Dark/Light Mode

Pengoptimalan Pengawasan Kebakaran Hutan Menggunakan Drone Berbasis Algoritma

Jumat, 3 Mei 2024 22:31 WIB
Gambaran sederhana dari sistem pengaplikasian pesawat nirawak. (Gambar: Istimewa)
Gambaran sederhana dari sistem pengaplikasian pesawat nirawak. (Gambar: Istimewa)

Ditemukan sejak zaman purba, api merupakan salah satu elemen penting dalam perkembangan peradaban manusia. Lebih tepatnya di zaman paleolitikum, masa ketika manusia purba homo erectus masih berkeliaran di bumi. Muncul dari gesekan antara satu batu dengan batu yang lain yang memunculkan percikan api. Percikan api pada batu itu kemudian diletakkan di samping rumput kering sehingga terjadilah api.

Walaupun memiliki peran krusial dalam kehidupan manusia, api dianggap salah satu penyebab krisis yang dialami oleh manusia. Dibuktikan dari beberapa tahun terakhir kita menyaksikan terjadinya kebakaran hutan di beberapa belahan dunia, baik di pedesaan atau di area tak berpenghuni seperti hutan. Kebakaran hutan menjadi sangat sulit untuk dicegah karena kemunculannya tidak bisa dikontrol dan arah penyebarannya terjadi secara acak.

Salah satu kasus terkenal akhir-akhir ini adalah kebakaran di Lereng Gunung Bromo, pada 6 September 2023 yang berdampak buruk bagi kehidupan flora dan fauna. Sebagian besar hewan menjadi lemah untuk bergerak dan beberapa mati dilahap api. Maka dari itu, pemerintah dan banyak pencinta alam yang berjuang untuk melakukan cara terbaik untuk mencegah terjadinya dan meminimalisir kerusakan yang disebabkan oleh kebakaran hutan. Efektivitas dan efesiensi penanggulangan kebakaran hutan dapat ditingkatkan ketika kita mendapat data-data yang dibutuhkan secara tepat dan cepat , hal ini tentu berpengaruh ke seberapa besarnya kerusakan yang diterima akibat kebakaran hutan.

Baca juga : 9 Ribu Peserta Hadiri Perayaan Hardiknas, Serukan Keberlanjutan Merdeka Belajar

Hutan pada umumnya merupakan hal yang sangat penting dalam kelangsungan hidup manusia. Tanpa adanya hutan, lebih dari 80% spesies hewan akan terancam punah, cuaca di bumi akan menjadi sangat panas, siklus hujan akan menjadi kacau, kualitas udara akan menurun secara drastis, dan pasokan air minum akan berkurang. Maka dari itu, adanya sistem pemantauan hutan secara real-time yang bisa memonitor, menangkap, dan mendeteksi perubahan yang terjadi di hutan, bisa menjadi solusi yang dibutuhkan untuk meminimalisir penyebaran kebakaran hutan dan mengurangi efek kebakaran hutan terhadap kesuburan tanah. Data-data yang didapatkan dan dikumpulkan juga bisa digunakan untuk memprediksi terjadinya kebakaran hutan berikutnya yang dapat dilihat dari pola terjadinya kebakaran hutan menggunakan geographically and temporally weighted regression (GTWR) untuk membandingkan korelasi kebakaran hutan dengan pemicunya.

Sistem pemantauan hutan secara real time untuk memonitoring area-area di hutan dapat terwujud dengan menggunakan pesawat nirawak atau yang bias akita sebut drone. Kuantitas data yang didapatkan bergantung pada jumlah pesawat nirawak yang terbang memutari hutan tersebut. Jumlah data yang didapat akan berbanding lurus dengan kuantitas pesawat nirawak tersebut. Jika kuantitas pesawat yang dikerahkan meningkat, maka jumlah data yang didapat tentu akan meningkat.

Pesawat nirawak yang dikerahkan bertujuan untuk mengawasi, memonitori, dan mendeteksi adanya perubahan suhu di suatu area hutan tertentu tanpa henti selama 24 jam. Untuk mencapai hal tersebut, pesawat nirawak harus diatur sedemikian rupa dengan sistem penjadwalan dengan tujuan meminimalisir total waktu yang diperlukan untuk mengawasi area hutan yang telah ditetapkan menggunakan serangkaian algoritma. Pesawat nirawak tersebut akan mengawasi secara bergantian dalam rentang waktu tertentu.

Baca juga : Pengamat Usulkan Penentuan Bandara Internasional Berbasis Kajian Potensi

Pengaplikasian tersebut dapat diwujudkan dengan menempatkan tempat pengisian daya pesawat nirawak atau bisa dinamakan drone station di beberapa titik di area hutan. Pesawat nirawak tersebut akan menyisir area hutan secara bergantian sesuai dengan rentang waktu yang ditetapkan. Arah terbang drone akan ditetapkan sejak awal menggunakan koordinat yang diunggah ke dalam drone, dan mengikuti pola terbang tertentu.

Setelah selesai menyisir area hutan sesuai target, drone akan kembali ke drone station untuk melakukan pengisian daya. Hal ini akan berlangsung   tanpa henti selama 24 jam. Ketika pesawat tersebut mendeteksi adanya perubahan panas pada area tertentu, pesawat tersebut akan mengirim sinyal darurat dan segera mengirimkan koordinat dan kondisi area tersebut menggunakan kamera yang sudah dipasangkan di pesawat nirawak tersebut. Setelah terkonfirmasi adanya api pada koordinat tersebut, pengawas akan menghubungi tim khusus yang sudah siap siaga untuk menanggulangi kebakaran hutan.

Selama bertahun-tahun, manusia dihadapkan dengan bencana kebakaran hutan dan tidak dapat mencegah terjadinya penyebaran secara tepat waktu, kerusakan yang diterima selalu besar. Oleh sebab itu, dicetuskannya ide real time drone surveillance menjadi solusi sederhana dan terbukti efektif meminimalisir kerusakan yang diakibatkan kebakaran hutan. Tentu sistem ini belum bisa mencegah 100% dampak dari kebakaran hutan, jadi masih bisa dikembangkan lagi. Para peneliti sudah mulai memanfaatkan artificial intellect dan deep learning untuk terus meningkatkan efesiensi penanggulangan kebakaran hutan. Hal tersebut sangat menjanjikan untuk kelestarian hutan kita, dengan begitu hutan tidak akan kehilangan fungsinya sebagai paru-paru dunia.

 

Hensa Hendy Anugrah Ebenezer Situngkir
Hensa Hendy Anugrah Ebenezer Situngkir
Mahasiswa Semester 2 Universitas Airlangga Jurusan Teknik Robotik dan Kecerdasan Buatan

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.