Dark/Light Mode

Joss, Surplus Neraca Perdagangan Kembali Cetak Rekor Tertinggi Dalam 15 Tahun Terakhir

Selasa, 18 Januari 2022 11:35 WIB
Menko Perekonomian Airlangga Hartarto (Foto: Instagram)
Menko Perekonomian Airlangga Hartarto (Foto: Instagram)

RM.id  Rakyat Merdeka - Kinerja ekspor dan impor Indonesia tahun 2021 ditutup dengan pencapaian positif pada neraca perdagangan.

Akhir Desember 2021, Indonesia kembali mengalami surplus sebesar 1,02 miliar dolar AS. Ini berarti, tren surplus kembali dapat dipertahankan sejak Mei 2020, atau selama 20 bulan berturut-turut.

Sepanjang 2021, surplus neraca perdagangan Indonesia telah menyentuh angka 35,34 miliar dolar AS. Nilai surplus tersebut merupakan rekor tertinggi sejak 15 tahun terakhir, atau sejak 2006. Pada tahun tersebut, nilai surplus mencapai 39,37 miliar dolar AS.

Baca juga : BI: Surplus Neraca Perdagangan Jaga Ketahanan Ekonomi

“Di tengah berbagai ketidakpastian global, Indonesia tetap mampu mencatatkan performa impresif pada neraca perdagangan. Kinerja ini akan meningkatkan resiliensi sektor eksternal Indonesia. Sehingga, semakin kuat menghadapi berbagai tantangan, yang diperkirakan masih berlanjut di tahun ini,” ujar Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, Senin (17/1).

Kinerja surplus sepanjang 2021 ditopang.nilai ekspor yang mencapai 31,54 miliar dolar AS atau tumbuh double digit sebesar 41,88 persen (yoy).

Hilirisasi komoditas unggulan seperti turunan produk CPO, berhasil mendorong performa ekspor Indonesia. Hal tersebut tercermin dari ekspor komoditas lemak dan minyak hewan/nabati (HS 15), yang sepanjang 2021 mencapai 32,83 miliar dolar AS, atau meningkat sebesar 58,48 persen (yoy).

Baca juga : Jumlah Kasus Harian Di Indonesia Kini 1.054, Tertinggi Dalam 3 Bulan Terakhir

Selain CPO, hilirisasi komoditas nikel juga memperkuat performa ekspor Indonesia. Dengan pertumbuhan ekspor komoditas nikel dan barang turunanya (HS 75) mampu tumbuh sebesar 58,89 persen (yoy) menjadi sebesar 1,28 miliar dolar AS.

Dari 10 besar komoditas utama ekspor, komoditas bijih logam, terak dan abu (HS 26) dilaporkan mengalami pertumbuhan tertinggi dengan angka 96,32 persen (yoy), menjadi sebesar 6,35 miliar dolar AS. Diikuti oleh ekspor komoditas besi dan baja (HS 72) yang juga naik signifikan, mencapai 92,88 persen (yoy) menjadi senilai 20,95 miliar dolar AS.

“Pencapaian ini mengindikasikan pemulihan ekonomi Indonesia terus berlanjut. Tercermin pula dari meningkatnya penciptaan nilai tambah pada sektor manufaktur. Terbukti, secara kumulatif, ekspor non migas hasil industri pengolahan Januari–Desember 2021 naik 35,11 persen (yoy) menjadi sebesar 177,11 miliar dolar AS,” jelas Airlangga.

Baca juga : Polda Metro Kembali Gelar SIM Keliling Di 5 Lokasi

Selain itu, level Purchasing Managers’ Index (PMI) Manufaktur Indonesia juga terus berada pada zona ekspansif yakni 53,5 pada Desember 2021. Melanjutkan level ekspansi yang sudah terjadi selama empat bulan berturut-turut.

Level PMI Indonesia pada Desember 2021, bahkan lebih baik dibanding beberapa negara ASEAN seperti Malaysia (52,8), Vietnam (52,5), Filipina (51,8), Thailand (49,5), dan Myanmar (49,0).
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.