Dark/Light Mode

Produknya Diserbu Para Pemudik

Omzet Pedagang Lumpia dan Wingko Babat Meroket

Sabtu, 15 Juni 2019 12:39 WIB
Pengunjung memadati salah satu toko oleh-oleh di kawasan Pandanaran, Semarang. (Foto : Istimewa).
Pengunjung memadati salah satu toko oleh-oleh di kawasan Pandanaran, Semarang. (Foto : Istimewa).

RM.id  Rakyat Merdeka - Liburan sekolah yang bertepatan dengan cuti bersama Lebaran, mendatangkan berkah buat produsen makanan khas daerah. Banyak yang ketiban untung berkali-kali lipat.

Seperti yang dirasakan pedagang di pusat oleh-oleh Pandanaran, Semarang, Jawa Tengah. Salah satu kuliner yang kerap diserbu pengunjung adalah lumpia basah dan wingko babat khas provinsi itu.

Kawasan Pandanaran, Semarang memang sejak dulu dikenal sebagai salah satu surganya oleh-oleh bagi para pemudik. Sepanjang jalan ini pun berjejer beragam toko oleh-oleh yang menawarkan makanan khas Jawa Tengah. Harganya pun cukup terjangkau.

Kharisma (32), pemudik asal Bandung, mengaku tiap mudik Lebaran tidak pernah absen mengunjungi Pandanaran. Ia yang mudik ke kawasan Wonogiri ini sengaja mampir untuk membeli oleh-oleh bagi keluarga, sahabat serta teman-teman kantornya.

“Karena di sini kan pusatnya, jadi pilihannya pun banyak. Kalau nggak cocok harganya di satu toko, kita bisa cari lagi di sebelahnya. Harganya pun lumayan murah kalau dibanding di rest area,” ucapnya saat ditemui Rakyat Merdeka.

Baca juga : Pertamina Imbau Pemudik Isi Penuh BBM Selama Masa Arus balik

Di Pandanaran, oleh-oleh yang menjadi pilihannya adalah lumpia. Makanan khas Semarang ini ada yang berisi daging dan rebung. Selain itu ia juga membeli tahu bakso untuk buah tangan. Harga yang dibanderol untuk satu lumpia beragam mulai dari Rp 10 ribu hingga Rp 13 ribu, baik untuk lumpia basah maupun kering.

Sastro Widodo (57), salah satu penjual Lumpia Semarang ini mengaku selalu menunggu momen libur Lebaran seperti ini. Penjualan lumpia miliknya mengalami kenaikan yang signifikan.

Peningkatan omzetnya sangat lumayan. “Hari biasa paling kita jual sampai 100-an biji. Tapi kalau liburan kayak gini, pernah naik sampai 400-an biji. Tapi rata-rata 200-an lah,” katanya kepada Rakyat Merdeka.

Dari biasanya hanya Rp 400 ribu per hari, lanjut Sastro, omzet saat libur Lebaran bisa mencapai Rp 1,5-3 juta per hari.

Menurut dia, untuk lumpia yang paling diminati itu yang original. Isinya rebung, ayam, udang dan telor. Untuk harga selama musim liburan, dia tidak pernah menaikkannya. “Harga kita tetap, nggak ada kenaikan. Kita jual Rp 10 ribu per biji lumpia,” terangnya.

Baca juga : Buntut Kerusuhan 22 Mei, Pendapatan Pedagang Tanah Abang Anjlok

Hal yang sama juga dialami Muhammad Ferryal R(23). Berawal dari hobi makan lumpia berisi rebung, ia berusaha untuk jualan makanan kesukaannya tersebut. Kini bisnis lumpianya beromzet Rp 25 juta per bulan. Ia memulai bisnisnya pada Agustus 2012.

Resep membuat lumpia dia dapatkan dari internet. Ia membuka bisnis lumpia dengan nama Lumpia Kriuk. “Saya intip resep dari internet. Pertama kali buat tidak langsung enak, butuh proses yang lama hingga hampir 2 bulan. Lalu kalau sedang main, saya selalu buat lumpia dan saya beri ke orang lain. Dari situ banyak komentar dan masukan,” ceritanya.

Mahasiswa Bisnis Pariwisata Universitas Brawijaya Malang ini, nekad menjual lumpia dengan gerobak dorong di Malang. Bermodal awal Rp 5 juta dari tabungannya, ia menjual lumpia dengan gerobak dorong di tempat yang ramai dan strategis. “Saat ini saya sudah punya 5 gerobak lengkap dengan pekerjanya. Dalam satu bulan saat ini omzetnya Rp 20-25 juta per bulan,” ujarnya.

Ke depan, bisnis Lumpia kriuk ini juga akan dibuka di Surabaya. Pantang menyerah menjadi kunci suksesnya dalam berusaha. “Tak ada modal itu bukan hambatan, yang penting kemauan dan tekad yang besar. Pokoknya banyak cara untuk memulai wirausaha,” tegasnya.

Sementara pedagang wingko babat, Aris Juwono (34) merasakan, peningkatan pengunjung terjadi sejak pertengahan Ramadan. Ia mengaku omzet dagangannya naik. Jika biasanya cuma terjual 20 pack. Namun saat liburan Lebaran bisa sampai 50 pack wingko.

Baca juga : 6 Petahana Lawan Mantan Kepala Daerah

Meski harga wingko babat mengalami kenaikan, namun ia tidak takut dagangannya sepi pembeli. Ia yakin wingko tetap diminati para pelancong yang datang, terlebih bagi pelancong dari luar Semarang.

Pun begitu dengan Arif Kusmadi (47), pengelola pusat oleh-oleh Bandeng Juwana di Jalan Pandanaran, Kota Semarang. Menurutnya, penjualan oleh-oleh meningkat hingga 30 persen dibandingkan hari biasa. Untuk bandeng, biasanya hanya laku 200 kilogram (kg) per hari. Ketika libur Lebaran bisa mencapai sampai 270 kilo per hari.

Adapun penjualan wingko babat meningkat dari 50-100 pack per hari menjadi 150 pack per hari. Namun, Arif mengaku, peningkatan permintaan tidak diikuti dengan pasokan bahan baku dan tenaga kerja. Sehingga ia kewalahan melayani permintaan pembeli.

”Tenaga kerja yang biasanya 60 orang sekarang hanya tinggal 50 orang karena sisanya sedang mudik,” tutupnya. [DWI]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.