fita Fathurokhmah, M.Si
Dosen FIDIKOM UIN Jakarta, Dr. Fita Fathurokhmah, M.Si

RM.id  Rakyat Merdeka - Masyarakat Indonesia menghadapi realitas perkembangan teknologi digital mengalami gagap komunikasi dan terdifferensiasi dalam kemampuan komunikasinya. Fenomena realitas masyarakat Indonesia termasuk pada masyarakat informasi dan teknologi.

Teknologi berkembang semakin mutakhir dan memberi harapan baru terhadap kehidupan masyarakat untuk berkomunikasi. Terjadi perubahan dalam berkomunikasi dengan memanfaatkan berbagai jenis media.

Media sebagai alat penyampaian pesan pada khalayak secara tak terbatas (unborderless). Seiring dengan kecanggihan teknologi, media digital digunakan sebagai sumber informasi keagamaan.

Beberapa persoalam yang dihadapi adalah apakah konten yang ada pada media digital khususnya tentang kehidupan beragama itu otoritatif atau tidak? Perlu dibangun relasional pada konteks kehidupan beragama (1. Type of social action, 2. Role relationship, 3. Symbolic Organization).

Persoalan lain, seperti apa harusnya media digital menyuguhkan konten keagamaan pada khalayak? Solusinya kompetensi komunikasi untuk kehidupan beragama untuk ciptakan masyarakat komunikatif (1. Understandbility/Comprehensibility, 2. Proportional Truth, 3. Subjective Truthfulness, 4. Normative Rightness, 5. Context Dogmatisme Agama, 6. Legitimasi Publik).

Baca juga : Menkumham Dorong Upaya Kolektif Atasi Perdagangan Orang

Dinamikanya, tidak ada penjelasan zona Covid-19 dalam pro kontra ibadah di masjid, tidak ada penjelasan pengawasan prokes, penggunaan Istilah Penutupan Masjid, Fatwa tidak dijelaskan komprehensif. 

Masjid Istiqlal bersih dari Virus Corona, pernyataannya tidak konsisten dengan sikap atas realitas pembatasan ibadah masa Covid-19, emberlakuan new normal, tumbuh persepsi publik yang menilai kehidupan masyarakat dikalahkan untuk kepentingan ekonomi dan pembatalan Keberangkatan Haji

Dari paparan diatas, bahwa perlunya menciptakan masyarakat yang komunikatif dalam kehidupan beragama yang berfungsi sebagai penyadaran atas persoalan-persoalan yang muncul dalam realitas keagamaan seperti diatas.

Agama juga perlu kebudayaan ilmiah yang dapat dimengerti secara mudah oleh penganutnya. Sehingga ketika seseorang menganut sebuah agama tertentu misalnya Islam, seorang muslim/Muslimah memiliki alasan rasional selain dari dogmatisme ajaran agama yang diperoleh dari keluarga.

Dari hal tersebut maka akidah beragama seseorang secara ontologis didapat dari keluarga dan kehidupan realitas masyarakat. Secara epistemologi menganut agama Islam karena basis rasional. Secara aksiologinya bahwa Islamic value akan hidup dalam dirinya dan sebagai modal berinteraksi dengan baik pada penganut agama lainnya.

Maka penting dilakukan kajian rasionalitas terhadap esensi dari kehidupan beragama. Hal tersebut karena secara filosofi, manusia itu adalah termasuk kaum intelektual yang harus menggunakan pikiran dan rasa secara kritis akan esensi dirinya untuk beragama, esensi hidup bermasyarakat dan beragama.

Baca juga : Genjot Pariwisata Go Global, OMT Lifestyle Dan Telkom Mantapkan Kerja Sama

Masyarakat komunikatif artinya masyarakat yang satu sama lain memiliki saling kesepahaman (mutual understanding). Masyarakat komunikatif dalam beragama penting diwujudkan demi keharmonisan, insklusivitas, partisipatif umat dalam beragama.

Hal itu dapat kita usahan melalui kebudayaan ilmiah atas dinamika-dinamika keagamaan yang muncul. Kebudayaan ilmiah bermain antara konstelasi “dogmatisme”, “rasio” dan “keputusan”.

Persoalan lain muncul, makna dari rasio yang lazim dianut dalam masyarakat industri modern dan konteks keagamaan seperti apa? (rasio berfungsi sebagai alat yang netral untuk mengoperasionalisasikan sebuah sistem), yang rasional itu; operasional, efektif, efisien dapat diotomatisasikan, mengandung isi moral.

Rasional memunculkan emansipaso sosial dalam konteks kehidupan beragama.

Menurut Habermas, emansipasi adalah proses pencerahan atas “ketidaktahuan” akibat dogmatisme. Dogmatisme memiliki makna sebagai bentuk-bentuk pengetahuan yang mapan pada situasi sosial tertentu yang cenderung berkuasa seperti dogmagtisme ajaran agama sebagai juru tafsir satu- satunya yang benar atas realitas.

Persoalan keempat, makna Dogmatisme adalah sistem pengetahuan, absolut dan totaliter. Pada konteks ini, realitas kehidupan beragama, yang memiliki dogmatisme ajaran agama ada pada otoritatif seorang pendakwah, Kiayi, Ustadz misalnya. Tetapi realitas masyarakat beragama ada masyarakat sipil biasa yang membutuhkan ketidaktahuan soal agama menjadi tahu melalui proses dialektika “rasional” atas “dogmatisme” ajaran demi sebuah "keputusan” pencerahan agama.

Baca juga : Pesan Menag Di Rakernas: Jangan Korupsi Dan Cegah Politisasi Agama

Artinya rasio sebagai alat menuju sebuah pencapaian keputusan akidah dan iman. Rasio, dogmatisme, legitimasi publik merubahakan basis kehidupan manusia beragama di era maju. Menurut Habermas, diperlukan pengubahan kesadaran dengan mendorong kepentingan rasio untuk mencapai kedewasaan, otonomi, dan tanggung jawab untuk membebaskan diri dari dogmatisme, cocok kah dengan konteks kehidupan beragama di Indonesia?.

Bagi penulis, untuk konteks kehidupan beragama di Indonesia rasio dibutuhkan untuk kepentingan pencerahan atas persoalan-persoalan keagamaan dengan menafsirkan dogmatisme agama. Dogmatisme terkait dengan metafisik, rasio terkait dengan kemampuan daya tangkap akal.

Menurut Habermas dogmatisme itu mengebiri kebebasan dan menyangkal otonomi, tetapi menurut riset penulis justru dogmatisme adalah sebagai solusi final dari persoalan keagamaan berupa instruksi akidah yang harus diupayakan dipahami oleh seluruh umat melalui tafsir-tafsir yang mudah dimengerti oleh masyarakat secara universal (pragmatic universal) dengan kemampuan komunikasi yang kompeten.

Mari gunakan kompetensi komunikasi sebagai upaya pencerahan (aufklarung) untuk berbagai masalah keagamaan. 

Penulis adalah Dr. Fita Fathurokhmah, M.Si, dosen Fidikom UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta.

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.