Dark/Light Mode

Di Atas Kertas, Ekonomi Sedang Manis-manisnya

Senin, 30 Mei 2022 07:36 WIB
Pertumbuhan ekonomi/Ilustrasi (Foto: Istimewa)
Pertumbuhan ekonomi/Ilustrasi (Foto: Istimewa)

 Sebelumnya 
Mengenai fenomena PHK massal, terjadi di 6 startup. Zenius dan LinkAja mem-PHK ratusan karyawannya. Kemudian, Fabelio, Tanihub, Uang Teman, dan JD.ID juga melakukan PHK massal. 

Mengapa ini terjadi? Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Sugiyono Madelan menjelaskan, pertumbuhan ekonomi secara teknis adalah perubahan jumlah output yang dihitung pada harga konstan dalam periode analisis yang sama. Sementara, tingginya harga pangan tak luput dari perkembangan harga dunia.

"Pada waktu komoditas pangan mempunyai kandungan impor yang tinggi, harga pangan di dalam negeri juga tinggi. Demikian pula untuk komoditas ekspor yang sedang naik," terang Sugiyono, saat dihubungi, tadi malam.

Baca juga : Touring Otomotif Mampu Gerakkan Ekonomi Daerah dan Promosikan Pariwisata

Meski demikian, Sugiyono menilai, harga pangan yang tinggi dari sisi konsumen rumah tangga mestinya dapat mengerem kenaikan pertumbuhan ekonomi dari sisi pengeluaran konsumsi rumah tangga. Mengingat peran pengeluaran konsumsi rumah tangga merupakan yang terbanyak dalam postur pendapatan domestik bruto (PDB).

Dia melihat, pertumbuhan yang terjadi saat ini lebih banyak dinikmati masyarakat elite. Hal itu tercermin dari IHSG moncer dan tembus pada level 7.000. Sementara, di masyarakat bawah, banyak yang menjerit karena harga barang-barang melonjak naik. “Kondisi seperti ini mengecewakan," ulas Sugiyono.

Ia menyarankan agar Pemerintah memperbaiki kinerja secara konkret. Misalnya, membantu mengatasi masalah yang dirasakan masyarakat menengah ke bawah.

Baca juga : Jokowi Sikat Mafia Tanah

Sementara, Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (Core) Indonesia Mohammad Faisal mengatakan, pertumbuhan ekonomi 5,01 persen karena cenderung dibantu faktor eksternal. Di antaranya kenaikan harga komoditas yang mendorong kinerja ekspor sangat tinggi. "Bahkan mencapai rekor yang lebih tinggi lagi dibandingkan ekspor tahun lalu yang sebenarnya sudah pecah rekor selama berdekade-dekade dalam sejarah ekonomi kita," ulas Faisal.

Mengenai kondisi internal, Faisal memandang, juga sudah cukup baik. Hal itu tercermin dari konsumsi rumah tangga yang meningkat dibanding tahun lalu. Pertumbuhan investasi juga sudah mulai membaik, meski belum sampai ke level sebelum pandemi.

Dengan kondisi ini, ia menyarankan agar Pemerintah mengendalikan inflasi. Prediksi Core Indonesia, inflasi akan meningkat signifikan, bahkan jika dibandingkan sebelum pandemi. Jika dibiarkan, hal ini akan menahan laju pertumbuhan ekonomi.■

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.