Dark/Light Mode

Pasokan Dari Ukraina Dan Rusia Terganggu

RI Lirik Gandum Negeri Kanguru

Minggu, 6 Maret 2022 08:20 WIB
Ilustrasi tanaman gandum (Foto: AFP/Danil Semyonov).
Ilustrasi tanaman gandum (Foto: AFP/Danil Semyonov).

 Sebelumnya 
Kedua, kenaikan harga minyak mentah (crude oil) global menjadi di kisaran 100 dolar AS-120 dolar AS per barel. “Kemudian harga gas naik ke 50 dolar AS,” tambahnya.

Kondisi tersebut, menurut Airlangga, akan mengganggu rantai pasokan energi seluruh dunia. Bagi Indonesia, kenaikan harga akan berpengaruh karena masih ada migas yang diimpor dari Rusia.

Ketiga, kenaikan harga atau pasokan untuk gandum dan sereal yang sebelumnya banyak dipasok oleh Ukraina.

Keempat, RIharus mencari negara substitusi impor atau penerima ekspor sementara akibat pembekuan akses Rusia ke jejaring informasi perbankan internasional atau SWIFT (Society for Worldwide Interbank Financial Telecommunication).

Baca juga : Imbas Invasi Rusia Ke Ukraina, Harga Pupuk Dan Gandum Berpotensi Naik

Mitigasi Risiko

Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) atau National Food Agency (NFA) Arief Prasetyo Adi mengatakan, pihaknya bersama Holding Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Pangan ID FOOD, siap mengamankan ketersediaan 9 bahan pangan strategis menjelang Ramadan.

“Holding Pangan ID FOOD bersama NFA melakukan percepatan terwujudnya ketersediaan dan keterjangkauan harga pangan melalui platform dan sentralisasi dengan dukungan data pangan NFA,” kata Adi dalam keterangan tertulis di Jakarta, Rabu (2/1).

Dengan begitu, lanjut dia, NFA memiliki data sentral yang valid, baik di tingkat produsen maupun konsumen. Hal ini juga menjadi mitigasi risiko kelangkaan bahan pangan pokok, yang menjadikan sejumlah harga pangan naik ketika menjelang hari besar keagamaan.

Baca juga : Pecah Ban Depan, Pesawat SAS Tergelincir Di Bandara Bilorai Papua

“Seperti stok daging, ayam, telur, permintaan pasti meningkat menjelang Ramadan. Oleh karenanya, perlu penyelarasan data segera untuk solusi pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat,” ujar Arief.

Guru Besar Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor (IPB) Dwi Andreas Santosa mengatakan, kenaikan harga pangan yang masih impor memang tidak bisa dihindari.

Selain akibat perang antara Rusia dan Ukraina, harga bahan pangan internasional memang sudah mengalami kenaikan sejak Mei 2020.

Gandum, jagung hingga kedelai harga internasionalnya sudah tinggi. Di tambah harga minyak nabati yang juga naik 2,4 kali lipat. Kondisi ini tidak bisa kita hindari, karena lebih dari 50 persen kebutuhan nasional kita untuk komoditas tersebut masih harus impor,” kata Andreas kepada Rakyat Merdeka.

Baca juga : Gempa Pasaman Sumbar Terasa Hingga Negeri Jiran

Ia melanjutkan, yang bisa diantisipasi kenaikan harganya saat ini adalah padi dan beras, karena produksi dalam negeri masih cukup tinggi. [NOV]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.