Dark/Light Mode

2019, Bank Dunia Ramal Ekonomi RI Capai 5,1 Persen

Senin, 1 Juli 2019 18:25 WIB
Kepala Ekonom Bank Dunia untuk Indonesia Frederico Gil Sande.
Kepala Ekonom Bank Dunia untuk Indonesia Frederico Gil Sande.

RM.id  Rakyat Merdeka - Perang dagang Amerika Serikat (AS)-China terus berimbas pada ekonomi nasional.  Kali ini, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2019 diproyeksi hanya tembus 5,1 persen.

Kepala Ekonom Bank Dunia untuk Indonesia Frederico Gil Sander mengatakan, pertumbuhan ekonomi Indonesia akan mengalami penurunan dari 5,2 persen menjadi 5,1 persen di 2019.Begitu juga di 2020 mendatang, pertumbuhan ekonomi juga dipangkas dari 5,3 persen menjadi 5,2 persen.

Sander menerangkan, penurunan angka ramalan pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini dan 2020 mendatang disebabkan oleh beberapa faktor.Diantaranya, eskalasi ketegangan yang membebani perdagangan dunia seperti perang dagang Amerika Serikat (AS)-China, konflik geopolitik global, masalah Brexit hingga penurunan pertumbuhan investasi.

Baca juga : Indonesia Optimis Ekspor Hortikultura ke China Naik Sampai 300 Persen

“Jadi kami perkirakan Gross domestic product /GDP growth tahun ini 5,1 persen. Kemudian, di 2020 ekonomi Indonesia diproyeksi tumbuh 5,2 persen," kata Sander dalam acara Indonesia Economic Quarterly di Jakarta, Senin (1/7).

Di sisi lain, kata Sender penurunan ekonomi juga disebabkan oleh penurunan ekspor komoditas tahun ini.Sebab, secara harga komoditas unggulan Indonesia seperti crude pald oil (CPO) atau minyak sawit dan batubara dalam tren pelemahan saat ini.“Harga komoditas di Indonesia melemah, sementara daya beli global melemah karena sentimen eksternal,” ungkap Sander.

Lalu, ditambah impor masih mengalami pelemahan sejalan dengan investasi yang lebih lambat. Sedangkan konsumsi swasta diperkirakan masih moderat di level 5,2 persen di atas pencapaian tahun lalu di level 5,1 persen.

Baca juga : Lebaran, Puncak Konsumsi LPG di Jatim Naik Sampai 21 Persen

Dari sisi fiskal, diperkirakan masih akan membaik, dan memungkinkan investasi pemerintah menguat karena proyek infrastruktur kembali berlanjut. Di mana konsumsi pemerintah tahun ini meningkat jadi 5,1 persen dari tahun lalu yakni 4,8 persen.

Meskipun proyeksi melambat, pertumbuhan investasi diperkirakan tetap kuat efek dari berkurangnya ketidakpastian politik setelah Mahkamah Konstitusi (MK) telah menolak gugatan sengketa Pemilihan Presiden pada pekan lalu.

“Konsumsi diproyeksi 5,2 persen. Kemudian, pembentukan modal tetap bruto atau biasa disebut investasi diperkirakan 5 persen, karena pemilu sudah selesai sehingga ada kepastian bisnis di semester kedua tahun ini,” ujarnya.

Baca juga : Arus Balik Mulai Ramai Di Pelabuhan Bakauheni

Kepala Perwakilan Bank Dunia untuk Indonesia dan Timor-Leste, Rodrigo A Chaves menambahkan, untuk mempercepat pertumbuhan dari tingkat sekarang, Indonesia membutuhkan reformasi struktural lebih banyak dan berkesinambungan, sambil mempertahankan kebijakan fiskal dan moneter yang kokoh.

“Meski terjadi gejolak global, ekonomi RI tumbuh pada tingkat yang konsisten dengan petumbuhan Produk Domestik Bruto/PDB triwulanan antara 4,9 hingga 5,3 persen selama 3,5 tahun terakhir,” ucapnya. [NOV]
 
 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.